Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nasionalisme Soleh Bustaman Dalam Guratan Lukisan

Raden Saleh Syarif Bustaman, atau dalam pelafalan Jawa disebut Soleh Bustaman merupakan pengajar budaya, dan bahasa Jawa-Melayu, sekaligus juga sebagai pelukis resmi Kerajaan Belanda. Beliau hidup pada tahun 1811-1880 masehi, beliau turut menyaksikan peristiwa Perang Jawa yang digelorakan Pangeran Diponegoro. Dalam sejarah Saleh Bustaman dikenal dengan nama Raden Saleh.

Pada saat menjadi seorang pelukis handal sehingga digemari oleh orang-orang Eropa bahkan kemudian diangkat menjadi Pelukis Kerajaan Belanda, rupanya Soleh Bustaman tetap menyimpan Nasionalismenya dalam-dalam. Waktu itu Kerajaan Belanda tidak hanya memiliki 1 Pelukis Istana saja, melainkan banyak dan selain Soleh Bustaman ada lagi seorang pelukis berkebangsaan Belanda bernama Nicolas Pieneman.

Nicolas Pieneman, merupakan seniman Belanda yang diperintahkan langsung oleh Ratu Belanda untuk melukis detik-detik ditangkapnya Pangeran Diponegoro. Meskipun Nicolas Pieneman ini belum pernah mengenal Jawa bahkan dikisahkan belum pernah menginjakan kakinya di Jawa, pada nyatanya ia mampu mempersembahkan sebuah lukisan yang menggambarkan detik-detik penangkapan Pangeran Diponegoro hanya berdasarkan cerita atau kisah saksi mata.
Lukisan Nicolas Panimen 1835 Penyerahan Diponegoro
Dalam lukisannya, ia menggambarkan, Pangeran Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, selain itu ia juga menggambarkan pengikut Pangeran Diponegoro seperti orang Arab, berbusana Arab dengan segala jenis gamis dan sorban melingkar dikepalanya juga bersenjatakan tombak. Lukisan itu kemudian ia beri judul "Penyerahan Diri Diponegoro".

Melihat lukisan yang cenderung menyudutkan Pangeran Diponegoro itu, Soleh Bustaman rupanya naik pitam, Nasionalismenya tiba-tiba menanjak, ia tidak terima dengan model lukisan itu, ketidak terimaannya atas Gambaran Diponegoro yang dilukiskan oleh Nicolas Pieneman itu kemudian seperti memakasa Soleh Bustaman untuk membuat semacam lukisan tandingan. Nasionalismenya itu kemudian ia guratkan dalam sebuah lukisan tandingan.
Lukisan Raden Saleh 1857 Penangkapan DIponegoro
Ia, dalam lakuisannya menggambarkan Pangeran Diponegoro dengan raut muka tegas dan menahan amarah yang menggelora. Ia juga mengambarkan sebagian figur pengikut Pangeran Diponegoro dengan kain batik dan blangkonnya, selin itu ia juga melukiskan kondisi Pengikut Pangeran Diponegoro yang tanpa senjata, dan terakhir ia melukiskan orang-orang Belanda dengan kepala lebih besar, sebagai tanda bahwa orang-orang Belanda itu mengerikan, atau juga boleh dimaknai sombong dan pengingkar perjanjian. Lukisan itu kemudian ia beri judul "Penangkapan Pangeran Diponegoro".

Begitulah gambaran mengenai nasionalisme seorang Soleh Bustaman yang diwujudkan dalam karya lukis, dan belakangan lukisan Soleh Bustaman ini dianggap lebih valid daripada lukisan karya Nicolas Pieneman. Lukisannya itu kemudian ia hadiahkan kepada Raja Willem III yang memang kala itu menjadi Penguasa Absolut Kerajaan Belanda.

Kelak, pada tahun 1978 Pemerintah Belanda menyerahkan lukisan karya Soleh Bustaman itu ke Pemerintah Indonesia sebagai wujud janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, dan dipindahtangan ke Belanda pada masa lampau, kini lukisan itu terpajang di dinding Istana Negara Jakarta.

1 komentar untuk "Nasionalisme Soleh Bustaman Dalam Guratan Lukisan"

  1. banyak yg tidak tahu bahwa beliau penganut agama kristen mungkin sejak bayi beragama isla dilihat dari nama yg disandang dan nama keluarga sarif bustaman

    BalasHapus

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.