Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Murka Persiden SBY Dalam Kasus Pembunuhan Benyamin

Hendrik Benyamin Sahetapy Engel alias Dicky Ambon, yang dikampung halamanya hanya disebut Benyamin saja itu merpukan penjahat kambuhan yang taraf kejahatannya boleh dibilang bejad. Selain pernah dipenjara dalam kasus pembunuhan, ia juga dengan tega-teganya memperkosa pacar temanya sendiri. 

Pemerkosaan itu dilakukan dengan teknik licik, ia meminjam Mobil temanya untuk kemudian digunakan menculik pacar temanya dengan modus menjemput. Ia kemudian memperkosa pacar temanya itu dengan bertubi-tubi. Akhir hayat Benyamin ini rupanya terbilang tragis, ia mati dibunuh pada 23 Maret 2013. Meskipun tercatat bejad, kematiannya membuat murka Presiden SBY kala itu, sebab Presiden menganggap pembunuhnya telah menghina martabat dan kewibawaan negara.
Hendrik Benyamin Sahetapy Engel tewas di bunuh pada umur 31 tahun, masih muda memang, meskipun ia dijuluki Dicky Ambon, ia sebenarnya bukan berasal dari Ambon melainkan dari Kota Kupang Nusa Tenggara Timur. Ia merantau ke Jawa tepatnya di Yogyakarta pada mulanya untuk mencari penghidupan tapi belakangan justru ia terlibat tindak kejahatan. 

Benyamin bersama kelompok satu daerahnya NTT di Yogyakarta pada mulanya hanya sekedar berkumpul dan iseng-iseng melakukan kenakalan-kenakalan kecil, akan tetapi karena seringnya membangga-banggakan kesukuannya, akhirnya ia dan kawan-kawannya terlibat keributan dengan kelompok Suku lain yang sama-sama merantau di Yogyakarta. 

Puncaknya Benyamin kedapatan terbukti telah ikut melakukan pengeroyokan pada salah satu pemuda kelompok Suku lain yang menyebabkan tewasnya korban pada  tahun 2002, kejadian itu terjadi di Jalan Solo Yogyakarta. Ia pun kemudian ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara dengan hukuman 5 tahun. 
Benyamin/Dicky Ambon
Setelah keluar dari Penjara, bukannya sadar, Benyamin justru kemudian menjelma menjadi semacam ketua Preman di Yogyakarta untuk pemuda-pemuda dari Timur Indonesia khususnya NTT. Wilayah kekuasaanya membentang di Jalan Solo Yogyakarta. 

Ia sering membuat keonaran dari mulai memeras sampai pada melakukan penganiyayan. Pada 19 Agustus 2007, bersama Viktor Ndoen alias Ito, Benyamin lagi-lagi melakukan kejahatan, dengan mengendarai mobil milik pacar korban ia bersama Ito menjemput korban di pondokannya di kawasan Seturan, Yogyakarta. Korban Dijemput menggunakan mobil pacarnya dan dibohongi bahwa dia telah ditunggu pacarnya di sebuah kafe, korban pun mau diajak pergi. Ternyata, di tengah jalan dia diperkosa oleh Benyamin.

Korban ditelanjangi dan diperkosa di dalam mobil. Setelah itu, dibawa ke asrama Benyamin dan diperkosa lagi bersama Ito. Keesokan harinya, korban diantar pulang oleh Ito menggunakan sepeda motor. Mendapati perlakuan menjijikan dari Benyamin, Korban melaporkannya ke Polisi, Benyamin pun kemudian diringkus ditempat persembunyiannya di Kupang, ia kemudian lagi-lagi dijebloskan kedalam penjara, kali ini ia dijatuhi hukman selama 3,5 tahun. 

Setelah bebas dari penjara untuk kedua kalinya, nama Benyamin di Yogyakarta malah lebih bersinar, kali ini dia sudah dianggap Penjahat kelas kakap oleh kelompoknya, sebab reputasinya selain pernah membunuh juga pernah memperkosa. Ia pun dipuja-puja kelompoknya. Jika dulu ia hanya penjahat kelas teri, maka setelah keluar dari Penjara ia mulai berbeda gaya, gayanya sudah model para Mafia di filem-filem. 

Tongkronganya kali ini di Bar dan Diskotik besar di Yogyakarta. Sampai pada suatu ketika, Benyamin yang kala itu sedang pesta di Diskotik  bersama teman se gengnya Yohanes Juan Mambait alias Juan, Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi, dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi terlibat keributan dengan seorang TNI bernama Sersan Kepala Heru Santosa yang kala itu sedang melakukan penyamaran. 

Sersan Heru Santosa ini merupakan anggota Detasemen Pelaksana Intelijen Kodam IV Diponegoro. Selain itu rupanya Heru Santosa juga merupakan anggota Kopasus, yaitu Komando Pasukan  Khusus, Pasukan Elit TNI Angkatan Darat. 

Dalam keributan itu, pada mulanya terjadi duel antara Benyamin dan Sang Sersan, akan tetapi rupanya Sersan Kepala TNI itu kemudian dikeroyok oleh teman-teman Benyamin, dan ditusuk menggunakan sebilah belati, Sersan Heru Santosa pun kemudian wafat karena kehabisan darah. 

Kejadian pembunuhan Anggota Kopasus oleh Benyamin dan kelompoknya itu kemudian menggemparkan Kota Yogyakarta. Melalui rekaman CCTV Diskotik, Polisi kemudian berhasil mengidentifikasi pelaku kejahatan, dan untuk kemudian melakukan penangkapan pada para Pelaku.

Benyamin dan kawan-kawannya kemudian di jebloskan di Penjara, tepatnya di Lapas (Lembaga Permasyarakatan) Cebongan, Sleman Yogyakarta. Bukannya menyesali perbuatannya karena membunuh Tentara. Benyamin dikisahkan di dalam penjaranya berbangga diri dan merasa hebat karena telah membunuh Kopasus. 

Kebanggaan Benyamin karena telah membunuh Kopasus itu kemudian berubah menjadi kengerian, sebab pada Sabtu, 23 Maret 2013 tengah malam, Sekelompok orang bersenjata telah memanjat tembok Lapas dan melakukan penawanan terhadap petugas Lapas. Petugas lapas pun dikisahkan tak berkutik, mereka pasrah tak melawan.

Segerombolan orang yang mensabotase lapas itu kemudian mencari Benyamin dan Kawan-kawanya yang terlibat dalam pembunuhan Sersan Heru Santosa, Setelah menemukan keempatnya, Para Pria bersenjata itu kemudian memberondong Benyamin dan kawan-kawannya di selnya, Benyamin dan ketiga kawannya kemudian tewas bersimbah darah dalam selnya. Setelah puas membunuh, Para Pria Bersenjata itu kemudian dengan tenang meninggalkan lapas untuk melarikan diri. 

Keesokan harinya berita ini geger, ditayangkan di TV Nasioal dengan berulang-ulang abhkan juga tayang di TV Internasional. Susilo Bangbang Yudhoyono yang kala itu menjabat sebagai Presiden Indonesia, murka atas kejdian itu, beliau mengganggap pembuhuan dengan cara melakukan sabotase pada fasilitas Negara semisal lapas adalah tindakan menantang dan melawan Negara. Beliaupun kemudian memerintahkan agar Panglima POLRI, dan Panglima TNI bekerja sama untuk menangkap dalang dari peristiwa yang menginjak-injak martabat dan harga diri Negara itu. 

Tidak terlampau lama, setelah kemurkaan Presiden SBY tepatnya pada tanggal 29 Maret sebanyak 11 Tentara dari Komando Pasukan Khusus menyerahkan diri, mereka  mengakui perbuatannya telah membunuh Benyamin dan kawan-kawan. 

Menurut pengakuan mereka, begitu mendengar berita pembunuhan Sersan Heru Santosa, mereka yang kala itu sedang latihan di Gunung Lawu, turun Gunung untuk melakukan pembalasan, tanpa sepengetahuan komandannya, mereka kemudian menuju Lapas Cebongan Sleman Yogyakarta untuk membunuh pelaku.

Posting Komentar untuk "Murka Persiden SBY Dalam Kasus Pembunuhan Benyamin"