Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Kesultanan Demak Dalam Catatan Naskah Cirebon

Eksistensi Kesultanan Demak sebagai Kesultanan yang dianggap tertua di Pulau Jawa sudah tidak diragukan lagi, sebab bukti-buktinya terbilang memadai dan yang paling penting bukti-bukti tersebut kebenaranya telah disepakati oleh sejarhwan yang kompeten.

Bukti keberadaan Kesultanan Demak berupa peninggalan seperti Masjid Kesultanan, pemakaman Raja-Raja dan nama Demak yang masih ada hingga kini, adapun bukti lainnya adalah adanya Naskah yang menceritakan tentang perjalanan kesultanan itu.

Salah satu naskah yang memberitakan tentang eksistensi kesultanan itu adalah naskah yang berasal dari Cirebon. Ada banyak Naskah dari Kota Udang yang memberitakan tentang Demak, salah Satunya Naskah Mertasinga.

Berikut berita tentang demak yang termuat dalam Naskah Mertasinga:
Dalam Pupuh XXXIII.09-XXXIII.16. dikisahkan bahwa Wali Songo melakukan pembangunan Masjid Agung Demak.

Dalam Pupuh XXXIII.16-XXXIII.25. dikisahkan Arya Bintara mempersiapkan untuk menyerang Majangrara (Nama Lain Majapahit), yang menjadi panglima Perang Kerajaan demak dalam rangka menggempur Majapahit adalah Pangeran Undung ayah daripada Sunan Kudus. Sementara panglima perang Majapahit adalah Raden Husaian (adik Arya Bintara/ Raden Fatah).

Baca Juga: Raden Patah, Istri dan Anak-Anaknya

Dalam Pupuh XXXIII.25-XXXIII.29. dikisahkan yang membangun soko guru (tiang) masjid agung Demak adalah Sunan Kalijaga.  Dan ceritakan juga salah satu tiang Masjid dibuat dari tatal (Potongan-Potongan Kayu) karena kehabisan bahan baku kayu.

Dalam Pupuh XXIII.29-XXIIV.07. dikisahkan mengenai perdiskusian dan perdebatan Para Wali mengenai arah Kiblat yang benar dalam membangun masjid Agung Demak.

Dalam Pupuh XXIII.12-XXIIV.14. dikisahkan nama Pataka dan Sangkala Masjid Agung Demak Dibuat Oleh Sunan Kali Jaga dengan persetujuan para Wali, adapun Pataka tersebut berbunyi “Sang Gulur Guruh Cahaya Padang Tanpa, Padang Tanpa enur, Sumeng Panas Tanpa Kukus, Banjir Benah Tanpa Atis, Golong Tanpa Wayangan”. Adapun Sangkalanya adalah “Jebleng Gegateleng Ngasu”.

Dalam Pupuh XXIIV.15-XXV.14. dikisahkan tentang meletusnya perang Demak Vs Majapahit yang dimenangkan Majapahit. Panglima Perang Kerajaan Majapahit dapat membunuh Panglima Perang Demak. Kemudian selanjutnya diceritakan Sunan Kudus mengambil alih pimpinan panglima perang Demak

Dalam Pupuh XXV.14-XXV.23. dikisahkan mengenai moksanya (melarikan diri?) Raja Brawijaya (Brawijaya VI?) meninggalkan istana Majapahit.

Dalam Pupuh XXV.23-XXVI. dikisahkan mengenai kemenagan Demak atas Majapahit. Dalam kemenangan itu, Demak merebut Istana dan tidak menemukan Raja. Seluruh peninggalan dalam Istana diboyong ke Demak.

Dalam Pupuh XXVI.09-XXVII.01. dikisahkan mengenai penobatan Arya Rangga Bintara sebagai Sultan Demak dengan gelar Sultan Abdul Fatah. Yang menjadi Patih bernama Wanasalam dan penghulunya bernama Kiyai Abduldina. Wilayah-wilayah yang tunduk kepad Demak meliputi Seluruh wilayah taklukan Majapahit. Dikecualikan daerah tertentu yang diberi otonom (Merdeka) Yaitu Blambangan Daerahnya Sunan Giri Gajah, Surabaya untuk Sunan Ampel, Tuban, Kudus.

Demikian berita tentang Kesultanan Demak dalam Naskah Mertasinga, adapun berita Tentang Demak dan hubungannya dengan Kesultanan Cirebon yang juga masih terdapat dalam Naskah Mertasinga, akan dituliskan dalam artikel lain.

Baca Juga: Kerajaan Demak, Masa Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhan