Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Salah Kaprah, Fatahilah Pendiri Jakarta Dianggap Sunan Gunungjati

Pada buku-buku sejarah Nasional yang terbit antara tahun 50-89 atau sebelumnya, dinyatakan bahwa Fatahilah pendiri Jakarta nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati orang Pasai yang mengabdikan hidupnya ke kesultanan Demak setelah kerajaan Pasai negerinya itu di jajah portugis. Dan kemudian Fatahilah atau Sunan Gunung Jati tersebut menjadi Sultan Cirebon.

Img From Google


Padahal dalam catatan Kesultanan Cirebon, sebagai pewaris atau keturunan langsung dari Sunan Gunung Jati tidak demikian ceritanya. Sebagaimana yang dituliskan dalam naskah Mertasinga dinyatakan bahwa:

Filem Fatahilah
3gp From Yaoutube


Sunan Gunung Jati adalah merupakan anak dari Nyimas Ayu Rarasantang Puteri Prabu Siliwangi yang menikah dengan Raja Banisrail (maksudnya penguasa palestin/ Bani Israel kala itu). 

Sunan Gunang Jati ( lahir sekitar 1450 M) adalah julukan atau laqob, sementara nama asli beliau adalah SYARIF HIDAYATULLAH. 

Sunan sendiri adalah merupakan kependekan dari dua kata dalam Bahasa Jawa yakni Si dan Suhunan sisuhunan yang bermakna orang yang biasa dimintai suhun/suwun atau tolong. Jadi Sunan bermaksud orang yang suka menolong atau yang lazim dimintai pertolongan. 

Sementara Gunung Jati sendiri bermaksud sebuah Gunung atau Bukit yang terletak di pesisir pantai Cirebon yang dimana Gunung tersebut itu banyak ditumbuhi Pohon Jati, sehingga Gunung tersebut dinamai masyarakat dengan nama Gunung Jati.  

Julukan Sunanan Gunung Jati yang melekat pada SYARIF HIDAYATULLAH adalah karena dimasa sepuhnya, beliau banyak menghabiskan waktu di Gunung tersebut dengan membuat Padepokan / Pesantren untuk mengajarkan Agama Islam kepada masyarakat ramai.

Sehingga nantinya beliau dijuluki Sunan Gunung Jati. Disisi lain masih menurut naskah Mertasinga; disebutkan bahwa:

Fathilah atau Faletehan atau Fadihilah Khan di cirebon dikenal dengan nama Tubagus Pase (dibaca; Tubagus Pasai) sebuah julkan yang bermakna orang tampan/baik dari Negeri Pasai.

Pasai sendiri bermaksud Samudra Pasai yaitu suatu Negeri/kesultanan Islam yang terletak di Ujung Pulau Sumatra (sekarang berada di Provinsi Aceh).

Fatahilah datang ke Jawa adalah karena dalam perjalanan pulang beliau dari Timur Tengah usai Berhaji dan Menuntut Ilmu ternyata beliau dikhabarkan oleh pelaut lain bahwa pasai negerinya telah ditaklukan Portugis, sehingga beliau memutuskan berlayar ke Jawa menuju Kesultanan Demak. 

Di Demak inilah beliau mendapat tempat terhormat dengan diangkat menjadi seorang terhormat. Kesultanan Demak melibatkan beliau dalam misi penyerangan ke Sunda Kelapa yang mana waktu itu Portugis akan membuat Benteng di sunda kelapa dan menjadikannya sebagai Pangkalan militernya atas undangan kerajaan Sunda. 

Perjanjian Sunda Dan Portugis sendiri diadakan pada 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi Benteng) di Sunda Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. 

Dalam misi penyerangan dan penguasaan Sunda Kelapa, Demak bersekutu dengan Cirebon. Perang pun tak terhindarkan antara Pihak Demak dan Cirebon melawan Portugis Dan Kerajaan Sunda.

Akhirnya Sunda kelapa dapat direbut Demak dan Cirebon mulai setelah itu Sundakelapa diganti namanya menjadi JAYA KARTA (sekarang Jakarta).

Penaklukan tersebut terjadipada 22 Juni 1527, tragedi tanggal 22 Juni inilah yang hingga kini selalu dirayakan sebagai hari sebagai hari jadi kota Jakarta.

Atas kedekatan dengan Cirebon dalam misi perebutan sunda kelapa itulah, kemudian Ftahilah justru mengabidakn hidupnya di Cirebon.

Selepas Sunan Gunungjati Wafat Fatahilah Menggantikan Kedudukan sebagai Pejabat Pengganti Sultan Cirebon karena pada waktu itu Keturunan Sunan Gunung Jati (Pangeran Pewaris Tahta) Belum Balig (masih Kecil).

Tubagus Pase atau fatahilah atau Fadilah Khan dimakamkan di Puncak Gunung Jati berdampingan dengan Sunan Gunung Jati.

Posting Komentar untuk "Salah Kaprah, Fatahilah Pendiri Jakarta Dianggap Sunan Gunungjati"