Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wabah Mencret Masal Di Batavia 1864

Wabah mencret masal pernah terjadi di Batavia pada tahun 1864, Warga Kota Batavia kebingungan  sebab dalam pengalaman mereka penyakit masal itu baru pertama kali menerjang Batavia, penyebarannya meluas dan anehnya menular. 

Dalam persiapan menangulangi penyakit aneh itu orang-orang Eropa mengunci rapat rumah mereka, orang-orang China mendadak menggelar pertunjukan Barongsai sambil mengelilingi tempat tinggal mereka, sebab dalam keyakinan mereka setan yang membawa wabah penyakit aneh itu dipastikan takut melihat Barongsai, sementara Pribumi rupanya memiliki cara berbeda untuk menghalau penyakit itu, yaitu dengan cara minum air khusus pemberian Kiai.

Wabah penyakit mencret masal kala itu belum dipahami namanya oleh penduduk Batavia, yang mereka tahu bahwa gejala penyakit itu adalah muntah-muntah dan buang air besar dengan hebat, karena seringnya buang air besar, maka yang keluar dari anus bukan lagi gumplan kotoran, melainkan kotoran yang mencair, atau orang-orang di Pulau Jawa menyebutnya mencret atau kapicirit.

Belakangan penyakit jenis itu kemudian dikenal dengan wabah Kolera atau juga bisa disebut Muntaber, ( muntah dan berak). Catatan mengenai wabah ini tercatat rapih dalam berbagai catatan, daiantaranya, dalam catatan yang ditulis oleh Roorda van Eysinga, pegawai kolonial urusan pribumi (Indlansche Zaken), ia mencatat bahwa:
“Hiruk pikuk ketika wabah kolera menjangkit masyarakat Batavia. “Ada hari-hari ketika di Batavia terdapat 160 orang mati (akibat kolera). Mereka mengalami kejang-kejang hebat, dan meninggal dunia beberapa saat kemudian,”
Selain itu Roorda van Eysinga juga menambahkan bahwa;
"Kolera menyebabkan kepanikan luar biasa di kalangan orang Eropa. Pasalnya, wabah kolera menyebar lebih cepat dibadingkan penyakit epidemi lainnya semisal malaria, tipus, atau disentri. Pada 1864, kolera merenggut nyawa sebanyak 240 orang Eropa. Sementara tingkat kematian di kalangan penduduk bumiputra mencapai dua kali lipat dari jumlah itu. Persebaran bakteri kolera biasanya menular lewat air minum, makanan, dan kontak langsung".
Sementara itu, dalam catatan Susan Blackburn dalam Jakarta: Sejarah 400 Tahun menyebutkan;
Kolera merupakan penyakit yang sangat baru dan menyebarluas dengan cepat sehingga komunitas Indonesia dan Tionghoa menanggapinya dengan cara yang tak lazim,”
Selanjutnya dalam Ensiklopedia Jakarta: Volume 2, "dalam tahun-tahun wabah kolera menerjang Batavia rata-rata tiap 1000 orang bumiputra yang tinggal di hulu kota meninggal sedangkan di kota hilir (Batavia Lama) jumlahnya 148 orang. Hingga mendekati akhir, total warga Batavia yang meninggal diperkirakan sebanyak 6000 orang".

Sementara itu, dalam penelitian yang dilakukan Wiwin Juwita Ramelan, dkk dalam laporan penelitian di Universitas Indonesia berjudul 'Penyakit Menular di Batavia” disebutkan bahwa:
“ Begitu banyaknya orang meninggal sehingga banyak mayat yang tidak sempat dikubur. Mayat-mayat itu diletakkan didekat jalan raya bersama peti matinya. Wabah itu bahkan menyebar hingga ke kota Bogor,” 
Begitulah kisah dan kondisi saat Batavia di hantam penyakit mencret masal, penyakit Kolera sendiri sebenarnya sudah dikenal di Indonesia sejak 1821, akan tetapi waktu itu belum banyak dikenal orang, barulah pada tahun 1864 penyakit ini dikenal luas oleh masyarakat karena mewabah di Batavia, selain tahun 1864 penyakit itu juga pernah menerjang Batavia pada tahun-tahun selanjutnya, yaitu pada tahun 1910 dan 1911.

1 komentar untuk "Wabah Mencret Masal Di Batavia 1864"

  1. Artikelnya sangat menarik dan informatif.sangat menghibur bagi orang seperti saya yang sangat antusias membaca sejarah dan berbagai peristiwa yang terjadi di tanah air pada masa lampau.hanya saja saya sangat terganggu dengan banyaknya typo alias kesalahan penulisan baik berupa huruf yang hilang maupun yang kelebihan huruf,dsb.mohon admin agar lebih memperhatikan lagi ejaan tiap kalimat agar terhindar dari typo.terima kasih.

    BalasHapus

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.