Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sekilas Asal-Usul Kesultanan Melaka

Sumber sejarah Kesultanan Melaka dalam tradisi Melayu adalah Sejarah Melayu. Buku ini menyebutkan bahwa raja-raja Melayu-Melaka berasal dari keturunan raja-raja Palembang.

Sapurba/Sang Purba, yang disebut Sejarah Melayu sebagai keturunan Iskandar Zulkarnain turun ke bukit Siguntang Mahameru, Palembang. Ia kawin dengan Wan Sendari, anak raja Palembang yang bernama Demang Lebar Daun.

Sang Nila Utama, salah seorang putra Sapurba membangun Singapura. Ia kemudian digantikan putranya Raja Kecil Besar yang kawin dengan Nila Pancadi, puteri raja di Benua Keling. Raja Kecil Besar, yang bergelar Iskandar Syah pindah ke Semenanjung Malaya dan membangun Melaka. Peristiwa ini dilukiskan Sejarah Melayu sebagai berikut:
“Maka Sang Nilai Utama pun berbuat negeri di Temasik, maka dinamai baginda Singapura; maka baginda pun tibalah di Singapura, maka Bat membacakan cirinya; maka Sang Nila Utama digelar oleh Bat Seri Teribuana. …Hatta, negeri Singapura pun besarlah, dan dagangpun banyak datang berkampung terlalu ramai, dan bandarpun terlalu makmur. Maka sembah segala orang besar-besar, benarlah Tuanku, seperti titah Duli yang dipertuan itu. Maka disuruh baginda perbuat negeri pada tempat itu. Maka raja Iskandar bertanya, ‘Apa nama kayu ini tempat kita bersandar?’. Maka sembah orang, “Kayu Melaka namanya, Tuanku”. Maka titah baginda, ‘Jika demikian, Melakalah nama negeri ini. Maka Raja Iskandar Syah pun diamlah di Melaka. Adapun Raja Iskandar tatkala diam di Singapura, tiga puluh dua tahun, maka Singapura kalah oleh Jawa, maka kararlah (pindah) baginda di Melaka tiga tahun.

Merujuk ke buku-buku lain, Kesultanan Melaka, sesuai dengan Sejarah Melayu, didirikan oleh raja-raja keturunan dinasti Palembang. Pada permulaan abad ke-14, di Semenanjung Malaya belum ada kerajaan. Wilayah ini masih di bawah kekuasaan Siam. Kerajaan yang kuat di Nusantara waktu itu adalah Kerajaan Hindu Majapahit yang kemudian menjadi lawan tangguh Siam dalam memperebutkan pengaruh dan kekuasaan di Selat Melaka.

Menurut Hall, seorang putri Majapahit dikawinkan dengan pengeran Syailendra dari Palembang. Pangeran inilah yang kelak dikenal dengan Parameswara/ Permaisura. Ketika terjadi perebutan tahta pada tahun 1401 antara Wirabumi dari Jawa Timur dengan Raja Wikrawardana dari Majapahit, pengeran ini mengungsi ke Tumasik/Temasik (Singapura). Ia berhasil menguasai Singapura. Tahun 1403, ia didesak oleh raja Pahang atau Pattani, bawahan Siam, sehingga pindah ke Melaka.

Sejarah Melayu tidak menyebutkan tentang pangeran yang kawin dengan putri Majapahit ini. Buku ini hanya menuturkan bahwa hubungan perkawinan antara Palembang dengan Majapahit adalah antara putri Palembang, anak Suparba dengan Batara Majapahit. Keturunan putri Majapahit inilah yang melanjutkan dinasti Majapahit.

Sejarah Melayu sama sekali tidak menyinggung persoalan ketidakstabilan politik Majapahit berkaitan dengan pendirian Melaka. Ini kelihatannya untuk menutupi cacat sejarah pendiri Melaka, sebagai salah satu ciri cerita hikayat, babad dan lain-lain. Karena itu wajar kalau Sejarah Melayu berbeda dengan catatan kronologis sejarah Melaka yang sebenarnya, misalnya catatan Cina dan lain-lain.

Laporan sejarah Dinasti Ming mengatakan bahwa pada tahun 1403 Melaka sudah ada, tetapi belum ada kerajaan. Pimpinan mereka adalah Paili-Su-Ra (Permaisura). Kalau Permaisura mendirikan Melaka pada tahun 1403, adalah mungkin bahwa ia terlibat dalam perang Sipil 1404-1406 di Jawa.
Replika Istana Kesultanan Melaka
Dalam versi lain, kepindahan Parmaisura ke Singapura diusir oleh Majapahit karena ia tidak membayar upeti. Mengikuti alur versi ini, Majapahit kemudian menyerang Singapura dan Permaisura pindah ke Melaka. Majapahit tidak sampai menghancurkan Singapura, karena orang-orang Majapahit kembali ke Jawa setelah Singapura kalah. Raja Singapura pindah ke Selitar, Muar, kemudian ke Melaka setelah digempur oleh gabungan kekuatan Patani, Pahang dan Siam. Dengan demikian, Permaisura adalah juga Raja Kecil Besar menurut versi Sejarah Melayu. Hanya saja, sekiranya catatan di atas diikuti, berarti Permaisura menetap di Singapura selama 3 tahun, tidak 32 tahun sebagaimana yang direkam Sejarah Melayu.

Berbeda dengan kedua versi di atas, Sejarah Melayu mencatat, yang pindah ke Singapura bernama Sang Nila Utama. Ia kemudian digantikan oleh putranya, Raja Kecil Besar Inu Pikrama Wira. Pada masa inilah raja Majapahit, Betara Inu Merta Wangsa menyerang Singapura, karena negeri ini tidak mau tunduk ke bawah Majaphit. Diceritakan bahwa Majapahit kalah, dan ia kembali ke pulau Jawa. Pada masa selanjutnya Majapahit menyerang lagi dan kali ini Singapura kalah. Kekalahan Raja Kecil Besar disebabkan bendaharanya, Rajuna Tapa, membelot ke Majapahit.

Menurut Van Stein Callenfels, adalah hal yang sama sekali tidak mungkin bila dikatakan bahwa Majapahitlah yang mengusir Permaisura atau Raja Kecil Besar dari Singapura. Singapura ditaklukkan menjadi daerah jajahan oleh Majapahit tahun 1365. Sedangkan pada masa Melaka berdiri, kekuatan Majapahit sudah surut.

Sumber-sumber Cina menyebutkan bahwa tahun 1403 pengaruh Siam menyebar ke Semenanjung Malaya. Tidak dapat dipastikan apakah Siam, Patani atau Pahang yang menjadi musuh Permaisura. Sekiranya pembabakan Callenfels ini diterima, catatan Sejarah Melayu yang menyebutkan bahwa Permaisura menetap di Singapura selama 32 tahun dapat dibenarkan.

Terlepas dari persoalan mana yang benar di antara dua versi penyebab kekalahan Singapura di atas, jatuhnya negeri ini menyebabkan Permaisura meninggalkan negerinya. Ia menuju Seletar di utara Singapura. Dari daerah ini ia menyeberang ke Semenanjung Melayu dan menetap di Muar. Dari Muar, perjalanan dilanjutkan sampai ke Melaka. Di sinilah Permaisura mendirikan Kerajaan Melaka.

Sejarah Melayu mencatat bahwa raja yang pindah dari Singapura dan mendirikan Melaka itu bernama Iskandar Syah yang bergelar Raja Kecil Besar. Namun dalam catatan-catatan lain, Hamka menemukan bahwa raja Melaka yang pertama adalah Permaisura. Sidi Abdul Aziz, seorang ulama Jedah mengajaknya masuk Islam. Setelah menjadi muslim, Permaisura memakai gelar “Sultan Muhammad Syah”.Sedangkan Iskandar Syah yang dalam Sejarah Melayu disebut-sebut sebagai pendiri Melaka adalah sultan Melaka yang kedua.

Dari gambaran di atas, jelas bahwa Melaka adalah lanjutan dinasti Palembang. Berpindahnya Permaisura dari Palembang ke Melaka juga menyebabkan perpindahan tradisi. Pengaruh Palembang dapat ditemukan dalam tradisi Melaka.

Baca Juga: Bernard H.M Vlekke: Prameswara Pendiri Malaka Berbangsa Jawa

Penulis: Dr. ALI ABUBAKAR, M. Ag
Editor : Sejarah Cirebon

Posting Komentar untuk "Sekilas Asal-Usul Kesultanan Melaka"