Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penghianatan Untung Surapati

Untung Surapati nama aslinya Surawiraji, pada mulanya ia hanya seorang budak pejabat Belanda, dinamakan Untung karena selama menjadi budak membawa keberuntungan bagi tuannya, sementara nama Surapati adalah gelar penghormatan dari Sultan Cirebon karena ia menang duel dengan anak angkat Sultan yang bernama Surapati.

Untung Surapati merupakan pahlawan nasional Indonesia yang diangkat sebagai pahlawan atas dasar penghianatannya. Unik memang seorang penghianat dijadikan pahlawan. Beliau diangkat menjadi pahlawan nasional pada masa Presiden Soeharto memerintah, kepahlawannya diputuskan dalam Surat Keputusan Presiden Nomor 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.

Surawiraji dilahirkan di Bali pada tahun 1660 Masehi, meskipun ia seorang Bali hidupnya merana sejak kecil, ia diperjual belikan dan menggelandang, hingga akhirnya ia berada di Makasar Sulawesi Selatan. Di Makasar ia dipungut oleh seorang perwira VOC Belanda bernama Van Beber. Ia kemudian menjualnya ke Batavia (Jakarta), dan mulai setelah itu Surawiraji dijadikan budak oleh keluarga Moor, Seorang Belanda yang kekayaannya dikisahkan melimpah.

Pada saat menjadi budak tuan Moor, Surawiraji dikisahkan menjadi budak yang membawa keberuntungan bagi keluarga Moor, bisnis dan kekayaan keluarga Moor menjadi tumbuh pesat setelah membeli Surawiraji, oleh karena itu keluarga Moor kemudian mengubah nama Surawiraji menjadi Untung. Karena dianggap anak pembawa keberuntungan.
Sejak kecil hingga menjadi seorang pemuda, Untung hidup kecukupan di keluarga Moor, karena meskipun ia seorang Budak ia di istimewakan karena dianggap membawa keberuntungan, sandang dan pangannya dicukupi, ia hidup layaknya priyayi. Untung ini dikisahkan sebagai laki-laki yang rupawan, bahkan banayak noni-noni Belanda yang tertarik pada ketampanannya.

Ketampanan Untung itu kemudian membawanya menuju kepada kisah penghianatannya, ia berhianat pada tuannya, Tuan Moor ia pecundangi. Waktu itu untung baru berumur 20 tahun, ia dikisahkan sedang tampan-tampannya.

Ketampanan Untung ini menarik hati puteri Tuan Moor yang bernama  Suzane, tampa mau kehilangan kesempatan, akhirnya Untung menjalin cinta dengan puteri tuannya. Ia bercinta dikandang tuannya sendiri bahkan dengan anak tuannya sendiri. Inilah penghianatan pertama yang dilakukan oleh Untung.

Lama kelamaan,  hubungan Untung dan Suzane  sampai ditelinga tuan Moor, tuan Moor dikisahkan murka pada Untung, ia pun kemudian menjebloskan untung kedalam penjara. Ia di penjara di Batavia pada umur 20 tahun.

Kerena pernah hidup dilingkungan orang Belanda, untung menjadi semacam orang  berpendidikan yang meringkunk dalam penjara, karena memang pada umumnya orang-orang yang dipenjara pada masa itu sekelas penjahat kelas teri dari Pribumi yang umumnya tidak berpendidikan. 

Melalui kepintarannya, Untung kemudian mempengaruhi para penghuni penjara untuk melakukan pemberontakan, ia  merencanakan kabur dari penjara untuk kemudian melakukan pemberontakan pada Belanda. Ia kemudian dikisahkan berhasil mempengaruhi teman-temannya dan berhasil pula bersama puluhan temannya kabur dari penjara.

Setelah kabur dari penjara, Untung hidup dalam pelarian, ia bersama-sama kelompoknya berpindah-pindah dari kota ke kota lain sambil sesekali membuat kerusuhan, ia menggangu Belanda. 

Pada suatu ketika, Untung dan kelompoknya sampai di Cirebon, di Cirebon ia rupanya terlibat percekcokan dengan  Suropati seorang yang dipercayai sebagai anak angkat Sultan Cirebon, perkelahian itu dikisahkan sengit, pengikut Untung dan pengikut Surapati saling baku hatam, dalam keributan ini dikisahkan salah satu pengikut Untung tewas.

Mendapati keributan besar di Cirebon itu, tentara Kerajaan Cirebon kemudian menangkap kedua belah pihak dan menyeret keduanya kemuka pengadilan, dan setelah dilakukan penyelidikan melaui pengadilan, diketahui bahwa pihak yang bersalah adalah Suropati. Meskipun anak angkat Sultan, Surapati dikisahkan dijatuhi hukuman mati. 

Sebagai bentuk maaf atas kelakukan anak angkatnya, nama Surapati kemudian diberikan kepada Untung oleh Sultan Cirebon.

Setelah di Cirebon, petualangan Untung berlanjut, sebagai seorang buronan Belanda hidupnya tetap berpindah pindah, berlindung ke satu kerajaan ke kerajaan lain yang kala itu belum takluk pada Belanda.

Pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa raja Banten dikalahkan VOC. Putranya yang bernama Pangeran Purbaya melarikan diri ke Gunung Gede. Ia memutuskan menyerah tetapi hanya mau dijemput perwira VOC pribumi.

Kapten Ruys yang kala itu sebagai pemimpin benteng Tanjungpura,  berhasil menemukan kelompok Untung. Tapi kali ini ia tidak mau menjebloskannya ke penjara. Untung dimanfaatkan.

Mereka ditawari pekerjaan sebagai tentara VOC. Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan ditugasi menjemput Pangeran Purbaya di Gunung Gede. Untung kini menjadi tentara Belanda. Pada saat Untung menjadi tentara Belanda itulah kisah penghianatan Untung berlanjut.

Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura. Selain Untung datang pula pasukan Vaandrig Kuffeler yang memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Perlakuan Belanda terhadap Pangeran Purbaya membuat Untug naik pitam, karena baginya perlakuan tidak manusiawi Belanda terhadap Pangeran Purbaya merupakan penghinaan pada bangsanya. 

Untung  selanjutnya dengan tanpa diduga-duga menyerang dan menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, peristiwa itu terjadi pada 28 Januari 1684, pasukan VOC Belanda itu pun dikisahkan banyak yang tewas.

Dibawah perlindungan Untung, Pangeran Purbaya tetap menyerah diri ke Tanjungpura, tetapi istrinya yang bernama Gusik Kusuma meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Untung kini kembali menjadi buronan dan penghianat orang Belanda, jika dulu berhianat pada tuannya, maka kini berhianat pada pemerintah penjajah Belanda.

Untung tiba di Kartasura mengantarkan Raden Ayu Gusik Kusuma pada ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Nerangkusuma adalah tokoh anti VOC yang gencar mendesak Amangkurat II agar membatalkan perjanjiannya dengan bangsa Belanda tersebut. Nerangkusuma juga menikahkan Gusik Kusuma dengan Surapati.

Kapten François Tack  perwira VOC senior yang dahulu ikut berperan dalam penumpasan Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa tiba di Kartasura bulan Februari 1686 untuk menangkap Surapati. Amangkurat II yang telah dipengaruhi Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC.

Pertempuran pun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur. Sebanyak 75 orang Belanda tewas. Kapten Tack sendiri tewas di tangan Untung. Tentara Belanda yang masih hidup menyelamatkan diri ke benteng pertahannya.

Amangkurat II takut pengkhianatannya terbongkar. Ia merestui Surapati dan Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di kota itu, Surapati mengalahkan bupatinya, yaitu Anggajaya, yang kemudian melarikan diri ke Surabaya. Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak melakukan pembalasan karena ia sendiri sudah kenal dengan Surapati di Kartasura.

Untung Surapati pun mengangkat diri menjadi bupati Pasuruan dan bergelar Tumenggung Wiranegara. Pada tahun 1690 Amangkurat II pura-pura mengirim pasukan untuk merebut Pasuruan. Tentu saja pasukan ini mengalami kegagalan karena pertempurannya hanya bersifat sandiwara sebagai usaha mengelabui VOC.

Sepeninggal Amangkurat II tahun 1703, terjadi perebutan takhta Kartasura antara Amangkurat III melawan Pangeran Puger. 

Pada tahun 1704 Pangeran Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Tahun 1705 Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung ke Pasuruan.

Pada bulan September 1706 gabungan pasukan VOC, Kartasura, Madura, dan Surabaya dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. 

Pertempuran di benteng Bangil akhirnya menewaskan Untung Surapati alias Wiranegara tanggal 17 Oktober 1706. Namun ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan. Makam Surapati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Surapati palsu.

Pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Surapati yang segera dibongkarnya. Jenazah Surapati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut.

Demikianlah kisah Untung Suropati, seorang penghianat Belanda, berkali-kali berhianat pada Belanda karena muak dengan kelakuan Belanda yang pada umumnya banyak menghianati Pribumi.

1 komentar untuk "Penghianatan Untung Surapati"

  1. Tetap lestari dalam kenangan bangsa ini, perjuangan Untung Surapati

    BalasHapus

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.