Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sultan Matangaji Kasepuhan Cirebon

Sultan Matangaji adalah salah satu Sultan dari Kesultanan Kasepuhan Cirebon yang bertahta dari mulai tahun 1773 hingga 1786 Masehi. Beliau merupakan Sultan ke V dari Kesultanan Kasepuhan Cirebon. 

Sultan Matangaji nama aslinya adalah Syafiudin, adapun Matangaji sendiri merupakan kependekan dari kata "Matang Mengaji" dijuluki demikian karena beliau sejak muda dikenal sebagai Pangeran yang pandai dalam ilmu agama Islam. 

Selama 13 tahun memerintah, Sultan Matangaji berupaya membatalkan perjanjian dengan VOC Belanda yang telah disepakati oleh para Sultan Kasepuhan sebelumnya. Hal itu beliau lakukan semata-mata karena Belanda dianggap terlalu dalam ikut campur masalah Keraton. 

Selain berupaya membatalkan perjanjian, Sultan Matangaji juga berniat mengusir Belanda dari Cirebon, oleh karena itu, beliau diam-diam memproduksi senjata besar-besaran di taman Sunyaragi sebagai persiapan melakukan pengusiran pada Belanda apabila Belanda tidak menerima tuntutan Sultan untuk membatalkan perjanjian yang merugikan Kasepuhan. 

Upaya Sultan Matangaji sebetulnya disetujui oleh sebagian besar kerabat Keraton, hanya saja dalam upayanya itu salah satu keluarganya (Adik Ipar) melakukan penghianatan dan melaporkan rencana Sultan Matangaji kepada Belanda. 

Sultan Matangaji Kasepuhan Cirebon
Ilustrasi
Penghianatan adik Ipar Sultan Matangaji membuat Belanda bertindak cepat, Belanda menyerbu taman Sunyaragi yang dijadikan benteng dan bungker senjata, dalam serbuan yang mendadak tersebut para pengikut Sultan Matangaji sebagiannya tewas, sisanya tertangkap, adapun sebagiannya lagi dapat meloloskan diri. Dalam peristiwa itu juga Sultan Matangaji menyertai pengikutnya menghindari kejaran Belanda. 


Bertahun-tahun Sultan Matangaji memimpin gerilya bersama pengikutnya, adapun tempat yang dijadikan sebagai markas perjuangannya adalah di suatu hutan yang berbukit-bukit di wilayah selatan Cirebon, tepatnya di Sumber (Kini menjadi Desa Matangaji). 

Perjuangan Sultan Matangaji dalam memerangi Belanda terbilang menyulitkan Belanda, sehingga Belanda waktu itu merasa putus asa. 

Guna melakukan penumpasan pada para Pengikut Sultan Matangaji, Belanda melakukan teknik licik, yaitu dengan cara menyodorkan jebakan perundingan.

Belanda mengiming-imingi akan memenuhi segala tuntutan Sultan, apabila Sultan mau diajak berunding, pada tahun 1786, Sultan Matangaji akhirnya masuk jebakan Belanda, beliau bersedia melakukan perundingan dengan Belanda yang digelar di Masjid Agung Sang Cipta rasa, namun belum juga perundingan itu digelar, Sultan Matangaji ditangkap, sementara pengikutnya dibantai.

Tidak lama setelah penangkapan, Sultan Matangaji wafat di bunuh, beliau dibunuh ketika sedang berjalan melewati salah satu pintu Gerbang Keraton Kasepuhan, pembunuhnya adalah adik iparnya sendiri. 

Kelak, adik Ipar Sultan Matangaji yang dalam sejarah dikenal sebagai Ki Muda (Sultan Muda) itu menggantikan Kedudukan Sultan Matangaji sebagai Sultan di Kesultanan Kasepuhan selanjutnya. 

Baca Juga: Ki Muda Sultan Kasepuhan Cirebon ke VI 

Posting Komentar untuk "Sultan Matangaji Kasepuhan Cirebon"