Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ustman Dan Harun Antara Pahlawan Dan Penjahat

Pada tahun 1970 Singapura menyerah, Perdana Menteri Lee Kwan Yew mengakui kepahlawanan Ustman dan Harun dengan cara tabur bunga di makam keduanya. Sebelumnya baik Ustman dan Harun dituduh penjahat soleh Singapura serta dijatuhi hukuman gantung di negara itu pada tahun 1968. 

Bagi Indonesia Ustaman dan Harun adalah pahlawan, sementara bagi Singapura keduanya merupakan penjahat. Mengapa Singapura menganggap keduanya penjahat sementara Indonesia beranggapan keduanya pahlawan ? Demikianlah kisahnya: 

Soekarno menyetujui pembentukan  persekutuan negara-negara melayu di Semenanjung sesuai dengan perjanjian Manila Accord pada 1957. Tapi pada tahun-tahun selanjutnya Inggris rupanya membentuk perekutuan Malaysia yang bertentangan dengan perjanjian Manila Accord. Sebab memasukan Singapura, Brunai Darusalam, Sabah dan Serawak menjadi Negara Persekutan Malaysia. 

Pada mulanya Soekarno diam, akan tetapi rupanya oposisi Singapura, Brunai, Sarawak dan Sabah yang menentang pembentukan Negara melakukan pemberontakan, Brunai pun kemudian memutuskan untuk tidak ikut bergabung dalam Malaysia, dan memilih untuk mendirikan Negara sendiri. 

Selain itu di Sabah dan Serawak pun oposisi melancarkan aksi-aksinya untuk menolak masuk dalam persekutuan Malaysia. Tapi Inggris rupanya bertindak cepat. Para oposisi atau pembangkang ini kemudian ditumpas Inggris. Pada masa-masa seperti inilah Soekarno menyatakan perang dengan Inggris dan berusaha menggagalkan rencana Inggris untuk mendirikan Negara Malaysia. 

Dari mulai tahun 1964-1967 Inggris dan Indonesia saling serang, Ingris kadang menyusupkan tentara Ghurka-nya ke Kalimantan untuk membunuhi Tentara Indonesia secara tiba-tiba. Begitupun Indonesia memasukan para sukarelawan dan tentaranya ke wilayah Malaysia untuk mengacaukan pembentukan Malaysia. 

Dan salah satu Tentara yang dikirim Indonesia untuk menggagalkan pembentukan Malaysia yang meliputi (Semenanjung, Singapura, Sabah, Sarawak dan Brunai) itu adalah Ustman dan Harun seorang tentara elit Angkatan Laut Indoneisa di Jamannya. Keduanya dtitugaskan untuk masuk ke Singapura untuk mengacaukan rencana Inggris membentuk Malaysia. 

Ustman dan Harun kemudian pada akhirnya meledakan Hotel Mac Donald pada Tahun 1965, hotel yang biasa digunakan oleh Inggris dan Pejabat Singapura yang Pro pada pembentukan Persekutuan Malaysia. Hotel inipun kemudian sebagiannya hancur, ledakanya itu menyebabkan 3 orang tewas dan 35 luka-luka. 

Sebelum meledakan Hotel Mac Donald pada tahun 1964 sebenarnya para Sukarelawan dan tentara Indonesia juga membantu oposisi Singapura yang menolak digabungkannya Singapura kedalam Malaysia, perlawanan Oposisi yang menolak Malayisia ini kemudian melahirkan kerusuhan di Singapura yang menyebabkan kerusuhan etnis Cina dan Melayu yang pro dan anti Federasi Malaysia di Singapura. 

Kembali ke masalah Harun dan Ustman, Setelah peristiwa peledakan Hotel Mac Donald  Ustman dan Harun kemudian bersembunyi diwilayah Singapura selama beberapa bulan, dan kemudian pada saat keduanya melarikan diri ke Indonesia dengan menggunakan Prahu But rampasan, ternyata perahu but yang dinaikinya kehabisan bahan bakar keduanya kemudian tertangkap oleh Tentara Singapura. Ustman dan Harun kemudian di Penjara dan diseret kepengadilan atas tuduhan pembunuhan. 

Upaya Indonesia membantu oposisi Singapura keluar dari Federasi Malaysia rupanya berhasil, sebab masih pada tahun 1965 Singapura dikeluarkan dari Malaysia oleh Pemimpin Federasi Malaysia Tuanku Abdulrahman al-Haj sewaktu beliau berada di London. 

Setelah 2 tahun lebih diadili, Pengadilan Singapura kemudian menjatuhi hukuman mati pada Usman dan Harun atas tuduhan kejahatan pembunuhan. Pemerintah Indonesia menolak tuduhan itu, sebab pada waktu Itu dalam keadaan perang, Indonesia mengusulkan agar Ustman dan Harun diadili di Pengadilan Perang Intrnasional. Tapi Singapura tetap tak bergeming alasanya karena waktu tertangkap Ustman dan Harun tidak memakai baju tentara, dan akhirnya pada 1968 Ustman dan Harun di Gantung. 

Sebelum digantung, Presiden Soeharto yang kala itu telah menggantikan Soekarno, meminta Singapura agar memberi kesempatan Ustman dan Harun untuk bertemu dengan keluarganya dan mengundurkan hukuman mati dalam masa 1 minggu, tapi Singapura menolak permintaan ini. 

Dari mulai tahun 1968-1670 Hubungan Indonesia dan Singapura memburuk, Soeharto mengembargo Singapura dengan jalan membuka Pelabuhan Sabang di Aceh sebagai pelabuhan Internasioanl. Sehingga kemudian Pelabuhan Singapura menjadi sepi, Soeharto pun bersikap dingin pada Singapura. 

Nasib Singapura diunjung tanduk, oleh Malaysia di Campakan, Oleh Indonesia ia dijauhi bahkan di nafikan, Oleh karena itu Perdana Mentri Singapura Le Kwan Yew, berusaha dengan sekeras tenaga agar Indonesia memaafkan Singapura , dan mau berhubungan lagi dengan Singapura. 

Menimbang permohonan Singapura itu, Soeharto kemudian  mau memafkan Singapura dan kembali menjalin hubungan antar dua Negara yang buruk dengan syarat PM Lee Kwan Yew mengakui kepahlawanan Ustman dan Harun serta mengunjungi makam keduanya untuk melakukan Tabur Bunga.
PM Singapura Tabur Bunga di Makam Ustman dan Harun
Pada tahun 1970 Lee Kwan Yew mengunjungi makam Ustman dan Harun serta mau mengakuinya sebagai Pahlawan Indonesia. Itulah hebatnya Le Kwan Yew, beliau lebih meilih terhina atau bahkan di hujat rakyatnya demi untuk kemajuan Singapura kedepan. Setelah peristiwa itu, kemudian Hubungan Indonesia dan Singapura kembali membaik. Soeharto pun kemudian mencabut embargonya.

Kesimpulan

Bagi Indonesia Ustman dan Harun itu adalah Pahlawan, sebab ia melakukan serangan tersebut pada saat Indonesia dan Federasi Malaysia berperang. Maka tindakanya membunuh adalah sah. Sebab dalam hukum perang membunuh dalam keadaan kedua Negara berperang adalah sah secara hukum.

Sementara Bagi Singapura Ustman dan Harun adalah penjahat, sebab ia tertangkap sewaktu tidak memakai baju tentara, lagipun Ustman dan Harun bukan hanya melakukan pembunuhan dimasa Perang Indonesia-Federasi Malaysia saja. Bahkan setelah Singapura merdeka pun, yaitu pada 1968 Ustman dan Harun dituduh membunuh dan merampas perahu but milik pengusaha Singapura.

Posting Komentar untuk "Ustman Dan Harun Antara Pahlawan Dan Penjahat"