Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal-Usul Ngarot, Tradisi Rakyat Lelea Indramayu

Sebagai sebuah tradisi yang kini masih tetap lestari, Ngarot tentu ada asal-usulnya. Asal-Usul munculnya tradisi Ngarot berkaitan dengan peristiwa disahkannya Lelea menjadi sebuah pemerintahan Desa. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1686 Masehi.

Sebelum tahun 1686, meskipun di Lelea sudah ada penduduk, daerah tersebut tidak memiliki pemerintahan, penduduk hanya hidup secara berkelompok tanpa adanya seseorang yang didaulat sebagai kepala pemimpin. 

Lambat laun, ketika Penduduk di Lelea semakin banyak, masyarakat sepakat mendirikan pemerintahan Desa, mayoritas masyarakat sepakat untuk menunjuk Canggaran Winera sebagai Kuwu/kepala desa Lelea yang pertama. 

Sebagai seorang Kuwu di sebuah desa yang masih baru, Canggaran Winera berusaha sekuat tenanga mengumpulkan dana untuk membangun Balai Desa dan kelengkapan lainnya yang berhubungan dengan desa, seperti mengangkat Pamong/Perangkat Desa untuk membantu kinerjanya hingga membenahi infrastruktur di desa yang baru mereka bangun. 

Pada awalnya, Canggaran Winera bersama perangkat desa lainnya bekerja tanpa digajih, bahkan tidak jarang mereka malah mengeluarkan harta pribadinya untuk kepentingan pembangunan desa. Hal ini dikarenakan Desa Lelea waktu itu belum memiliki aset desa (Carik) sama sekali. 

Selepas bertahun-tahun menjadi kepala Desa tanpa bayaran dan hidup sengsara, ada satu orang kaya bernama Ki Kapol yang merasa kagum pada kinerja Canggaran Winera bersama perangkat desanya. 

Sebagai bentuk dukungan terhadap Pemerintah Desa Lelea yang belum lama dibentuk, Ki Kapol menghadiahkan harta kekayaannya berupa Sawah sebanyak 2,6 Hektar untuk dijadikan sebagai tanah Carik desa. 

Ngarot
Hadiah Ki Kapol kepada Pemerintah Desa Lelea, membuat Canggaran Winera merasa terharu, karena Kinerja yang mereka lakukan dihargai masyarakat. Sebagai wujud atas rasa syukurnya itulah, Canggaran Winera membuat suatu acara yang kelak dirayakan setiap tahun hingga menjadi sebuah tradisi. Adapun nama tradisi itu adalah "Ngarot".


Ngarot berasal dari bahasa Sunda "Ngauruet/arot", yang mempunyai arti makan dan minum. Dinamakan demikian karena hadiah sawah yang diberikan oleh Ki Kapol dapat dijadikan sebagai penghasilan (Biaya makan dan minum) Kuwu dan Perangkat Desa bahkan bisa dijadikan sebagai modal untuk mensejahtrakan masyarakat desa. 

Karena Ngarot berkaitan dengan tanah carik desa, maka tradisi acara yang dibuat oleh Canggaran Winerapun berkaitan dengan pertanian. 

Tradisi Ngarot dilaksanakan pada awal masuknya musim hujan (Oktober-Desember), Masyarakat pada tradisi ini dilibatkan guna menyambut datangnya musim garap sawah, mereka diajak untuk mendatangi tanah carik desa, dan melakukan doa dan syukuran disana.

Selain itu, dalam tradisi Ngarot juga, disediakan alat/benda serta ritual khusus untuk menyambuat acara, diantaranya "Menyediakan Bibit Padi Unggulan yang telah didoakan untuk ditanam di tanah carik" serta "mendangdani gadis-gadis desa yang masih prawan untuk mengantar dan mengarak bibit padi ke tanah carik". 

Bibit padi unggulan yang didokan adalah lambang usaha yang maksimal guna memperoleh hasil pertanian yang baik, sementara gadis prawan melambangkan harapan agar benih yang ditanam tumbuh subur, sesubur gadis-gadis prawan pilihan. 

Ngarot Menjadi Ajang Pencarian Jodoh

Seiring bertambanhya penduduk Lelea dan perubahan zaman, tradisi Ngarot kian meriah. Tradisi tersebut tidak hanya menjadi ajang pesta tahunan yang digelar di wilayah Kecamatan Lelea. Melainkan sudah menjadi adat dan tradisi Indramayu.

Pada pelaksanaannya, tradisi ngarot juga dimanfaatkan sebagai ajang mencari jodoh bagi orang-orang yang kesulitan mencari jodoh. Hal ini dikarenakan banyak muda, mudi, dan orang-orang yang belum mendapat jodoh berkumpul dalam tradisi itu. Karena ada kepercayaan bahwa Ngarot membawa kesuburan, tidak hanya kesuburan pertanian, tapi kesuburan jodoh bagi orang-orang yang sedang mengharapkan jodoh.   

Posting Komentar untuk "Asal-Usul Ngarot, Tradisi Rakyat Lelea Indramayu"