Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah Sultan Siak Ke Tiga

Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah yang nama aslinya Tengku Ismail  lahir pada tahun 1745, ia merupakan anak Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah Sultan Siak Ke II, sementara ibunya yang merupakan anak perempuan dari Daeng Mattekuh yang beristri dua, isteri pertamanya bernama Tengku Sani seorang anak perempuan dari Tengku Busu, dan isteri keduanya yang bernama Tengku Neh seorang anak perempuan dari Sultan Mansur di Terangganu.

Baca Juga: Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah Sultan Siak Ke Dua

Setelah satu tahun menjabat sebagai sultan, Belanda kembali melancarkan serangan dengan memperalat paman dari Sultan Ismail yang bernama Tengku Alam yang merupakan anak kedua dari Raja Kecik.

Tengku Alam dipengaruhi oleh Belanda agar segera merebut kembali tahta kerajaan untuk melengserkan keponakannya itu. Setelah terbentuk kesepakatan antara Tengku Alam dengan Belanda yakni ketika Tengku Alam berhasil merebut tahta kerajaan maka pihak Belanda tidak diperkenankan mencampuri pemerintahannya, dan pihak Belanda juga hanya sekedar meminta kepada Tengku Alam agar dapat mendirikan kembali benteng di Pulau Guntung.

Setelah keduanya menyepakati semua pernjanjian tersebut maka Tengku Alam dan para pasukan perang Belanda mendatangi Siak.

Berdasarkan wasiat itulah Sultan Ismail menjalankan amanah dan tunduk kepada ayahnya yang telah berwasiat kepadanya. Karena mengalami cup de taat, kemudian Sultan Ismail resmi menyerahkan tahta Kesultanan Siak kepada pamannya dan meninggalkan Siak menuju beranjak Pelalawan, dan ke Langkat.

Kemudian Sultan Ismail mengembara dari daerah ke daerah lain, hingga pada suatu saat orang-orang Melayu yang berada di Riau-Lingga yang dipimpin oleh Datuk Bendahara Tun Hasan mengirimkan surat kepada Sultan Ismail dan Sultan Mansyur di pemerintahan Kesultanan Terengganu untuk membantu Datuk Bendahara Tun Hasan yang sedang berhadapan melawan orang-orang Bugis yang berambisi menghilangkan pengaruh dari orang-orang Melayu yang berdomisili di Johor-Riau.
Ilustrasi
Setelah menerima surat dari Datuk Bendaharan Tun Hasan maka Sultan Ismail menuju Terengganu untuk menemui Sultan Mansyur dan sekaligus membahas mengenai taktik dan strategi untuk melawan orang-orang Bugis yang berada di Johor-Riau.

Pada Musyawarah tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan, bahwa Sultan Ismail beserta pasukan perangnya berangkat lebih awal, karena Sultan Mansyur sedang menyelesaikan beberapa urusan, akan menyusul Sultan Ismail, setelah sampai Sultan Ismail di Singgapura, tak kunjung jua Sultan Mansyur.

Dari Singgapura terdengar kabar atas ketidakhadiran Sultan Mansyur, karena Sultan Mansyur sedang menghadapi serangan dari Kesultanan Kelantan, kemudian Sultan Ismail kembali ke Terengganu untuk membantu Sultan Mansyur dari serangan Kesultanan Kelantan.

Setelah bergabungnya Sultan Ismail dan Sultan Mansyur, kemudian pasukan dari Kesultanan Kelantan berhasil mundur.

Pada tahun 1763 M, Sultan Ismail menikahi seorang puteri mahkota Kesultanan Terengganu, yakni puteri dari Sultan Mansyur yang bernama Tengku Tipah.

Satu tahun setelah menikah, tepatnya pada tahun 1764, tanpa ditemani mertuanya, dari Terengganu Sultan Ismail beserta pasukan perangnya berlayar menuju Singgapura untuk membantu Datuk Bendahara Tun Hasan. Sesampainya di Singgapura Sultan Ismail langsung berperang dengan angkatan perang orang- orang Bugis yang dipimpin oleh Daeng Kamboja.

Dalam pertempuran antara Sultan Ismail dengan Daeng Kamboja maka dipihak Sultan Ismail mengalami kekalahan dan mundur kembali ke Siak bersama istri tercintanya dan para pasukannya.
Pada masa pemerintahan ini, asal usul adanya kerajinan tangan berupa tenun di Siak, karena istri dari Sultan Ismail yang bernama Tengku Tipeh menerapkan kerajinan tenun yang dibantu oleh para dayang dan perempuan Terengganu yang pandai menenun mulai bersosialisasi kerajinan bertenun yang dibawanya dari Terengganu ke Siak.

Sultan Ismail mangkat sesaat akan menyelenggarakan persidangan di Balairung Sari dan bergelar Marhum Mangkat Dibalai. Mengenai sosok dari Sultan Ismail yang dikasihkan oleh Hikayat Siak dan berdasarkan cerita rakyat Siak juga menyatakan gelar lain dari Sultan Ismail yaitu Sultan Bertangan Kudung. Gelar Sultan Ismail ini menyatakan bahwa kondisi tangannya kudung (terpotong) kerena pada saat berperang tangan Sultan Ismail terpotong.

Selanjutnya sekepas kemangkatan Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah roda pemerintahan Kesultanan Siak turun pada  Raja Alam,  gelar yang disematkan adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah.

Posting Komentar untuk "Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah Sultan Siak Ke Tiga"