Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Desa Bulak Arjawinangun Cirebon

Bulak sebagai sebuah desa yang terletak di Kecamatan Arjawinangun tentu memiliki sejarahnya tersendiri, dalam kata lain memiliki asal-usulnya tersendiri sehingga kemudian, kenapa para pendiri desa tersebut menamainya dengan nama "Bulak". 

Secara nama memang desa Bulak di Arjawinangun ini sama dengan Desa Bulak yang berada dibawah Kecamatan Jatibarang Indramayu. Meskipun begitu bukan berarti karena namanya sama lantas kemudian sejarah atau asal-usul pendiriannya sama.

Bulak secara bahasa dipercaya berasal dari dua kata bahasa Cirebon yaitu kata “Bul” dan kata “Lak” Bul sendiri bermaksud ungkapan keanehan yang apabila diterjamah memiliki makna “Ternyata” kata ini kependekan dari kata bahsa Cirebon “Jebule” Sementara kata “Lak” kependekan dari kata “Laka” yang mempunyai arti “Tidak Ada”.  Sehingga dengan demikian “Bulak” bermaksud “Ternyata Sudah Tidak Ada” atau dalam bahasa Cirebon diungkapkan dengan kata “Jebule Laka”
Munculnya nama Bulak yang sekarang menjadi nama Desa di Kecamatan Arjawinangun Kab Cirebon ini dipercayai berkaitan dengan Tokoh Pendiri Cirebon yaitu Pangeran Cakrabuana. 

Dikisahkan Pangeran Cakrabuana sangat gemar sekali berkeliling ke Wilayah Cirebon yang waktu itu umumnya masih hutan. 

Kegemaran Pangeran Cakrabuana dalam blusukan ini kemudian pada nantinya membuat paham sang Pangeran, paham terhadap wilayah-wilayah di sekitar Cirebon baik yang sudah berpenghuni maupun yang kondisinya masih Hutan. 

Suatu ketika, ketika Pangeran Cakrabuana melakukan Blusukan, ternyata beliau mendapati daerah yang dulunya hutan kini menjadi terang benerang dan berpenghuni, beliaupun kemudian terkaget-kaget sebab beliau tidak terlampau lama megunjung tempat ini, dahulu waktu beliau berkunjung memang masih hutan, ungkapan keanehan Pangeran Cakrabuana menyaksikan peristiwa dihapannya itu kemudian diwujudkan dalam bentuk kata-kata “Ternyata Sudah Tidak Ada Hutanya”  atau dalam bahsa Cirebon diucapkan dengan “Jebule Wis Laka Alase” Atau “Bulak Alase”. 

Setelah peristiwa ini, kemudian Dukuh/Perkampungan yang dahulunya hutan lebat itu kemudian dinamakan “Bulak”.

Sementara orang yang bertanggung jawab dan melakukan pembabatan hutan sehingga menjadi perkampungan itu adalah Ki Kasmadi beserta Istrinya Nyi Resmi. Ki Kasmadi mulai setelah itu kemudian diangkat menjadi Ki Gede Ing Bulak yang bermaksud Kepala Dukuh/Orang Yang dituakan di Bulak.