Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, Sultan Siak Ke IV

Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah yang mempunyai nama asli Raja Alam adalah sultan siak ke IV beliau naik tahta pada tahun 1766 M. Raja Alam memiliki adik tiri yang bernama Tengku Buwang Asmara (Sultan Muhammad Mahmud) yang berbeda ibu dari Raja Alam, adapun ibu dari Tengku Muhammad bernama Tengku Kamariah.

Raja Alam ini sebagai paman daripada Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah.Tengku Alam memiliki seorang putera yang bernama Tengku Muhammad Ali dan pada saat Sultan Muhammad Mahmud menjabat sebagai Sultan Siak ke-II, Tengku Muhammad Ali berperan sebagai panglima perang hingga pada masa Sultan III yakni Sultan Ismail.

Dalam catatan Elisa Netscher dalam bukunya "De Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865", menerangkan bahwa Raja Alam seorang pengembara yang mempunyai kapal- kapal dari hasil rampoknya.

Seperti tiga puluh senjata berat dan puluhan senjata tangan. Kapal-kapal yang lewat di Selat Melaka atau disekitar Laut China Selatan, adapun kapal-kapal yang berhasil dirampok oleh Raja Alam dan pengikutnya diantaranya kapal-kapal dari Belanda, dari Eropa dan kapal Inggris yang bernama Nancy yang dikapteni oleh Thomas Halnes menjadi korban perompakan Raja Alam.
Ilustrasi
Berhubung kompeni Belanda telah membantu Raja Alam dalam merebut tahta Kesultanan Siak, dan meminta untuk mendirikan kembali benteng  yang telah hancur pada tahun 1760 M, di Pulau Guntung. Serta menghukum orang- orang Siak yang telah melakukan pembantaian di Benteng Pulau Guntung dan lain-lainnya yang terdiri 13 pasal.

Pada tahun 1767, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan pusat pemerintahanya ke Bandar Senapelan yang terletak di Hulu Sungai Jantan.

Di Senapelan Raja Alam membangun istananya di Kampung Bukit yang berdekatan dengan Dusun Senapelan (saat ini sekitar Masjid Raja Pekanbaru) sebagai pusat pemerintahanya, kemudian Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah mendirikan pasar (pekan) di Senapelan yang bernama Pekan Baharu.

Nama Pekan Baharu ini disahkan berdasarkan hasil musyawarah para datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar) pada tanggal 21 Rajab 1204 H bertepatan pada tanggal 23 Juni 1784 M. Pada saat itupula sebutan Senapelan perlahan dilupakan dan masyarakat mulai menyebutnya Pekan Baharu.

Dewasa ini nama Pekan Baharu lebih kita kenal Pekanbaru, dan setiap tanggal 23 Juni sebagai hari jadi kota Pekanbaru dan sebagai ibukota Provinsi Riau.

Pada pemerintahannya, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah tidak mau lagi tunduk kepada Belanda dan Benteng Belanda di Pulau Guntung ditutup oleh Sultan.

Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah merubah tradisi pernikahan yang biasanya terjadi antara anak dari keluarga atau dari kalangan suku sendiri. Kebetulan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memiliki anak perwanan yang bernama Tengku Embung Badariah, menikahi dengan seorang dari keturunan Arab yang gagah dan rupawan dan memiliki langsung garis silsilah Nabi Muhammad SAW yang bernama Sayid Syarif Usman bin Syarif Abdul Rahman Syahabuddin.

Mengenai asal usul dari Sayid Syarif Usman ini, terdapat empat orang penyiar Agama Islam dari Negeri Arab (Yaman Tarim) yang turun ke wilayah Asia Tenggara, mereka adalah Syed Abdullah Al Qudsi, Syaid Usman  bin Syahabuddin, Sayid Muhammad bin Akhmad Allydrus, Sayid Husen Al Qadri.

Sayid Usman meneruskan perjalannya ke daerah Kesultanan Siak, beliau memiliki garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Pada pernikahan inilah yang nantinya berawal nantinya raja- raja yang berketurunan bangsa Melayu di Kesultanan Siak berubah menjadi sultan keturunan dari Bangsa Arab yang ditandai dengan sebutan Assayid dan Assyarif.

Pada tahun 1780 M, Sultan Alamuddin Syah mangkat di Kampung Bukit di Mesjid Raya Pekanbaru sekarang dan digelar dengan Marhum Bukit. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah nampak kecintaan terhadap Islam yang dibuktikan dengan mendirikan masjid di Senapelan kampung Bukit yang bernama Masjid Nur Alam yang saat ini menjadi Masjid Raya Pekanbaru.

Baca Juga: Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah SUltan Siak Ke III

Posting Komentar untuk "Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, Sultan Siak Ke IV"