Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Raja Kertajaya, Firaun Dari Kerajaan Kediri

Firaun dalam masa Musa As mengaku sebagai Tuhan, begitupun dengan Raja Kertajaya, beliau dikisahkan mengaku sebagai Tuhan. Rakyat dan tak terkecuali Para Brahmana dipaksa menyembahya, bagi yang tak menurut akan dibunuhnya. 

Jika Firaun tidak punya kesaktian apa-apa maka tidak demikian dengan Raja Kertajaya, beliau mampu duduk di atas tombak tajam yang berdiri. Begitulah salah satu gambaran kesaktiannya. Tapi akibat dari kekejamanya itu, diakhir hayatnya Raja Kertajaya mangkat dengan tragis.

Raja Kertajaya dalam sejarah dikisahkan sebagai Raja ke tujuh Kerajaan Kediri. Beliau bertahta dari tahun 1185 sampai 1222, beliau bergelar Sri Maharaja Kertajaya. 

Eksistesi keberadaan Raja Kertajaya tercatat dalam prasasti Galunggung, prasasti Kamulan, prasasti Palah, dan prasasti Wates Kulon. 

Kisah Raja Kertajaya yang mengaku tuhan serta sanggup berbuat kejam bagi siapa saja yang tidak menyembahnya dikisahkaan dalam naskah Pararaton. 

Perbuatan Raja Kertajaya yang mengaku sebagai tuhan di tentang oleh para pemuka agama (Kaum Brahmana). Mereka menolak ketuhanan Kertajaya, meskipun sang Raja dikisahkan mempertontonkan kesaktiannya di depan para Brahmana. 

Penolakan para Brahmana terhadap pengakuan Raja Kertajaya berakibat buruk bagi para Brahmana, mereka disiksa dengan kejam sampai mati, sementara bagi yang mengakui ketuhannya akan dibebaskan dari segala hukuman dan diberikan kedudukan terhormat. 

Mendapati kelakuan Rajanya yang sudah keluar dari batas kewajaran, para Brahmana memilih menyigkir dari Ibu Kota kerajaan Kediri, mereka menyingkir sambil mendakwahkan kesesatan Rajanya kepada seluruh Rakyat Kerajaan yang ditemuinya.

Berbarengan dengan zaman itu, di Tumapel tersiar kabar jika Tunggul Ametung seorang Akuwu Tumapel, yaitu seorang Adipati bawahan Kerajaan Kediri yang setia terhadap Raja Kertajaya dibunuh oleh Prajuritnya sendiri yang bernama Ken Arok. 

Ken Arok secara sepihak memproklamirkan diri sebagai penguasa Tumapel yang baru, menggantikan kedudukan Tunggul Ametung. 

Mendapati itu, para Brahmana yang sebelumnya terpencar-pencar menghindari kejaran Kerajaan Kediri berbondong-bondong meminta perlindungan kepada Ken Arok. 

Dengan kecerdasannya, Ken Arok memanfaatkan suasana. Ia mencari simpati rakyat melalui para Brahmana, ia juga berjanji kepada para Brahmana bahwa dirinya akan melakukan pemberontakan terhadap Kediri. Ia juga berjanji akan menaklukan Raja Kertajaya. 

Merasa butuh dengan Ken Arok, para Brahmana menganugrahi gelar kesatria pada Ken Arok dengan Gelar "Bhatara Guru". Mulai setelah itu, Ken Arok ditetapkan oleh para Brahmana sebagai perwujudan atau titisan seorang Dewa. 

Pemberian Gelar Bhatara Guru adalah upaya pemberian kepercayaan kepada Ken Arok, karena pada waktu itu Raja Kertajaya sesumbar jika dirinya hanya bisa dikalahkan oleh Dewa Siwa, dan sebagaimana diketahui bahwa Bhatara Guru merupakan nama lain dari Dewa Siwa. Oleh karena itulah para Brahmana memberikan gelar Bhatara Guru kepada Ken Arok.

Baca Juga: Ken Arok Si Temon Dari Kediri

Setelah Para Brahmana memberikan dukungan penuh terhadap Ken Arok, diangkatlah Ken Arok menjadi Raja Tumapel yang merdeka dari Kerajaan Kediri. Sementara disisi lain para Brahmana mempengaruhi rakyat agar memberontak bersama-sama Ken Arok melawan Kediri. 

Atas himbauan para Brahmana, Rakyat berbondong-bondong membantu Ken Arok untuk mengalahkan Kediri.

Mendapati Tumapel membangkang, Raja Kertajaya mengirimkan pasukanya untuk menyerang Tumapel. 

Tumapel digempur habis-habisan oleh Kediri. Namun, karena Tumapel didukung para Brahmana dan Rakyat, maka serangan demi serangan yang dilancarkan Kediri dapat dipatahkan oleh Tumapel.

Karena selalu mendapat kemenangan dari setiap pertempuran, Tumapel yang didukung rakyat dan para Brahmana bergantian menyerang balik Kediri. Dalam peperangan penentuan Kediri akhirnya dapat dikalahkan. 

Ibu Kota Kerajaan dapat direbut, dan dalam pertempuran itu juga Raja Kertajaya terbunuh dengan tragis.

Setelah Kediri dapat ditaklukan, maka secara otomatis seluruh bekas wilayah Kerajaan Kediri yang sangat luas itu, menjadi wilayah kekuasaan Tumapel. 

Setelah kemenganganya itu, Ken Arok mengubah nama kerajaannya dengan nama Singasari, dengan Tumapel sebagai Ibukotanya. 

Setelah itu, kedudukan Kediri yang semula menjadi pusat Kerajaan berganti menjadi Keadipatian bawahan Singasari, meskipun demikian, Ken Arok mengangkat anak Raja Kertajaya yaitu Jayasabaha sebagai penguasa Kediri selanjutnya.

Tahun 1258 Jayasabaha digantikan putranya, yang bernama Sastrajaya. Kemudian pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya yang bernama Jayakatwang,.

Kelak Jaya Katwang menuntut balas pada Singasari, ia melancarkan pemberontakan terhadap Singasari, dan dalam pemberontakan itu, Jaya Katwang dapat menaklukan Singasari, iapun selanjutnya membangkitkan lagi Kerajaan Kediri.

Baca Juga: Jaya Katwang Penakluk Singsari
Penulis: Bung Fei
Editor: Sejarah Cirebon

Posting Komentar untuk "Raja Kertajaya, Firaun Dari Kerajaan Kediri"