Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biografi Abu Bakar As-Shidiq

Abu Bakar As-Shidiq sebetulnya merupakan julukan yang berarti “Ayahanda Si Gadis yang Jujur” dijuluki demikian karena memang Abu Bakar memiliki anak gadis (Ai’syah RA) yang kelak dinikahi oleh Nabi Muhamd SAW. Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’id bin Taim bin Murrah al-Tamimi.

Abu Bakar As-Shidiq dilahirkan di Makkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun gajah, berarti beliau lebih muda dua tahun dari Rasulullah. Selain itu dia juga terkenal sebagai seorang yang berprilaku terpuji, tidak pernah minum khamar dan selalu menjaga kehormatan diri.

Abu Bakar pada masa mudanya adalah seorang saudagar kaya, dia yang pertama kali masuk Islam dari kalangan lelaki dewasa dan setelah menjadi seorang muslim dia lebih memusatkan diri dalam kegiatan dakwah Islamiyah bersama Rasulullah. Banyak orang Arab masuk Islam melalui Abu Bakar, di antaranya Utsman bin Affan, Zubeir bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.

Menjadi Khlifah

Masalah yang pertama timbul dalam Islam sesudah Nabi wafat adalah politik, yaitu mengenai pengganti Nabi sebagai kepala negara dalam kapasitasnya sebagai kepala negara di Madinah, sedang kedudukannya sebagai Rasul tidak dapat digantikan oleh siapapun. Sementara Nabi tidak meninggalkan wasiat tentang penunjukan seseorang yang akan menggantikannya sebagai kepala negara sepeninggalnya.

Karena itu, tidak lama setelah beliau wafat, belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Anshar dan Muhajirin berkumpul di balai Tsaqifah Bani Sa’idah Madinah.

Mereka bermusyawarah untuk memilih siapa yang ditunjuk menjadi kepala negara. Dalam musyawarah itu terjadi perdebatan yang sangat alot karena masing-masing kelompok di antara dua kelompok tersebut menganggap bahwa kelompoknya yang paling pantas menggantikan Nabi sebagai Khalifah.

Orang-orang Muhajirin mengatakan bahwa mereka yang paling berhak menjadi khalifah karena mereka lah yang mula-mula masuk Islam dan Nabi berasal dari kalangan mereka. Sementara orang-orang Anshar menyebutkan mereka pula yang paling berhak karena mereka lah yang telah membantu dan melindungi Nabi dari serangan kaum Quraisy pada waktu hijrah ke Madinah.

Abu Bakar mengusulkan agar pemimpin baru itu dijabat oleh orang Muhajirin dan wakilnya dari kaum Anshar, tetapi orang Anshar menolak usul itu. mereka mengusulkan agar diangkat dua orang pemimpin dari dua kelompok itu.

Abu Bakar tidak menerima usul itu dengan alasan bisa membawa perpecahan. Kemudian Abu Bakar mengingatkan kaum Anshar terhadap hadits Nabi yang mengatakan “Pemimpin itu dari orang Quraisy”.

Oleh sebab itu beliau mengusulkan agar Umar bin Khaththab diangkat menjadi khalifah, usul itu tidak diterima Umar dan mengatakan jika Abu Bakar masih ada beliaulah yang paling pantas menjadi khalifah. Akhirnya Abu Bakar terpilih sebagai pemimpin atas usul Umar bin Khaththab, ketika itu usia Abu Bakar 61 tahun.

Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam. sehingga masingmasing pihak menerima dan membai’atnya sebagai pemimpin umat Islam pengganti Rasulullah yang dalam perkembangan selanjutnya disebut “Khalifah” saja.

Perang Riddah

Ada tiga golongan pembangkang yang muncul sepeninggal Rasulullah, yaitu orang-orang murtad, orangorang yang enggan membayar zakat dan Nabi-nabi palsu. Orang-orang murtad muncul di Bahrain, sedangkan orang yang tidak mau membayar zakat kebanyakan terdapat di Yaman, Yamamah dan Oman. Adapun Nabi-nabi palsu muncul di Yaman (al-Aswad), Yamamah (Musailamah), Arabia selatan (Thulaihah), Arabia tengah (Sajah). Yang terakhir ini paling banyak pengikutnya, apalagi dia menikah dengan Musailamah.

Di lihat dari letak geografisnya, hanya Hijaz (Mekah-Madinah) yang tidak ketularan wabah kaum peneyeleweng itu. munculnya kaum penyeleweng ini disebabkan karena mereka belum memahami Islam secara benar, selain itu ada ambisi pribadi. Hal ini dapat dimengerti karena banyak di antara mereka yang baru masuk Islam satu atau dua tahun sebelum Nabi Muhammad wafat. Hal itu tidak terjadi pada penduduk Hijaz.

Untuk menghadapi kaum penyeleweng itu, Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka. Diputuskan bahwa semua kaum penyeleweng itu harus diperangi sampai mereka kembali kepada kebenaran. Kemudian Abu Bakar membentuk 11 pasukan, antara lain dipimpin oleh Khalid bin Walid, Amr bin Al-Ash, Ikrimah bin Abi Jalal dan Surahbil bin Hasanah. Kepada mereka dinasehatkan agar hanya menyerang orang-orang yang menolak diajak ke jalan yang benar. Perang ini disebut dengan “Perang Riddah” (perang melawan kemurtadan).

Khalid bin Walid yang memimpin perang melawan Musailamah yang berhasil mengumpulkan 40.000 orang berlangsung sengit. Dalam perang itu ribuan orang meninggal, termasuk Musailamah.

Pasukan lain berhasil juga mencapai sasarannya sehingga 6 bulan kemudian para penyeleweng yang masih hidup kembali kepada kebenaran, termasuk Nabi palsu Sajah, kecuali Thulaihah masuk Islam di masa khalifah Umar.

Tekad Abu Bakar memerangi kaum penyeleweng telah menyelamatkan Negara Islam yang masih muda itu. meslipun untuk itu harus dibayar mahal dengan gugurnya 70 orang penghafal Al-Qur’an. Bagaimana pun juga, Abu Bakar telah bertindak tepat dalam mengatasi krisis itu dan untuk itu ia pantas disebut sebagai “juru selamat Islam”

Orang-orang Romawi yang tadinya berharap agar Islam hancur karena umatnya berperang dengan sesamanya, menjadi kecewa setelah Abu Bakar berhasil mengatasi situasi. Kini mereka membujuk suku-suku Badawi di perbatasan utara Jazirah Arab agar membantunya melawan Islam.

Untuk menjawab tantangan itu, Abu Bakar mengirimkan 4 pasukan yang terdiri dari 24.000 orang, Abu Ubaidah bin Jarrah memimpin pasukan menuju Hims sekaligus memegang komandan umum. Surahbil bin Hasanah menuju Wadi Yordania, Yazid bin Abi Sofyan menuju Damaskus dan Amr bin Al-‘Ash menuju Palestina.

Bersamaan dengan pengiriman pasukan ke utara Abu Bakar juga mengirim Mutsanna bin Hasanah memimpin pasukan ke timur. Setelah Khalid bin Walid berhasil menumpas pemberontakan dalam negeri, dia dikirim oleh khalifah Abu Bakar memperkuat pasukan Mutsanna sehingga menjadi 10.000 pejuang dan sekaligus mengangkatnya sebagai panglima baru.

Sementara itu, pasukan yang dikirim ke utara menemui kesulitan dalam menghadapi tentara Bizantium.

Khalid diperintahkan pula untuk memperkuat pasukan mereka. Setelah menyerahkan pimpinan kembali ke Mutsanna, Khalid secara dramastis mengarungi gurun padang pasir selama 18 hari dengan 800 tentara sampai di Syam dan memegang komando dari 4 pasukan yang sudah ada di situ dan kini mereka berjumlah 30.000 orang. Pertempuran pertama terjadi di Ajanadin, 30 Juli 634 M, dan dimenangkan pihak Islam.

Abu Bakar Wafat

Pada saat pasukan Islam sedang berada di luar kota Abu Bakar sakit selama satu minggu. Pada saat sakit itu, dia bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka, yang berhasil menetapkan penggantinya Umar bin Khaththab sebagai khalifah kedua. Abu Bakar meninggal dunia dalam usia 63 tahun beberapa bulan, setelah memerintah selama dua tahun beberapa bulan.

Posting Komentar untuk "Biografi Abu Bakar As-Shidiq"