Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Ki Gede Jungjang, Dan Lahirnya Desa Jungjang Kec Arjawinangun Kab Cirebon

Jungjang kini diabadikan menjadi nama dua desa yaitu Jungjang Kota dan Jungjang Wetan, kedua desa tersebut kini di bawah pemerintah Kecamatan Arjawinangun  Kabupaten Cirebon. Jungjang merupakan salah satu desa tua yang kisahnya disebut-sebut dalam beberapa naskah Cirebon klasik. Dan salah satu naskah yang menceritakan tentang Jungjang adalah naskah Mertasinga.
Ilustrasi Petani Tempoe Doeloe
Jungjang pada mulanya adalah sebuah hutan belukar, dan sampai pada masanya hutan tersebut kemudian dijadikan areal persawahaan oleh seorang petani yang digelari Ki Gede Jungjang oleh Sunan Gunung Jati. 

Petani tersebut diceritakan sebagi seorang penurut,  beliau menuruti apa yang dikehendaki Rajanya, dikisahkan sebelum membabad hutan yang kelak dinamai desa Jungjang untuk dijadikan areal persawahan, terlebih dahulu ia meminta ijin ke sunan Gunug Jati yang pada waktu itu menjadi Raja Cirebon.

Sunan Gunung Jati berkata “Silahkan ku izinkan engkau menggarap sawah sajung[1] nanti panenya akan membuatmu kenyang”. Segera yang diberi izin mohon diri setelah berkali-kali menyampaikan terima kasihnya dan kemudian melaksanakan menanami sawah tersebut.

Karena mengelola sawahnya itu sendirian, rupanya dia tidak kuat sehingga sawahnya gagal dan panen dari sawah ini hasilnya hanya sekeranjang kecil. Melihat hasilnya seperti itu lalu petani itu kembali menghadap Sunan Gunung Jati. 

Kata Petani itu “Tuanku, tanaman sawah itu mati semua, dengan izin tuan sawah itu telah hamba Tanami, akan tetapi hasilnya seperti ini. Padahal tuanku pada waktu itu telah menjanjikan bahwa hasil panenya akan mengenyangkan anak cucuku, apakah gerangan salahku?”

Sunan Gunung Jati berkata “Percayalah kepada Allah, bahwa untuk makanan setahun ini padimu tidak akan habis”.

Mendengar sabda Sunan Gunung Jati demikian, yang di ajak bicara menunduk, luluh hatinya mendengar kata-katanya. Kemudian terjadi apa yang dikatakan sang Wali, setiap kali padinya ditumbuk maka penuh lagi keranjangnya, begitulah seterusnya. Kemudian setelah peristiwa itu Petani tersebut disebut Ki Gede Jungjang, sementara daerah yang ia tempati kemudian dinamakan desa Jungjang.

Catatan Kaki
[1] Sajung  adalah ukuran luas luas sawah tempo dulu di Cirebon, sama dengan 4 bahu atau 28.386 m2. Pada masa dahulu di Cirebon seorang pegawai kerajaan yang yang berhak memperoleh pendapatan berupa sawah sejung disebut Pananjung, nama pangkat pegawai yang sawahynya 1 jung (sa-jung).