Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Desa Juntinyuat, Kec Juntinyuat Kab Indramayu

Juntinyuat sekarang menjadi nama salah satu Kecamatan di Kabupaten Indramayu, Juntinyuat ditinjau dari sejarah dan asal-usulnya diyakini sebagai bekas daerah yang dahulu disebuat sebagai Junti, yaitu salah satu negeri yang telah ada sejak Kesultanan Cirebon belum berdiri.

Menurut Naskah Mertasinga (Wahyu, hlm 11); bahwa "ketika Pangeran Walangsungsang diangkat menjadi Arya Lumajang (dalam Carita Purwaka Caruban Nagari disebut Sri Mangana) wilayah kekuasaannya meliputi daerah pesisir, di timur batasnya Gunung Koromong hingga Cpamali, disebelah Selatan berbatasan dengan wilayah  Ratu Junti, sementara disebelah utara berbatasan dengan Cirebon Girang"

Memahami uraian tersebut, maka dapat dimengerti bahwa, ketika Walangsungsang atau Cakrabuana memerintah Cirebon, di Junti telah diperintah oleh seorang yang berjuluk Ratu Junti. Sebutan Ratu dalam banyak naskah Cirebon ini tidak mesti penguasa wanita bisa juga sebagai penguasa laki-laki, karena memang dalam bahasa Jawa kadang baik raja wanita maupun laki-laki disebut Ratu. Seperti Raja Cirebon kedua disebut "Panembahan Ratu", bukan berarti yang bersangkutan seorang wanita. Meskipun demikian sebagaiannya lagi meyakini jika yang dimasksud "Ratu Junti" itu adalah benar-benar penguasa wanita.

Menurut beberapa catatan bahwa nama asli dari Ratu Junti adalah "Fatimah" beliau merupakan seorang Syarifah (Keturunan Nabi) yang dikemudian hari menjadi penguasa di Junti. 

Menurut Naskah Kuningan (Wahyu, hlm 504), Junti pada mulanya dibangun oleh rombongan orang-orang Bagdad yang mendarat di pesisir Cirebon, dalam catatan naskah ini, rombongan orang Bagdad yang menetap dan membangun Junti itu bernama "Arya Sundaka". Kemungkinan besar, Syarifah Fatimah adalah putri dari tokoh Arya Sundaka yang juga berjuluk "Ki Gedeng Junti"

Sementara itu, dalam versi yang lain, Ratu Junti adalah anak Ki Gedeng Junti dan Nyi Gedeng Junti, keluarga ini berasal dari Champa, suatu negeri yang kini wilayahnya masuk sebagai bagian Negara Vietnam dan Kamboja. 

Masa Muda Ratu Junti

Masa muda Ratu Junti dikisahkan sangat cantik sekali, sehingga banyak pembesar dan orang kaya dari negeri-negeri di sekitar Junti ingin sekali mengawininya, salah satunya Dampu Awang. 

Menurut Sulendraningrat (1985, hlm 56) bahwa tokoh Dampu Awang, identik dengan tokoh asal Cina yang dalam beberapa sumber disebut dengan sebutan Sam Po Kong, Sam Po Tao dan Sam Po Toa Jin/Sam Po Bo. Tokoh ini dianggap sebagai salah satu sudagar kaya Cina yang menyertai perjalanan Laksamana Chengho ketika mengunjungi Jawa untuk melakukan perjalanan kenegaraan ke berbagai Kerajaan yang ada di Pulau Jawa. Secara harfiah, Dampu Awang bukanlah nama orang tertentu, melainkan memiliki arti pedagang atau saudagar.

Masih menurut Sukendraningrat, bahwa saking demennya Dampu Awang pada Ratu Junti, Dampu Awang akhirnya melamarnya, akan tetapi karena reputasi Dampu Awang terkenal banyak memiliki istri, Ki Gedeng Junti menolak secara halus. 

Penolakan Ki Gedeng Junti diwujudkan dengan strategi pengadaan sayembara. Adapun sayembara yang digelar adalah bahwa jika Dampu Awang mampu merobohkan bambu ori yang tebalnya dua meter dan tingginya tiga meter yang mengelilingi rumah Ki Gedeng Junti dalam waktu semalam, lamaran itu akan diterima. Dalam menanggulangi sayembara itu, Dampu Awang menggunakan akalnya. Ia yang dikenal kaya menaburkan emas dan kemudian mengumumkannya kepada rakyat sekitar, terang saja Rakyat yang mendapat kabar tersebut berebut emas, hingga pagar bambu porakporanda. 

Atas peristiwa itu, Ki Gedeng Junti dan putrinya menolak tipu muslihat itu, lalu meminta perlindungan Syekh Bentong. Sampai pada akhirnya, Nyi Mas Ratu Junti dipersunting oleh Syekh Bentong (Syaikh Syamsuddin) putera Syeh Quro Karawang.

Junti Masuk Menjadi Bagian Dari Wilayah Kesultanan Cirebon

Selepas Kesultanan Cirebon berdiri, negeri-negeri bahwah Pajajaran di pesisir Cirebon dan Indramayu, termasuk Junti masuk dalam kekuasaan Kesultanan Cirebon. Diduga masuknya Junti kedalam wilayah kekuasaan Cirebon adalah dengan suka rela, karena secara keyakinan Junti memang diprintah oleh penguasa yang bergama Islam. 

Masa Kesultanan Cirebon, Junti pernah diperintah oleh beberapa orang Ki Gedeng, diantara beberapa Ki Gedeng yang tercatat nama-namanya adalah sebagai berikut:

  1. Ki Gedeng Buyut Ambulu.
  2. Ki Gedeng Buyut Marta desa.
  3. Ki Gedeng Buyut Santri.
  4. Ki Gedeng Buyut Giro.
  5. Ki Gedeng Buyut Lempong.
  6. Ki Gedeng Buyut Sengot.
  7. Ki Gedeng Buyut Brayi.

Masa Kemerdekaan 

Pada masa Kemerdekaan dan sebelumnya (Zaman Belanda Akhir & Jepang), Junti kedudukannya berubah menjadi beberpa desa, dan desa-desa yang diidentifikasi sebagai bekas wilayah/negeri Junti kuno adalah desa (1) Juntinyuat (2) Junti Kebon (3) Juntikedokan, dan  (4) Juntieweden. 

Peta Wilayah Kec Juntinyuat

Khusus mengenai Desa Juntinyuat, desa tersebut pernah diperintah oleh beberapa orang Kuwu/Kepala desa, diantara beberapa Kuwu yang pernah memerintah Juntinyuat adalah sebagai berikut:

  • 1. Kuwu H. Maryam.
  • 2. Kuwu H. Sijar.
  • 3. Kuwu H. Marma.
  • 4. Kuwu H. Markawi.
  • 5. Kuwu H. Sayid.
  • 6. Kuwu H. Rakiman.
  • 7. Kuwu H. Kasam.
  • 8. Kuwu H. Mulani.
  • 9. Kuwu Nurman.
  • 10. Kuwu Cakra.
  • 11. Kuwu Dirja.
  • 12. PJ. Said.
  • 13. Kuwu Nursilam.
  • 14. Kuwu Yusuf.
  • 15. Kuwu Data.
  • 16. Kuwu Rawat Atmaja.
  • 17. Kuwu MT Sumaja.
  • 18. Kuwu Barnawi Maryadi.
  • 19. PJ. Thalib.
  • 20. PJ. Nurwenda.
  • 21. Kuwu Suhendi.
  • 22. PJ. Warsika
  • 23. Kuwu Durahman.
  • 24. PJ. Solekhudin.
  • 25. Kuwu Barwani Maryadi.
  • 26. PJ. Dian Usmita
  • 27. Kuwu H. Nono Suwarno
  • 28. PJ. H. Nono Suwarno
  • 29. Kuwu Warno  
Penulis : Bung Fei

Posting Komentar untuk "Sejarah Desa Juntinyuat, Kec Juntinyuat Kab Indramayu"