Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemberontakan Gus Rangin Dan Kelahiran Pesantren-Pesantren Ternama Di Cirebon

Bagi warga Cirebon khusuanya, sudah tidak asing lagi mendengar mengenai pesantren Gedongan, Benda Kerep dan Pesantren Buntet, karena pada kenyataannya ketiganya merupakan pesantren ternama di Cirebon, dan dipercayai didirikan pada abad ke 19 awal (1813-1820). Maka dengan demikian otomatis Pesantren-pesantren tersebut pada nyatanya merupakan pesantren tertua di Cirebon.

Pesantren Gedongan didirikan oleh Kiyai Sa'id, Pesantren Benda Kerep didirikan oleh Kiyai Soleh, dan Pesantren Buntet didirikan oleh Kiyai Muqoyyim. Ketiga pendiri pesantren tersebut dipercayai merupakan ulama atau kerabat Istana kesultanan Kanoman Cirebon, yang memilih memberontak pada Sultan baru pilihan Belanda pada tahun 1805-1818. 

Para kiyai-kiyai tersebut dahulu merupakan bagian dari pejuang-pejuang yang menentang kesewenang-wenangan pemerintah lokal Cirebon dan Belanda, dibawah komando Gus Rangin dan Gus Serit. 

Gus Rangin, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bagus Rangin, merupakah Ulama Pejuang Indonesia kelahiran Cirebon (Bantarjati-Jatitujuh-Majalengka). Beliau merupakan anak kedua dari Buyut Sentayem (Versi lain menyebutnya Buyut Tayem). Adapun  kakaknya bernama Buyut Bangin, sedangkan kedua adiknya adalah buyut Salimar dan Bagus (gus) Serit.



Bagus Rangin begitu terkenal diseluruh wilayah Cirebon karena pada Tahun 1805-1818 Masehi beliau memimpin pemberontakan melawan Belanda dan para penguasa lokal di Wilayah Cirebon yang sewenang-wenang terhadap rakyat. 

Pemberontakan yang hampir memakan waktu 15 tahun ini menjalar diseluruh wilayah Keresidenan Cirebon dengan mendapatkan dukungan penuh dari masayarakat Cirebon.

Pemberontakan Bagus Rangin ini dalam sejarah nasional dikenal dengan sebutan perang kedongdong, dinamakan perang kodongdong adalah karena peperangan terbesar dalam perang ini terjadi disebuah desa yang bernama Kedongdong (Sekarang Masuk Wilayah Kec Susukan) selain itu pemberontakan ini juga dikenal dengan nama perang santri, dinamakan perang santri karna kebanyakan yang melakukan pemberontakan adalah kaum santri Cirebon yang dipimpin Gus Rangin dan adiknya Gus Serit.
Ilustrasi Pejuang Cirebon
Pemantik awal dari munculnya pemberontakan besar di Cirebon ini menurut Ekadajti dkk (1990: 98-101) adalah “disebabkan oleh pihak Belanda yang secara semena-mena mengangkat Pangeran Surantaka sebagai Sultan Kanoman Cirebon yang tidak disukai masyarakat. Padahal  yang berhak menggantikan Sultan Anom (wafat 1798) adalah Pangeran Suryanegara. Gejolak pemberontakan semakin besar ketika Pangeran Surya Negara ditangkap setelah melakukan Pemberontakan dan di asingkan ke Ambon (1802) oleh Belanda, sehingga pada tahun 1805 rakyat memberontak dan menuntutnya untuk dibebaskan”.



Selain masalah tersebut, penyebab berbondong-bondangnya masyakat Cirebon angkat senjata melawan Penguasa lokal yang dianggap antek Belanda adalah dikarenakan tanah-tanah partikelir diwilayah Cirebon dikuasai oleh Cina atas restu Belanda dan Penguasa lokal Cirebon, hal ini menyebabkan kebencian pribumi terhadap pemerintah semakin menjadi-jadi karena kondisi perekonomian rakyat menjadi terpuruk (Ricklefs, 2007: 139). 


Secara umum, tanah-tanah partikelir tersebut mulai muncul sejak tahun 1602-1799, berlanjut ke masa Daendels, Raffles, John Fendall, hingga Van der Capellen (1820). Pemilik tanah berhak memberlakukan berbagai macam pajak, yang tentunya merugikan penduduk pribumi. Bahkan, praktik penjualan tanah tidak hanya meliputi tanah dan berbagai jenis tanaman, melainkan dengan petaninya juga (Pusponegoro dan Notosusanto, 2008: 400).

Selama bertahun-tahun pemberontakan ini berkecamuk, namun demikian ketika Gus Rangin terangkap dan dihukum mati di Indramayu pemberontakan mulai menyusut, lebih-lebih ketika Gus Serit tertangkap, perjuangan menjadi tumpul karena tidak dipimpin oleh orang-orang yang ahli dalam manajemen perang. 


Dalam masa inilah kemudan pemerintah kolonial Belanda menumpas pengikut-pengikut bagus rangin dengan membabi buta, dan diantara para pejuang-pejuang yang mengungsi ke hutan dan membuka desa baru dalam rangka menghindari kejaran Belanda itu adalah Kiyai Sai'd Gedongan, Kiyai Soleh Benda Kerep dan Kiyai Muqoyyim Buntet Pesantren. Dan pada perkembangannya ketiga Desa yang didirikan para pejuang-pejuang tersebut kemudian menjadi pesantren ternama di Cirebon. Bahkan juga terkenal diluar Cirebon.