Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keraton Surawisesa, Keraton Kerajaan Galuh

Kerajaan Galuh sebagai suatu Kerajaan yang pernah berdiri dari tanah Sunda tentu memiliki Keraton, adapun nama dari Keraton Kerajaan Galuh adalah "Surawisesa". Nama Surawisesa sebagai nama dari Keraton Kerajaan Galuh dapat ditemui dalam beberapa Naskah Kuno maupun Prasasti.

Diantara salah satu Naskah Kuno yang menyebut-nyubut nama Surawisesa adalah Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, khususnya pada bagian ketiga adapun terjemahannya adalah sebagai berikut:

"Prabu Siliwangi, seorang raja besar yang memerintah Pakwan Pajajaran. Ia adalah putra Prabu Anggalarang dari wangsa Galuh yang berkuasa di Surawisesa (keraton galuh). Pada masa mudanya, ia bernama Raden Manah Rarasa (Pamanah Rasa) dan dipelihara oleh uaknya, Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru labuhan yang menguasai pelabuhan Muara Jati. Prabu Siliwangi memperistri puteri Ki Gedeng Sindangkasih bernama Nyai Ambetkasih".

Selain terdapat dalam naskah Kuno, nama Surawisesa sebagai nama dari Keraton Galuh juga disebut dalam Prasasti Kawali, yaitu salah satu Prasati yang ditemukan di Kawali Ciamis, bekas Ibukota Kerajaan Galuh adapun alih aksara dan terjamahnya sebagai berikut:

Alih aksara

  • nihan tapa Kawali,
  • nu sang hyang mulia tapa bhagya
  • parĕbu Raja Wastu,
  • mangadĕg di kuta Kawali
  • Nu Mahayuna Kadatuan Sura Wisesa 
  • nu marigi sa-kuliling dayĕh,
  • nu najur sakala desa,
  • aja manu panderi pakĕna,
  • gawe ring hayu,
  • pakĕn hebel jaya dina buana.
  • hayua diponah-ponah
  • hayua dicawuh-cawuh
  • inya neker inya angger
  • inya ninycak inya rempag

Terjamah

  • Inilah jejak (tapak) (di) Kawali 
  • (dari) tapa dia Yang Mulia 
  • Prabu Raja Wastu 
  • (yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, 
  • yang telah memperindah kedaton Surawisesa
  • yang membuat parit pertahanan 
  • di sekeliling wilayah kerajaan, 
  • yang memakmurkan seluruh pemukiman. 
  • Kepada yang akan datang, 
  • hendaknya menerapkan keselamatan 
  • sebagai landasan kemenangan hidup di dunia.
  • Jangan dimusnahkan!
  • Jangan semena-mena!
  • Ia dihormati, ia tetap.
  • Ia menginjak, ia roboh
Berdasarkan kedua sumber di atas dapat dimengerti bahwa nama Keraton/Kedaton/Kedatuan dari Kerajaan Galuh adalah "Surawisesa". 
Ilustrasi Keraton Surawisesa

Namasa Surawisesa Menjadi Inspirasi Prabu Siliwangi untuk Menamai Anaknya

Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja mempunyai banyak istri dan anak, salah satu anak Prabu Siliwangi yang dikemudian hari menjadi Raja Pajajaran pengganti dirinyapun dinamai "Surawisesa", tokoh ini lahir dari Kentring Manik Mayang Sunda. 

Adanya persamaan antara nama Keraton Galuh dan nama anak Prabu Siliwangi dari Kentring Manik Mayang Sunda itu jelas mengindikasikan jika "Surawisesa" betul-betul tokoh yang dipersiapkan untuk menjadi Raja di Pajajaran menggantikan kedudukannya. 

Letak Keraton Surawisesa

Letak Keraton Surawisesa telah dapat dipastikan oleh para sejarawan, mereka umumnya berpendapat jika Keraton Surawisesa dahulunya terletak di suatu daerah atau tempat yang kini dikenal dengan situs Karang Kamulyan dan Astana Gede, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. (Kartakusuma, 2015; Syarief, 2017; dan Herlina et al., 2019). Hanya saja memang tinggalan keraton tersebut hanya tinggal puingnya saja, sebab Keraton Surawisesa pada saat Galuh masih berdiripun sempat ditinggalkan karena waktu itu Galuh membangun Keraton yang baru. 

Situs Karang Kamulyan, secara administratif, memiliki luas 25.5 ha (hektar) dan berada di Kampung Karang Kamulyan, Desa Karang Kamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. 

Situs Karang Kamulyan terletak diantara dua aliran sungai, yaitu Sungai Cimuntur di sebelah utara dan Sungai Citanduy di sebelah selatan. Di dalam situs itu terdapat sembilan benda arkeologis, yaitu batu-batu Pangcalikan (Tempat Duduk), Penyabungan Ayam, Sanghyang Bedil (Dewa Senjata), Lambang Peribadatan, Cikahuripan (Air Sumber Kehidupan), Panyandaan (Tempat untuk Bersemedi), Pamangkonan (Tempat untuk Dipangku), makam Adipati Panaekan, dan Sri Begawat Pohaci (Lubis et al., 2013:88; Septiani, 2016; dan Loita, 2018). 

Situs Karang Kamulyan juga dipandang sebagai sebagai “Situs Ratu”, yakni tempat para raja (istana) mengambil keputusan (Syarief, 2017:32; Loita, 2018; dan Herlina et al., 2019)

Sementara itu, Situs Astana Gede (Makam Besar), secara administratif, termasuk kedalam wilayah Desa Kawali, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Situs itu memiliki luas 5 hektar dan berada di Gunung Sawal bagian Timur. Di sebelah utara, mengalir Sungai Cikadondong; dan di sebelah selatan terdapat Sungai Cibulan, yang airnya mengalir dari barat ke timur. Di sebelah timur dibatasi oleh parit kecil dan kebun penduduk; di sebelah barat dibatasi oleh parit Cigaronggang, seperti parit buatan yang mengalir dari utara ke selatan, dan bermuara di Sungai Cibulan; sedangkan batas di sebelah selatan berupa aliran Sungai Cibulan. Diantara aliran Sungai Cibulan dan parit Cigaronggang itu terletak mata air Cikawali (Saptono, 2008; Prijono, 2015:2; dan Herlina et al., 2019). 

Posting Komentar untuk "Keraton Surawisesa, Keraton Kerajaan Galuh"