Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jatuhnya Indramayu Ke Tangan Penjajah Blanda


Jatuhnya Indramayu secara keseluruhan ke tangan penjajah Belanda terjadi pada tahun 1813 Masehi. Percis setelah kegagalan Bagus Rangin menyerbu pusat pemerintahan Kadipaten Indramayu.

Jatuhnya Indramayu ke tangan Belanda bukan akibat peperangan antar keduanya, melainkan akibat dari pemberontakan rakyat terhadap pemerintah Indramayu yang dianggap tidak amanat dalam memerintah. 

Para Adipati dan para pembesar Indramayu dianggap hanya memperkaya diri, saling berebut kuasa dan korup, tidak mementingkan kesejahteraan rakyat sehingga menyulut kemarahan rakyat untuk melakukan pemberontakan. 

Ketika Indramayu dipimpin oleh Raden Sawerdi yang bergelar Wiralodra III, kondisi Indramayu mulai pada kondisi yang tidak menggembirakan. Pada masa ini, Indramayu diterpa berbagai masalah. 

Raden Sawerdi mempunya empat orang anak, yaitu 2 anak laki-laki kembar yang diberi nama Raden Benggala dan Raden Benggali, anak ke tiga berjenis kelamin perempuan yang kelak di perisitri oleh Raden Singawijaya, sedangkan anak keempat berjenis klamin laki-laki yang diberi nama Wangsa Winata. 

Ketika Wiralodra III meninggal dunia, ia tidak sempat mewasiatkan penggantinya sehingga para pembesar Indramayu memutuskan untuk mengangkat anak tertua yakni Raden Benggala menjadi Adipati Indramayu selanjutnya. 

Merasa lebih pintar ketimbang kakaknya, Raden Benggali brontak atas rencana pengangkatan kakaknya sebagai Adipati Indramayu. 

Raden Benggali mengangap dirinya lebih pantas mengemban jabatan Adipati, ketimbang saudara kembarnya. 

Peristiwa itu menjadi pemantik keributan di Indramayu, menimbulkan perpecahan sesama keluarga di keadipatian Indramayu, bahkan hampir terjadi peperangan diantara pengikut kedua pangeran.

Demi terciptanya kedamaian di Indramayu, para punggawa dan pembesar Keadipatian menunda pelantikan Adipati Indramayu yang baru. Pada masa ini, terjadi kekosongan pemerintahan di Indramayu selama lima bulan. 

Melihat keadaan Indramayu yang kacau, penjajah Belanda di Batavia (Jakarta) memanfatkan suasana. 

Belanda mengirimkan seorang komandan satuan militer bernama Van Den Bosh untuk menawarkan persahabatan dan penyelesaian masalah. 

Berdasarkan kesepakatan perdamaian yang digagas Belanda, disepakati jika kedua pangeran layak menduduki tahta Adipati Indramayu. 

Hasil kesepakatan kedua belah pihak memutuskan jika Raden Benggala tetap dilantik sebagai Adipati Indramayu selama 3 tahun, setelah itu,  Raden Benggala diharuskan dengan sukarela menyerahkan jabatanya kepada adiknya Raden Benggali selama 3 tahun juga. 

Selain itu, diputuskan juga bahwa selama Raden Benggala menjadi Adipati di Indramayu, Raden Benggali harus tinggal di Batavia menunggu giliran sesuai kesepakatan.

Setelah peristiwa kesepakatan tersebut, Raden Benggala dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan Gelar Wiralodra IV. 

Selama pemerintahan Wiralodra IV, kondisi Indramayu tidak stabil, para punggawa dan pembesar Indramayu terkotak-kotak ada yang mendukung Raden Benggala dan ada pula yang menjadi pendukung Raden Benggali.
 
Disisi lain, Raden Benggala selalu was-was dalam memerintah, karena mengemban jabatan yang sementara, keadaan seperti itu membuat Raden Benggala tidak begitu baik dalam memerintah. Hari-harinya justru dihabiskan dengan memperdalam ajaran agama.

Setelah 3 tahun memerintah, tibalah waktunya pergantian kekuasaan, Raden Benggali kemudian dilantik menjadi Adipati Indramayu selanjutnya dengan gelar Singalodra. 

Gelar tersebut menyalahi gelar para Adipati Indramayu yang telah berlaku sebelumnya (Wiralodra). Adapun gelar Singalodra sebetulnya diambil dari nama ayah Raden Wiralodra (wiralodra I) yang bernama Singalodra seorang penguasa (Tumenggung) Bagelen.

Baca Juga:
Setelah pengangkatan Raden Benggali sebagai Adipati Indramayu yang baru, Raden Benggala yang sudah hilang haknya bertolak ke Cirebon bersama anaknya Raden Kertawijaya. 

Di Cirebon, Raden Benggala diberi jabatan oleh Sultan Cirebon sebagai Guru Agama bagi para pangeran di Kesultanan Cirebon. Sementara anaknya Raden Kertawijaya dijadikan penguasa di Panjunan. 

Pada masa pemerintahan Raden Benggali, Indramayu sedikit demi sedikit dikendalikan Belanda, segala kebijkan pemerintah menuruti ide maupun saran Belanda. Karena hal inilah kebanyakan rakyat Indramayu merasa tidak senang. 

Tidak seperti saudara kembarnya, Raden Benggali hanya memerintah selama tiga bulan saja, karena ia meninggal karena sakit. 

Sepeningg Raden Benggali, serta didorong oleh rekomendasi Belanda, Raden Semaun, yaitu anak dari Raden Benggali diangkat menjadi Adipati Indramayu selanjutnya. 

Raden Semaun dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan Gelar Wiralodra V, Raden Semaun dalam urusan gelar bertolak belakang dengan pendapat ayahnya yang memilih gelar Singalodra.

Pada masa pemerintahan Wiralodra V, Indramayu secara politik benar-benar sudah dikendalikan Belanda, segala kebijakan pemerintahan betul-betul dikendalikan Belanda. 

Pada masa pemerintahan Wiralodra V, Indramayu mulai kacau, rakyat mulai muak terhadap Adipatinya,  karena dianggap sebagai tangan kanan Penjajah Belanda yang banyak merugikan rakyat. 

Pada masa Pemerintahan Wiralodra V, muncul pemberontakan yang dimotori oleh Bagus Rangin pejuang dari kaum ulama asal Bantar Jati (Majalengka-Dahulu masuk kekuasaan Indramayu).

Perjuangan Bagus Rangin adalah untuk menentang kesemena-menaan Pemerintah Indramayu dan juga menentang campur tangan Belanda dalam pemerintahan.

Dianggap membela kepetingan rakyat, perjuangan Bagus Rangin dan pengikutnya mendapat dukungan dari sebagian rakyat Indramayu. 

Salah satu gerakan pemberontakan Bagus Rangin adalah melakukan rencana kudeta di Kadipaten Indramayu, yaitu merampas secara paksa kedudukan Adipati Indramayu dari tangan Wiralodra V. 

Bagus Rangin memiliki ribuan pejuang yang tangguh, adapun para pemimpin pasukan satuan tempurnya yang terkenal adalah Bagus Kandar, bagus Sura Persada, Bagus Leja, Bagus serit dan Bagus Sena. 

Rencana kudeta Indramayu dibawah Komando Bagus Rangin disusun dengan matang, namun rencana kudeta dibocorkan oleh seorang wanita benama Nyi Jaya.

Nyi Jaya melaporkan kepada Wiralodra V, jika bagus Rangin berencana melakukan kudeta. 

Karena jasanya, Wiralodra V memberikan kedudukan terhormat pada Nyi Jaya. Selain itu, Nyi Jaya juga dianugrahi gelar kehormatan dengan gelar "Nyi Resik Jaya".

Selepas mengetahui rencana kudeta yang digagas Bagus Rangin, Wiralodra V mengutus Patih Astanaya untuk menggempur markas Bagus Rangin di Bantar Jati. Namun, serbuan tentara Indramayu berhasil dikalahkan, bahkan Patih Astanaya terbunuh.

Setelah kekalahan telak pasukan Indramayu, para pemberontak yang dipimpin Bagus Rangin menuju Indramayu untuk sesegera mungkin menguasai Indramayu.

Disisi lain,  Wiralodra V yang kala itu sudah terdesak terpaksa meminta batuan Belanda untuk membantunya menghancurkan Bagus Rangin dan pengikutnya. 

Belanda yang pada waktu itu dikepalai oleh Gubernur Jendra Deandles mengirimkan serdadunya ke Indramayu untuk membantu Indramayu menumpas pemberontakan.

Ribuan Pemberontak Vs Tentara Indramayu yang dibantu Belanda kemudian turun dalam medan pertempuran, namun karena perlengkapan militer dari Pihak Indramayu yang dibantu Belanda lebih unggul, pemberontakan tersebut dapat di tumpas.

Kegagalan Bagus Rangin dalam merebut Indramayu memaksa Bagus Rangin dan sebagian pengikutnya yang masih selamat mundur dan membangun markas baru di desa Kedongdong (Sekarang masuk Wilayah Susukan Cirebon). 

Setelah peristiwa itu, Indramayu kembali tenang, namun sebagai ganti dari pasukan Belanda yang diterjunkan untuk membantu Indramayu, Belanda meminta ongkos perang terhadap Wiralodra V sebesar 11.000 Ponsterling (Sebelas Ribu Ponsterling) dengan segera dibayar lunas. 

Karena pada masa itu, Indramayu jutuh miskin akibat huru-hara dan biyaya perang, Wiralodra V pun tidak sanggup membayarnya.

Akhirnya, dengan terpaksa Wiralodra V menyerahkan Indramayu menjadi bagian dari kekuasaan Belanda. Maka mulai setelah itu, resmilah Indramayu menjadi bagian kekuasaan Belanda yang berpusat di Batavia. Kejadian tersebut terjadi pada tahun 1813 Masehi.

Daftra Pustaka:
[1]Tarmidi, 2011. Sejarah Indramayu. Bandung: Ricchard Hanafi Pustaka
[2]Dasuki, 1975. Sejarah Indramayu. Indramayu: Pemkakb Indramayu   
[3]Translit Naskah Kulit Menjangan
[4]Translit Naskah (Lontar) Babad Dermayu