Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Serangan Mongol ke Majapahit Era Prabu Jayanegara

Selepas diporak-porandakan Raden Wijaya pada 1293, sehingga mereka terpaksa meninggalkan Jawa, Mongol (Dinasti Yuan) rupanya di tahun-tahun berikutnya kembali ke Jawa untuk melakukan perhitungan pada Raden Wijaya, tapi waktu itu, Jawa (Majapahit) sedang diprintah oleh Jayanegara (1309-1328). Biarpun demikian, Mongol rupanya dibuat malu untuk kedua kalinya. 

Kabar mengenai serangan Mongol ke Majapahit zaman Prabu Jayanegara dapat dipahami dari catatan seorang Pendeta Katolik yang mengunjungi Majapahit pada tahun 1321. Pendeta Katolik tersebut bernama "Beato Ordorico Da Pardenone"

Ordorico bukan sembarang Pendeta, yang bersangkutan merupakan pendeta Ordo Franskin yang ditugaskan pimpinannya untuk menjelajah ke daerah-daerah timur jauh (Asia). Ia mengemban misinya itu dari tahun 1316 hingga 1331. 

Selama mengemban misinya, Ordorico menyinggahi beberapa tempat di Nusantara diantaranya Sumatra, Jawa (Majapahit), Kalimantan, Champa sebelum akhirnya berlayar ke China. 

Selama menjalankan misinya dan singgah dibeberapa tempat, termasuk Majapahit, rupanya selain melakukan penginjilan, Ordorico juga mencatat tiap-tiap pengalaman perjalannya dalam suatu tulisan, kelak tulisan perjalanan Ordorico menjadi sebuah buku yang diberi judul "Travels Of Friar Ordoric Of Perdenone"

Ilustrasi

Sementara itu, mengenai pengalamannya ketika sampai di Majapahit, Ordorico menuliskannya kedalam beberapa catatan berikut ini; 

(1). The King of Java ruled over seven other kings (vassals).

Terjamah : (Raja Jawa Berkuasa Atas Tujuh Raja Lainnya)

Maksud dari catatan tetsebut bahwa pada saat Ordorico berada di Jawa (Majapahit) yang kala itu sedang diprintah oleh Jaya Negara, kerajaan Majapahit mempunyai wilayah kekuasaan dengan 7 Raja bawahan (Bre)

Kabar tersebut sebetulnya sesuai dengan Naskah Kakawin Negarakertagama pada Pupuh V-VI yang ditulis Prapanca (1365) di zaman Prabu Hayam Wuruk, yang mana didalamnya disebutkan bahwa para kerabat Raja menjadi penguasa (Raja bawahan disebut Bre/Bhatara) dan memerintah di negara-negara bawahan, diantara beberapa negara bawahan yang dimaksud adalah  "(1) Lasem (Bre Lasem), (2) Daha (Bre Daha), (3) Pajang (Bre Pajang), (4) Matahun (Bre Matahun), (5) Paguhan (Bre Paguhan), (6) Wirabumi (Bre Wirabumi) dan (7) Mataram (Bre Mataram). 

Berdasarkan pada perbandingan kedua catatan kuno di atas, dapat juga dimengerti bahwa negara inti bawahan Majapahit zaman Jaya Negara dengan zaman Hayam Wuruk rupanya belum berubah, masih 7 Kerajaan bawahan yang diprintah oleh seorang Bre atau Batara Re(i)ng/Raja di....

(2). In this island was found a lot of clove, cubeb, nutmeg and many other spices.

Terjamah (DI Pulai Ini (Jawa) Ditemukan Banyak Cengkeh, Kemukus, Pala dan Banyak Rempah-rempah yang lain)

Maksud dari catatan di atas, tentu mengenai kondisi pulau Jawa yang kaya akan tumbuh-tumbuhan yang buahnya diminati oleh orang-orang Eropa dimana Ordorico hidup, yaitu rempah-rempah (Kelak kabar kekayaan rempah-rempah di timur jauh (Asia) dari Pendeta inilah yang menginspirasi orang Eropa lainnya untuk menjajah)

(3). The King of Java had an impressive, grand, and luxurious palace. The stairs and palace interior were coated with gold and silver, and even the roofs were gilded.

Terjamah : (Raja Jawa Mempunyai Istana yang Mengagumkan, Besar dan mewah. Anak Tangga dan Interior Istana dilapisi dengan emas dan perak begitu juga dengan atapnya berlapis emas)

Maksud Istana Majapahit yang mewah dalam pandangan Ordorico jelas merujuk pada Istana Raja Majapahit yang baru, yang letaknya berada di Trowulan sekarang, bukan istana lama yang dibangun Raden Wijaya di Tarik (Majakerta). Hal ini dikarenakan selepas pemberontakan Rakyan Kuti (Ra Kuti) pada 1318-1319, istana lama ditinggalkan, karena dianggap sudah tercemar karena pernah diduki pemberontak, oleh Karena itu, Prabu Jayanegara membangun Istana dan Ibukota Majapahit yang baru di Trowulan. 

Selanjutnya, yang menjadi luar biasanya adalah bahwa Jayanegara rupanya membangun Ibukota dan Istana baru hanya dalam tempo dua tahun, yaitu sebelum kedatangan Ordorico ke Majapahit pada 1321. Maka tidak mengherankan jika kehebatan Istana baru Raja Majapahit itu dapat membuat takjub Ordorico, karena kebetulan baru selesai dibangun. 

Kabar kemewahan dan kebesaran Istana Raja Majapahit yang digambarkan oleh Ordorico sebetulnya juga sesuai dengan apa yang dikabarkan Prapanca dalam Naskah Kakawin Negarakwrtagama, kesesuainnya dapat anda lihat pada Pupuh 11 naskah itu. 

Baca dalam : Naskah Kakawin Negarakertagama

(4) The kings of the Mongol had repeatedly tried to attack Java, but always ended up in failure and managed to be sent back to the mainland.

Terjamah: (RAJA-RAJA KEKAISARAN MONGOL TELAH BERULANG KALI MENCOBA MENYERANG JAWA TETAPI SELALU BERAKHIR DENGAN KEGAGALAN DAN DAPAT DIUSIR KEMBALI KE NEGERINYA)

Cuplikan ke 4 sekaligus sebagai cuplikan terakhir dari catatan Ordorico adalah cuplikan inti dalam bahasan ini, yaitu dimana Ordorico pada saat ia berkunjung ke Majapahit (1321) mendapatkan kabar atau bahkan menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang Mongol berkali-kali menyerbu Majapahit namun dapat dikalahkan sehingga mereka terusir dari Jawa. 

Catatan ini tentu dapat dimaknai bahwa semenjak tentara Mongol dipecundangi oleh Raden Wijaya pada 1293, mereka setelah itu melancarkan serangan balasan untuk menaklukan Majapahit, bahkan ketika Majapahit diprintah oleh Jayanegara. Peristiwa ini juga dapat dimaknai, jika Majapahit kala itu sudah memiliki kekuatan yang cukup untuk mengusir dan mempermalukan Mongol, walau pada zaman itu bukan zaman Kejayaan Majapahit. Tapi yang perlu di catat, pada zaman ini Gajah Mada sudah hidup, dan beliau kala itu sedang menjabat sebagai Patih (Perdana Mentri) di Daha, salah satu dari 7 Negara bawahan Majapahit yang disebutkan dalam catatan Ordorico. 

Baca Juga : Biografi Gajah Mada, Lahir hingga Wafat

Penulis : Bung Fei

1 komentar untuk "Serangan Mongol ke Majapahit Era Prabu Jayanegara"

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.