Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tan Malaka Berguru Pada Hadhratu As-Syaikh Hasyim Asy’ari

Tan Malaka menghampiri mbah Hasyim ditemani oleh sahabat organisasinya yaitu Samaoen. Kedua pejuang kiri revolusioner menemui K.H. Hasyim Asy’ari untuk meminta nasehat, Tan Malaka tertarik terhadap madrasah dan pondok pesantren Tebuireng yang sudah ada sebelum pihak Belanda mulai melarang adanya pendidikan dan kedatanganya juga dikarenakan ingin bersatu untuk membuat propaganda pemogokan para kaum buruh seperti mendoktrin para buruh agar tidak bekerja di pabrik bikinan Belanda dengan dalih dapat menguntungkan orang asing dan juga menyuruh warga pribumi agar tidak menyewakan tanah atau rumahnya kepada pihak Belanda untuk berkebun karena itu akan sangat merugikan.

Gerakan mogok pun selalu dikumandangkan oleh ketiga tokoh tersebut hingga setiap tahunya gerakan revolusi kemerdekaan terus menggeliat diseluruh penjuru Indonesia.

Ketertarikan Tan Malaka terhadap Madrasah K.H Hasyim Asy’ari tidak sampai situ saja, Tan Malaka sangat tertarik dengan praktek pendidikan ala pondok dalam menanamkan benih-benih kemandirian kepada para santri yang kebanyakan dari kelas bawah alias masyarakat miskin selain itu juga Mbah Hasyim memberikan sebuah skill bertani dan berternak yang nantinya akan menjadikan para santri mandiri dan tidak tergantung apalagi hingga meminta bantuan kepada Belanda.

Walaupun dua orang ini berbeda ideology namun tujuan dan motif mereka sama yakni mengangkat derajat rakyat Indonesia, merubah gaya pikir serta para siswa itu nantinya akan dijadikan masa untuk memerdekakan bangsa.

Tan Malaka saat itu juga sedang disibukkan dengan visi misinya dalam pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI  dan SI (Serikat Islam) untuk membangun sebuah sistem pendidikan bagi para kader yang terkait dengan nilai-nilai sosialisme-komunisme, gerakan aksi masa, keahlian berorasi dan agitasi, jurnalisme dan keahlian menggerakan masa.

Semua itu dilatarbelakangi dari kekagumanya terhadap madrasah dan pondok Tebuireng yang sudah terlebih dahulu dirintis oleh Mbah Hasyim. Perbedaan ideology diantara mereka tidak membuatnya berjarak.

Kedekatanya dengan keluarga Tebuireng tidak semata-mata mempelajari strategi pendidikan, Tan juga sangat akrab dengan keluarganya dan anaknya K.H Hasyim (pendiri NU) yaitu KH. Wahid yang juga bernasib seperti dirinya menjadi salah satu Founding Father (bapak pendiri bangsa) keakrabanya itu turut mewarnai sejarah pergerakan nasional. Selain dengan Hasyim Tan Malaka juga dekat dengan bung Karno, bung Hatta, Moh. Yamin, dan juga Soedirman.
Dalam hal ini Tan Malaka ingin mendengar secara langsung dari mbah Hasyim mengenai relasi Islam dan sosialisme, ketertarikanya itu disebabkan terkesan dirinya terhadap pendapat Haji Misbach (seorang ulama yang juga berpikir sosialis) dan Natar Zainuddin yang mengatakan bahwa sosialisme itu sejalan dengan semangat rihmatalil alamin alasanya karena Islam ada kewajiban membayar zakat, melindungi buruh dan para fakir miskin. Ketertarikanya itu juga Tan sebarkan dalam tulisanya di Koran pemandangan Islam.

Jika dilihat dalam tujuanya, Tan Malaka bukan ingin berguru namun beliau tertarik dengan metode yang ditanamkan dalam pengajaran para santrinya, karena mempunyai visi yang sama yaitu memberi pendidikan kepada orang miskin menjadikan Tan Malaka menyukai dirinya walaupun disatu sisi Tan Malaka komunis sedangkan Mbah Hasyim agamis dan sosialis.

Ditulis Oleh : Anisa Anggraeni Saldin

Baca Juga:

Posting Komentar untuk "Tan Malaka Berguru Pada Hadhratu As-Syaikh Hasyim Asy’ari"