Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Adolf Hitler Menjadi Glandangan di Kota Wina

Sebelum ayahnya meninggal,  keluarga Hitler termasuk keluarga yang cukup dalam segala aspek, namun keadaan berubah setelah ayahnya meninggal karena uang pensiun sudah tidak lagi diberikan kepada keluarganya, kehidupanya semakin terkikis ketika Hitler mencoba kuliah di Wina dengan mengambil jurusan seni dan pada saat itu juga ibunya, Klara mneinggalkan Hitler dan adiknya Paula seumur hidup dengan warisan yang banyak namun warisan tersebut tidak bisa dipegangnya dengan baik hingga menjadikan Hitler sebagai geladangan di Wina.

Adolf Hitler sejak kecil sudah sangat terobsesi dengan seni dan lukisan, selepas ayahnya mangkat ia merasa sudah tidak ada yang bisa menahan lagi dirinya untuk melangkah lebih jauh tentang seni karena selama ini ayahnya bagaikan tembok pembatas yang terus melarang dirinya untuk melirik ke dunia seni tersebut akhirnya pada 1905 dengan penuh keyakinan Hitler merantau ke Wina, Ibu kota Austria untuk mengembangkan bakat lukisnya dan mendaftarkan dirinya di salah satu univ seni di Wina.

Wina dikenal sebagai kota budaya, karena hampir rata-rata musisi-musisi papan atas lahir di kota ini seperti Schubert, Johan Strauss I dan Brahms. Dikota ini pula dua Begawan music klasik dunia Mozart dan Beethoven mengembangkan musiknya hingga akhir hayat.

Selain itu, Kota Wina juga melahirkan banyak gubahan-gubahan dan opera terkenal sehingga dijuluki sebagai “kota musik di barat” meski Wina pernah hancur lebur akibat perang dunia I dan II, namun Wina dapat bangkit dari kehancuranya untuk kembali menjadi kota industry modern, pusat kebudayaan, kesenian musik serta teater dan pusat komunikasi.

Namun, Nasib Hitler yang malang tidak bisa ditolak Setelah menjalani ujian Hitler dinyatakan tidak lulus alias gagal masuk akademisi kesenian. Meski demikian Hitler tidak putus asa ia tetap bertahan di Wina dengan bekal uang dari ibunya, Klara. Uang tersebut ia gunakan untuk menyewa sebuah penginapan selama berbulan-bulan di Wina dengan harapan ia bisa diterima di tahun berikutnya untuk pendaftaran akademis seni.

Selama penantian setahun tersebut Hitler menghabiskan uangnya untuk bersenang-senang dan menonton teater tanpa memberi tahu ibunya dikampung bahwa diirinya gagal menjadikan keluarganya mengira bahwa diirinya sudah diterima di Wina dan sedang belajar di Wina.

Ditengah-tengah penantian Hitler dalam menunggu pendaftaran mahasiwa baru di Wina pada tahun 1907, ibunya, Klara meninggal dunia. Meninggalnya ibu Hitler sedikit membawa kebahagiaan sebab ibunya meninggalkan warisan yang lumayan banyak yang nantinya dibagi dua dengan adiknya Paula.

Setelah mengambil bagian hartanya Adolf Hitler ingin mencoba bertarung sekali lagi dengan rasa keyakinan 100% sebab dirinya sejak kecil sudah menggeluti kesenian melukis, namun lagi-lagi Hitler ditolak. Kegagalan kedua kalinya untuk masuk ke akademisi kesenian di Wina langsung memadamkan cita-cita Hitler menjadi seniman.

Kegagalanya tersebut membuat dirinya frustasi tanpa harapan dan arah tujuan hidup yang ingin dicapai, disisi lain warisan ibunya sudah mulai menipis karena Hitler sangat boros dalam menggunakanya tersebut, selain untuk hiburan Hitler juga suka membeli buku bacaan yang ia sukai yakni buku bergambar militer yang ia beli setiap hari untuk dibaca hingga larut malam.
Meski ditimpa situasi keuangan yang sangat memprihatinkan, Hitler tetap saja dan tidak segera mencari kerja, baru setelah uangnya benar-benar habis Hitler semakin tercekam dalam penderitaan dan kesengsaraan, ia tidak lagi bisa menyewa penginapan hingga akhirnya Hitler terusir keluar tanpa pegangan sedikitpun di dompetnya.

Akhirnya Hitler hidup menjadi gelandangan dengan tidur ditaman-taman kota, emperan rumah orang kaya dan tempat public lainya. Hitler pun kerap antri untuk mendapatkan sup encer tanpa daging yang disediakan pemerintah untuk kaum gelandangan.

Masa-masa ini sunguh mengenaskan, Hitler melakukan kerja apapun dari melukis cat air, menjadi pengrajin hingga buruh harian. Ada pepatah berkata “setiap kehancuran pasti ada hikmah yang sangat bermakna dan menguntungkan”.

Tentu saja ada hikmah dibalik peristiwa kegagalan Hitler dalam seni hingga membawanya menjadi gelandangan yaitu disaat Hitler menjadi gelandangan dan mempunyai banyak bacaan, Hitler menghabiskan waktunya untuk membaca buku militer, politik, Koran berita. Dimasa inilah Hitler mulai tertarik hal lain yakni memperdebatkan dan mencari solusi setiap masalah yang ia baca di Koran yang Hitler temui. Dimasa ini pula Hitler mengakui bahwa intelektualnya berkembang untuk mempelajari masalah sosial yang ada di Wina. Setelah delapan tahun menggelandang di Wina, pada 1912 Hitler kemudian pindah ke Munich,Jerman dengan memperdalam politik.

Baca Juga : Adolf Hitler Menolak Jadi PNS

Penulis: Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon

Posting Komentar untuk "Adolf Hitler Menjadi Glandangan di Kota Wina"