Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kerajaan Sindangkasih Bukan Terletak Di Majalengka

Kerajaan Sindangkasih adalah salah satu nama Kerajaan yang disebut-sebut dalam sejarah Cirebon, dahulu Kerajaan ini dianggap sebagai negeri atau kerajaan bawahan dari Kerajaan Galuh yang berpusat di Kawali. Menariknya sebagaimana yang diinformasikan dalam Carita Purawaka Caruban Nagari, bahwa ketika Jaya Dewata berjodoh dengan Nyi Ambet Kasih, putri dari Raja Sindangkasih, Jaya Dewata digelari "Prabu Siliwangi. 

Menurut Uraian Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, bahwa sebelum menjadi Perngasa (Raja seluruh Raja di Sunda), Prabu Siliwangi mula-mula menjadi Raja di Sindangkasih, Raja di Galuh dan untuk kemudiannya barulah menjadi Raja di Pajajaran (Raja seluruh tanah Sunda). 

Adanya catatan sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Sindangkasih, membuat sebagian orang beranggapan bahkan mengkalim jika Kerajaan Sindangkasih adalah suatu kerajaan yang terletak di Kabupaten Majalengka. Bagi kelompok ini mereka percaya jika di Majalengka dahulu pernah berdiri Kerajaan Sindangkasih dengan ratunya yang bernama Nyi Ambet Kasih.

Klaim sebagaian orang yang marak dituliskan di beberapa Website atau Blog mengenai Kerajaan Sindangkasih dan Ratunya yang bernama Rambut Kasih sebagai cikal bakal pembentukan Kabupeten Majalengka sungguh tidak berdasar. 

Merujuk pada catatan kesultanan Cirebon sebagaimana tertulis dalam beberapa naskah Cirebon, diketahui bahwa memang Kerajaan Sindangkasih ini pernah ada, Nyai Rambut Kasih pun ada, akan tetapi Kerajaan Sindangkasih itu terletak di Wilayah Beber, sekarang menjadi Desa Sindangkasih. 

Nyai Rambut kasih atau Ambet Kasih juga ada, beliau  puteri Ki Gede Sindangkasih yang di peristri oleh Raden Pamanah Rasa. Selanjutnya Raden Pemanah Rasa setelah menikahi Nyai Rambutkasih kemudian menjadi Raja di Sindangkasih dengan gelar Prabu Siliwangi. 

Jadi dengan demikian, Prabu Silihwangi ini awalnya bertahta di Kerajaan Sindangkasih, menjadi Raja Bawahan kerjaaan Sunda Galuh.  Kabar mengenai hal tersebut dapat kita jumpai dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari pada Pupuh Ke III. Demikian ringkasan isinya:
  • Dikisahkan secara singkat perihal perjalanan hidup Prabu Siliwangi, seorang raja besar yang memerintah Pakwan Pajajaran. Ia adalah putra Prabu Anggalarang dari wangsa Galuh yang berkuasa di Surawisesa (keraton galuh).
  • Pada masa mudanya, ia bernama Raden Manah Rarasa (Pamanah Rasa) dan dipelihara oleh uaknya, Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru labuhan yang menguasai pelabuhan Muara Jati. 
  • Prabu Siliwangi memperistri puteri Ki Gedeng Sindangkasih bernama Nyai Ambetkasih.
  • Prabu Siliwangi mengikuti sayembara di negeri Surantaka, bawahan negeri Pajajaran, yang diselenggarakan oleh raja Singapura, Ki Gedeng Tapa. Dalam sayembara itu, ia tampil sebagai pemenang dan berhak memperistri Nyai Subanglarang, putri Ki Gedeng Tapa. Setelah Ki Gedeng Sindangkasih wafat, Raden Pamanah Rasa dijadikan Raja Sindangkasih dengan gelar Prabu Siliwangi.
  • Selang beberapa waktu lamanya, Prabu Siliwangi dinobatkan menjadi Maharaja di Pakwan Pajajaran bergelar Pabu Dewatawisesa dan tinggal di keraton Sang Bima bersama istrinya Nyai Subanglarang.
Selain Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, ternyata ada juga Naskah Cirebon lainnya yaitu Naskah Mertasinga, Naskah ini menceritakan mengenai berakhirnya atau runtuhnya kerajaan Sindangkasih, diceritakan Sindangkasih runtuh karena diserang oleh Cirebon, adapun yang melakukan penyerangan (Panglima Perang) adalah Ki Gede Susukan dan Ki Gede Tegal Gubung, masa keruntuhan kerajaan Sindangkasih dalam naskah tersebut ketika Cirebon diperinrah Sunan Gunungjati.

Naskah tersebut memang tidak menampilkan tahun, akan tetapi sebagaimana kita ketahui bahwa Sunan Gunungjati dalam sejarah diketahui memerintah Cirebon dari Tahun 1479-1495 (Lahir 1448, Meninggal 1569), dengan demikian maka dapatlah dipahami bahwa Sindangkasih dipastikan runtuh antara tahun-tahun dimana Sunan Gunungjati menjabat sebagai Sultan Cirebon atau ketika beliau mengasingkan diri di GunungJati yaitu pada abad ke 15-16 Masehi. Kisah lengkap mengenai peristiwa penyerangan Cirebon ke Kerajaan Sindangkasih dapat anda baca dalam artikel Pertarungan Ki Gede Susukan Vs Kigede Tegal Gubug Dalam Peristiwa Keruntuhan Kerajaan Sindangkasih.

Selain itu juga, klaim yang menyatakan Majalengka dahulunya merupakan Kerajaan Sindangkasih bertentangan dengan kabar dari catatan penjajah Belanda, sebab menurut Blesuit (Catatan/Surat) Belanda bahwa Majalengka itu baru didirikan pada Abad 19, Majalengka didirikan menggantikan Kabupaten Maja yang ibu kotanya berada di Sindangkasih. 

Berdasarkan kabar tersebut barulah kita tahu bahwa memang tidak ada sangkut pautnya antara Majalengka dengan Kerajaan Sindangkasih. Majalengka itu, adalah Kabupaten baru pengganti Kabupaten Maja yang Ibukotanya di Desa Sindangkasih. Bukan Kerjaan Sindangkasih. Paparan lengkeap mengenai masalah ini dapat anda baca dalam artikel kami lainnya yang berjudul Sejarah Asul-Usul Kelahiran Kabupaten Majalengka. Demikianlah penjelasan sanggahan penulis terhadap klaim yang menyatakan bahwa Kerajaan Sindangkasih itu terletak di Majalengka.