Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Munculnya Sikap Rasisme dan Antisemitisme Yahudi Dalam Diri Hitler

Awalnya saat baru pertama kali menginjakan kaki di Wina dengan tujuan mendaftarkan diri di salah satu Universitas Seni, Hitler tidak memiliki rasa antisemitisme dan rasisme kepada orang dan agama Yahudi. 

Kala itu, Hitler masih berpegang teguh terhadap humanisme. Malahan Saat itu pergerakan antisemitisme sangat dikecam oleh Hitler bahwa terdapat deskriminasi atas dasar agama hingga Hitler menuduh salah satu pers antisemitisme di Wina yaitu Viennese dengan ungkapan perlakuanya itu sangat memalukan bagi warga di sebuah bangsa yang besar. 

Ketika berada di Wina jumlah populasi Yahudi di kota itu sekitar 200 ribu orang dengan banding penduduk Wina yang berjumlah 2 juta orang, keberadaan Yahudi di Wina dipandangnya sebagai transformasi dan akulturasi biasa sebagaimana masyarakat lain yang juga ber imigran di Wina. 

Antisemitisme merupakan suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk tindakan penganiayaan atau penyiksaan terhadap agama, etnik maupun kelompok ras, mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga warga Yahudi. 

Gerakan ideologis yang paling terkenal mengusung antisemitisme adalah Nazisme yang dipanglimai Hitler, gerakan antisemitisme Nazi ini pada puncaknya menyebabkan pemusnahan terhadap etnis Yahudi Eropa. 
Adolf Hitler dari Bayi hingga Dewasa
Tapi semakin lama seiring banyaknya fenomena dan geliat orang Yahudi di Wina mulai merubah pandanganya yang Humanisme menjadi rasisme dan antisemitisme, memang tidak dapat dipungkiri bahwa beliau awalnya sangat menentang tentang gerakan Antisemitisme namun ketika didapatinya sebuah perbedaan kehidupan yang sangat drastis dengan dilihatnya sebuah gaya hidup Yahudi di Wina dengan gaya hidup rakyat pribumi Wina. 

Saat di Linz warga Yahudi tidak menonjolkan dirinya sebagai ras Yahudi atau agama Yahudi dengan mengakulturasi dirinya dengan berpakaian ala eropa menjadikan dirinya sama saja dan tidak dicurigai namun saat di Wina Hitler dikejutkan oleh orang Yahudi dengan pakaian jubah hitam yang sangat khas dengan rasnya Yahudi tersebut.

Penampilan orang Yahudi di Wina sama sekali tidak sama dengan yang ditemuinya di Linz sebab di Wina orang Yahudi lebih terkesan menonjolkan ras nya dan sama sekali tidak mau akulturasi dengan budaya masyarakat Wina.

Tingkah laku orang Yahudi yang demikian tersebut membuat Hitler terheran-heran dan tumbuh sedikit rasa curiga karena penolakan orang Yabudi untuk mengikuti gaya rakyat Wina, Hitler beranggapan seolah-olah bahwa orang Yahudi merasa lebih tinggi dan tidak layak untuk mengikuti orang rendah. 

Dari fenomena itulah pandangan Hitler terhadap keberadaan warga Yahudi mulai berubah. Perubahan ini kemudian menumbuhkan sikap benci Hitler terhadap komunitas Yahudi.

Kebencian Hitler didasari rasa cemburu dan sengit ketika pendatang keberadaanya lebih terhormat dan sangat stabil (kaya raya) dibanding rakyat pribumi asli Wina terutama dibagian wilayah Inner City. 

Kebencianya meradang ketika ia sadar bahwa gerakan politik warga Yahudi meluas di Wina, menurut pandangan Hitler tentang keberadaan gerakan politik tersebut seperti secara terang-terangan memperlihatkan identitas gerakan politik bangsa Yahudi yakni Zionisme artinya dalam pandanganya bahwa saat itu Yahudi mempunyai agenda untuk menancapkan kuasa politiknya, mereka di Wina bukan sebagai pedagang dan imigran biasa melainkan hendak meneguhkan kekuatan dan identitas politiknya, seolah-olah Wina saat itu dimata Hitler hendak dijadikan Israel oleh warga Yahudi yang perlahan menancapkan kekuatanya di Wina. 

 Namun di Wina terdapat 2 gerakan politik Yahudi yang membuatnya tidak sama yakni gerakan politik Zionis dan gerakan politik Liberal namun bagi Hitler diantara kedua gerakan tersebut tidak ada bedanya sebab dalam kecurigaanya bahwa Yahudi liberal ini sesungguhnya mempunyai tujuan yang sama yakni meneguhkan dan mendeklarasikan keyahudianya dengan cara sembunyi-sembunyi yang dipandangnya lebih berbahaya yang tiba-tiba akan menerkam jika sudah merasa kuat.

Menurut Hitler keberadaan warga Yahudi memberikan kesan merugikan, sebab gerakan-gerakan politik warga Yahudi inilah ras bangsa Jerman mengalami kemerosotan, warga Jerman termasuk warga di Wina terancam tersisihkan oleh keberadaan warga Yahudi sebab saat itu warga Yahudi lebih banyak menguasai sector-sektor strategis, misalnya warga Yahudi banyak yang sukses sebagai ilmuwan, pengusaha bahkan politisi. kekuasaan warga Yahudi semakin kuat setelah PD I dan kekaisaran Jerman runtuh dan berubah menjadi republik dengan sebutan Weimar.

Keikutsertaan warga Yahudi dalam internal pemerintahan membuat dirinya semakin memperluas dan memperkuat posisinya di Jerman dan Austria dari segi keuangan, ekonomi, budaya. Contoh warga Yahudi yang memegang posisi penting yaitu Hugo Preub (menteri dalam negeri), Walther Rathenau (menteri luar negeri) dll, hal ini membuat termarginalisasinya warga Jerman. 

Hitler juga memfitnah bahwa saat dirinya menjadi gelandangan disebabkan berkuasanya Yahudi di Wina, kebencian terhadap warga Yahudi tidak tertampung lagi menjadikan dirinya berubah dari Humanisme menjadi rasisme dan antisemitisme fanatik yang kelak akan menjadi ideology berbahaya ketika Hitler dan partainya Nazi berkuasa di Jerman.

Penulis : Anisa Anggraeni Saldin

Posting Komentar untuk "Munculnya Sikap Rasisme dan Antisemitisme Yahudi Dalam Diri Hitler"