Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak

Ada beberapa penyebab runtuhnya Kerajaan Demak. Para ahli umumnya mengajukan lima penyebab runtuhnya Kerajaan Demak. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

Kurang pandai menarik simpati rakyat

Para Sultan Demak tidaklah pandai menarik simpati rakyatnya. Raden Patah, sejak awal berdirinya kerajaan terlalu mengandalkan kekuatan orang-orang Tionghoa Islam atau yang bukan Islam yang tinggal menetap di beberapa Pelabuhan untuk perdagangan. Raden Patah bercita-cita membangun Negara Maritim, maka perhatiannya dicurahkan untuk pembuatan pelabuhan dan kapal-kapal demi suatu armada yang tangguh.

Fokus terhadap Negara Maritim

Demak berfokus kepada perang dengan portugis yang datang ke Indonesia untuk mencari rempah. Demi monopoli dagang, maka Demak berperang dengan Portugis memperebutkan pelabuhan-pelabuhan penting jalur perdagangan. Tetapi sayangnya pelabuhan Malaka terlebih dahulu dikuasai oleh Portugis dan Demak tidak mampu menyerang pertahanan benteng Portugis yang telah dibangun di Malaka. Maka waktunya hanya dipakai untuk menghadang kekuatan Portugis, Negara Maritim dan monopoli rempah, sehingga tidak memiliki waktu untuk memikirkan dan mengambil hati rakyatnya.

Terlalu mengandalkan Bangsa Tionghoa

Raden Patah atau Jin Bun adalah keturunan Brawijaya V penguasa terakhir Majapahit dari Ibu yang berdarah China. Maka mungkin Jin Bun merasa sebangsa dengan China, itulah sebabnya Jin Bun dalam Sikapnya lebih berpihak kepada Rakyat Tionghoa yang tinggal di pelabuhan-pelabuhan. Akan tetapi kekuatan orang China sangatlah sedikit seandainya jika dibandingkan dengan Rakyat lokal (Jawa). Demikianlah yang membuat kekuatan Demak tidak cukup memiliki power, hal ini dapat merugikan kekuatan Demak sendiri.

Akibat kelalaian Jin Bun Merangkul Rakyat pedalaman, Demak akhirnya kehilangan simpati rakyat. Tenaga rakyat tidak mampu lagi didaya gunakan untuk kepentingan kemenangan Kerajaan.

Perbedaan Madzhab bangsawan dan rakyat

Perbedaan mewarnai pula dalam masalah pelik di Demak. Sultan Demak dan para pengikutnya menganut Madzhab Hanafi, seperti yang diajarkan oleh Sunan Ngampel Alias Bong Swi Hoo. Namun sebagian besar rakyat bekas kerajaan Majapahit masih tetap memeluk Hindu. Daerah pasuruan dan Panarukan tetap merupakan daerah agama Hindu, tidak tunduk kepada Demak.
Beberapa Pembesar yang masuk Islam, seperti Ki Ageng Pengging, Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Butun, dan Ki Ageng Siti Ngerang memeluk agama Islam yang diajarkan oleh Syeikh Siti Jenar.

Sengketa Keluarga

Yang paling melemahkan adalah sengketa keluarga yang terjadi diantara keturunan Raden Patah. Raden Patah yang memiliki beberapa anak laki-laki dari ibu yang berbeda-beda yang membuat perebutan semakin sengit.

Penobatan Adipati Yunus alias Yat Sun tidak mengalami kesulitan, Karena Yat Sun adalah putra mahkota sulung. Tetapi, stelah Yat Sun mangkat tanpa meninggalkan putra, timbul berbagai masalah. Para putranya mulai berebut kekuasaan, Raden Kikin atau Raden Sekar atau Pangeran Seda Lepen lebih tua daripada Sultan Trenggana akan tetapi Sultan Trenggana lahir dari Istri Pertama, sedangkan Pangeran Seda Lepen lahir dari Istri ke tiga. Hal inilah yang menimbulkan keruwetan dan pembunuhan berkepanjangan demi memiliki Takhtha kerajaan.

Itulah beberapa sebab yang membuat keadaan Demak terpuruk, Kerajaan Demak runtuh pada tahun 1546M. Jika dihitung maka masa kejayaannya hanyalah 71 tahun sejak awal pembangunannya. Pada tahun itu juga, berdirilah kesultanan baru di Pajang, di sebelah barat kota Surakarta Sekarang.

Kesultanan Demak diruntuhkan oleh keturunan Majapahit pula, karena Sultan Hadiwijaya adalah anak dari Ki Ageng Pengging dan sebagai Cucu dari Bupati Dayaningrat yang merupakan menantu dari Prabu Brawijaya V (Wikramawardhana). Dengan berakhirnya kekuasan Demak, maka pemerintahan dipindah ke Pajang di daerah pedalaman dengan tidak membangun Armada baru lagi bahkan tidak menguasai pelabuhan- pelabuhan.

Posting Komentar untuk "Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak"