Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kondisi Putri Keraton Pajajaran, Masa Pemerintahan Prabu Siliwangi

Gambaran kondisi Putri Keraton zaman Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja) dapat dilacak dari Naskah Bujangga Manik, yaitu salah satu Naskah Sundo Kuno yang ditulis ketika Sribaduga Maharaja memerintah Pajajaran (1482-1521). 

Naskah Bujangga Manik di tulis oleh Prabu Jaya Pakuan yang berjuluk Bujangga Manik/Ameng layaran. Naskah ini, menurut analisis beberapa Fiolog dan Sejarawan terhadap kandungan isinya, diperkirakan ditulis sebelum Portugis menaklukan Kesultanan Malaka (1511). Hal ini berarti masa penulisan naskah dan masa hidup Prabu Jaya Pakuan berbarengan dengan masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja. 

Selain terkenal karena keakuratan isinya mengenai gambaran kondisi geografis Pulau Jawa dan Bali pada abad ke 15 dan 16 awal, dalam naskah ini juga menginformasikan adanya Putri Sunda yang tinggal di lingkungan Keraton yang bernama Anjung Larang. 

Kisah Putri Anjung Larang yang terdapat pada Naskah Bujangga Manik juga sedikit banyaknya dapat dijadikan acuan mengenai kehidupan dan kemewahan yang didapat dan dimiliki oleh seorang Putri keraton Pajajaran kala itu. 

Putri Anjung Larang yang tak lain sebagai Putri Keraton dikisahkan tinggal di salah satu Paviliun Keraton Sang Bima, meskipun ia salah seorang Putri Raja,  ia dalam kesehariannya menyibukan diri dengan menenun Pakaian dan mewarnainya. 

Sementara itu, Putri Anjung Larang juga dikisahkan memiliki pelayan wanita yang selalu menemani dan memenuhi kebutuhannya. Salah satu pelayan wanitanya itu bernama Jompong Larang. 

Selain sebagai orang yang melayani Putri Anjung Larang, Jompong Larang dikisahkan sebagai seorang yang selalu memberikan kabar disekitaran lingkungan Istana. 

Suatu ketika, Jampong Larang melihat pemuda tampan di lingkungan Istana, Pemuda tampan itu ternyata sepupu dari majikannya (Anjung Larang) yang jarang pulang ke rumah karena menjadi seorang pengembara. Pemuda tampan itu adalah Prabu Jaya Pakuan (Ameng Layaran/Bujangga Manik). 

Jampong Larang terpesona pada Bujangga Manik, iapun melaporkan kejadian tersebut pada majikannya di Istana. Dari penjelasan mengenai rupa, watak dan sikap Bujangga Manik pada putri Anjung Larang, sang putri sangat tertarik untuk menjadikan Bujangga manik suaminya. 

Putri Anjung Larang-Ilustrasi

Putri Anjung Larang kemudian mengirimkan hadiah kepada Bujangga Manik yang disampaikan melalui Jampong Larang sebagai lamaran sang Putri pada Bujangga manik. Apabila hadiah tersebut diterima maka sang Putri akan datang langsung ke tempat tinggal Bujangga Manik. 

Hadiah yang dikirimkan putri Anjung Larang bukan hadiah biasa, didalamnya dikirim pinang dan sirihnya yang bahan-bahanya diimpor dari mancanegara, juga didalamnya ada sutra dari Cina, minyak wangi Impor, keris dan selendang yang indah-indah. 

Kisah Putri Anjung Larang, Putri Keraton Pajajaran yang terdapat dalam Naskah Bujangga manik ditutup dengan penolakan hadiah oleh Bujangga Manik, karena Bujangga Manik bersumpah menjadi seorang Resi Hindu yang pantang untuk menikah. Selepas kejadian itu, Bujangga Manik kembali keluar Istana untuk mengembara menjadi seorang resi Hindu. 

Berdasarkan kisah yang diuraikan dapatlah dimengerti bahwa keadaan putri Raja Pajajaran pada masa dahulu sangat mewah, tinggal dilingkungan Istana, mempunyai prabotan dan kemewahan yang mahal-mahal dan punya macam-macam barang impor.

Selain itu, khusus untuk Anjung Larang, putri ini dikisahkan sangat agresif, apabila ia menyukai laki-laki maka tidak segan baginya untuk melamarnya sendiri. 

Baca Juga : Naskah Bujangga Manik

Posting Komentar untuk "Kondisi Putri Keraton Pajajaran, Masa Pemerintahan Prabu Siliwangi"