Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Desa Leuwigede Widasari Indramayu


Desa Leuwigede adalah salah satu Desa yang sekarang dibawah Kecamatan Widasari Kabupaten Indramayu. Lewi sendiri pada maksudnya berarti Balong/Kolam sementara Gede sendiri bermaksud besar dengan demikian secara bahasa lewigede bermaksud balong atau kolam besar. 

Gambar Leuwi. Image From Google
Legenda mengenai penamaaan dan pembentukan Desa Leuwigede berdasaran sumber-sumber tradisi lisan penduduk setempat dapat dikisahkan sebagaimana berikut:

Dijaman dahulu kala di sebuah kerajaan negeri Sumedang Larang, Rajanya memerintahkan seseorang ajudannya yang bernama Ki Darpa untuk melihat sebuah wilayahnya yang berada diujung Timur Laut di daerah Tamansari Kecamatan Lelea untuk membuat sebuah pedukuhan. 

Konon Lelea jaman dulu kala adalah masih berada di dalam wilayah teritorial Kerajaan Sumedang sampai dengan desa kasmaran. Sang Raja hanya memberikan sebuah ciri di sana ada sebuah Leuwi (balong/danau) besar yang airnya berwarna Hijau. 

Akhirnya berangkatlah Ki Darpa ditemani seorang saudaranya menyusuri sungai Cimanuk. Dikisahkan Kidarpa berangkat menyusuri sungai Cimanuk dengan mengendarai sebuah Bareng atau sebuag gong kecil sedangkan Saudarannya berangkat mengendarai Gong.

Setelah melalui sekian banyak rintangan dalam penyusurannya termasuk menemui sekian banyak Leuwi yang ada Ki Darpa merasakan belum menemui sebuah Leuwi yang cukup besar seperti yang diceritakan Sang Raja, termasuk ketika Ia menemukan sebuah Leuwi di sebuah dearah yang sekarang bernama Desa Ujungpendokjaya, Ia merasa bahwa Leuwi tersebut tidak cukup besar. 

Akhirnya Ia meneruskan perjalanannya menyusuri sungai Cimanuk, dan tidaklah berapa lama Ki Darpa menemukan sebuah Leuwi yang cukup besar yang menjadi sebuah pusaran air dari sebuah tikungan Sungai Cimanuk yang sekarang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Balong Bugel. Akhirnya Ki Darpa memutuskan bahwa Leuwi inilah mungkin yang dimaksud oleh Sang Raja. Kemudian Ki Darpa membuat sebuah pedukuhan yang mengambil lokasi di sebelah Barat dari Leuwi tersebut.

Konon di sebelah Timur dari Leuwi tersebut juga telah ada mendiami sekelompok Santri dari negeri Bagelen berjumlah Sembilan orang yang sama bermukim disana membuat pedukuhan yang kini diyakini sebagai Buyut Bojongjati. Lama kelamaan pedukuhan ini menjadi kian ramai didiami orang karena terkenal daerahnya yang sangat subur, makmur, gemah ripah lohjinawi karena sumber airnya yang mudah dari Leuwi  tersebut, tetapi tetap saja pedukuhan ini belumlah memiliki nama.

Akhirnya keramaian pedukuhan ini terdengar sampai ke telinga Adipati Dermayu. Sang Adipati akhirnya memerintahkan beberapa Ponggawa untuk memeriksa daerah Pedukuhan tersebut. Sekaligus untuk menata secara administrasi dengan memberikan nama daerah dan memilih seorang pemimpinnya untuk menjadi Kuwu di sana. Dengan bertanya kesana dan kemari akhirnya sampailah para Ponggawa Adipati tersebut di sebelah Timur dari Leuwi tersebut dan menemui Sembilan Santri dari Bagelen. 

Setelah bernegosiasi maka Pimpinan Ponggawa tersebut meminta salah seorang dari para Santri tersebut agar mau dijadikan menjadi seorang pemimpin di daerah tersebut. Tetapi semua Santri tidak ada yang mau untuk menjadi pemimpin yang membuat para Ponggawa menjadi kesulitan untuk memutuskan.
Akhirnya Pimpinan Ponggawa bertanya kepada Sembilan Santri tersebut, “adakah orang lain selain kalian yang tinggal didaerah ini?”. Salah seorang Santri menjawab bahwa di sebelah Barat Leuwi ini masih ada seorang yang tinggal di sana.

Maka menyebranglah Para Ponggawa tersebut ke sebelah Barat Leuwi. Dan disana ia bertemu dengan Ki Darpa. Sang Ponggawa bertanya tentang asal usul Ki Darpa. Dan Ki Darpapun mencertakan dari awal hingga akhir tentang sejarah Ia hingga tinggal di daerah Leuwi tersebut. Atas dasar cerita Ki Darpa tersebut Para Ponggawa sangat maklum dan menunjukan daerah sebenarnya bahwa yang Leuwi yang dimaksudkan bukan ini tetapi di daerah Taman Sari Lelea. 

Tetapi dikarenakan Ki Darpa sudah terlanjur betah Ia memohon untuk tetap diijinkan tinggal di daerah itu dan Ia tidak akan kembali lagi ke Sumedang. Dan Akhirnya oleh Ponggawa tersebut diijinkan sekaligus menunjuk Ki Darpa sebagai Kuwu di daerah itu.

Terinspirasi dari cerita Ki Darpa bahwa Ia diperintahkan Raja Sumedang untuk mencari daerah dengan Leuwinya yang besar, maka akhirnya pedukuhan itu diberi nama Leuwigede.