Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Rhoma Irama, Sang Raja Dangdut

Sejarah Rhoma Irama, orang yang dikemudian hari menjadi Raja Dangdut tersebut dimulai pada Tahun 1946 di Kota Tasikmalaya Jawa Barat, karena memang Rhoma Irama dilahirkan pada Rabu 11 Desember 1946 di Tasikmalaya.

Rhoma Irama lahir dari pasangan Raden Burdah Anggawirja dan Raden Tuti Juairiyah, ayahnya merupakan Anggota TNI Angkatan Darat sementara Ibunya berprofesi sebagai Ibu rumah tangga biasa. Baik ayah maupun ibunya, berdarah Ningrat Pasundan, ayahnya keturunan Raja-Raja Sumedang Larang sementara Ibunya keturunan dari Pangeran Jayakarta (Jakarta). 

Mengenai nama aslinya, Rhoma Irama sebetulnya mempunyai nama asli "Irama", nama tersebut terinspirasi dari suatu grup musik yang bernama "Group Irama". Konon ketika mengandung Rhoma, ibu Bapaknya menyaksikan pertunjukan Grup musik itu, sehingga keduanya terininspirasi untuk menamai anaknya dengan nama "Irama". 

Selanjutnya karena Irama lahir dari seorang anak seorang Ningrat, maka orang memanggilnya sekaligus dengan gelarnya yaitu "Raden (den) Irama". Meskipun demikian, sejak kecil Irama dipanggil ibunya dengan sebutan "Oma" yaitu sebutan atau panggilan kesayangan dari seorang ibu.

Sementara itu mengenai sejarah asal-usul kenapa yang bersangkutan dinamai Rhoma Irama, ternyata berkaitan dengan peristiwa ketika ia menunaikan Ibadah Haji. 

Sebagaimana selayaknya orang Indonesia pada umumnya, bagi yang telah melaksanakan Ibadah Haji yang bersangkutan biasa digelari "Haji atau biasa dilambangkan dengan huruf H". 

Kalimat dalam nama Rhoma Irama, tercipta dari empat kata, yaitu (1) Raden (R), (2) Haji (H), (3) Oma (nama panggilan ibunya) dan (4) Irama (nama asli), sehingga apabila dituliskan menjadi "R.H. Oma Irama". Namun karena kata tersebut sulit diucapkan, maka agar orang dapat mudah mengucapkannya, disingkatlah menjadi "Rhoma Irama". Nama itu kemudian digunakan sebagai nama Panggungya hingga sekarang. 

Sejarah Rhoma Irama

Sejarah Masa Kanak-Kanak Rhoma Irama

Sejarah masa kanak-kanak atau masa kecil Rhoma adalah masa-masa yang sangat istimewa, karena sejak kelas 1 SD, Rhoma sudah menyukai lagu dari berbagai penyanyi dan menyanyikannya. Bahkan sewaktu masih bersekolah di Tasikmalaya, satu kelas menjadi kosong karena pindah kekelas lain untik menyaksikan Rhoma menyanyi.

Bakat musiknya sedikit banyak merupakan warisan dari ayahnya yang mahir bermain suling dan menyanyikan lagu-lagu Cianjuran. Di samping itu, Pamannya, Arifin Ganda, juga turut andil dalam memupuk bakat alamiah Rhoma dalam bermusik dengan memperkenalkan lagu-lagu jepang saat Rhoma masih kecil.

Rhoma kecil telah menyimak beraneka ragam musik. Ketika duduk di kelas 2 SD saja, Rhoma sudah bisa membawakan lagu-lagu Barat dan india dengan baik, di antaranya berjudul No Other Love, lagu kesayangan ibunya, dan lagu”Mera Bilye Buchariajaya” yang dainyanyikan oleh Lata Mangeskhar. Disamping itu, pada masa anak-anaknya Rhoma tekun menyimak lantunan vokal penyanyi legendaris India ituselain itu Rhoma juga menyimak lagu-lagu Timur Tegah yang dinyanyikan oleh Umi Kaltsum.

Sejarah Masa Remaja Rhoma Irama

Setelah memasuki Sekolah Menengah Pertama dan Mmenengah Atas, perhatian Rhoma terhadap musik makin besar. Bakat menyanyi Rhoma semakin kelihatan. Rhoma adalah murid yang paling rajin bila disuruh maju kedepan kelas untuk menyanyi. 

Unuknya, Rhoma tidak sama dengan murid-murid lain yang sering malu-malu di depan kelas. Rhoma menyanyi dengan suara keras hingga terdengar sampai kelas-kelas lain. Pernah satu kelas tiba-tiba kosong karena muridnya pindah ke kelas lain. Di kelas ini Rhoma mendendangkan lagu dengan gayanya yang memikat, kepalanya bergoyang-goyang dan matanya terpejam-pejam.

Meskipun belum berpikir untuk menjadi penyanyi Rhoma sudah tidak terpisahkan lagi dari musik. Atas usaha sendiri ia belajar memainkan gitar hingga mahir. saking tergila-gilanya pada gitar, setelah melihat Parlin Hutagalung, pemain gitar dari group Riama.

Suatu hari ayahnya membelikan gitar akustik, dan pada suatu ketika, Ibunya menyuruh Rhoma menjaga adiknya yang masih bayi. Tetapi 

Meskipun Ayah dan ibunya menyukai musik, namun dunia musik bagi mereka bukan sasuatu yang patut dibanggakan, keduanya tetap ingin Rhoma menjadi seorang pegawai untuk menghidupinya kelak jika sudah menikah.

Rhoma lebih suka memilih bermain gitar. Akibat ulah Rhoma tersebut, ibunya merampas gitarnya lalu melemparkannya kepohon jambu hingga pecah. 

Kejadian itu membuat Rhoma sedih karena gitar adalah teman nomor satu baginya. Ibunya sering meneriakkan “berisik” setiap kali ia menyanyi dan beranggapan, bahwa musik akan menghambat sekolahnya. Peristiwa ini kemudian dijadikan sebagai salah satu adegan dalam filem Berkelana I, hanya saja dalam filem yang melemparkan Gitar adalah ayahnya, adapun sebab dilemparkannya gitar karena Rhoma dianggap menggangu pekerjaan ayahnya. 

Setelah lulus SMA, Rhoma pun melanjutkan kuliah di Fakultas Sosial Politik, Universitas 17 Agustus. Tapi, itu tidak berlangsung lama, hanya bertahan satu tahun saja. 

Rhoma lebih memilih keluar dari Universitas gara-gara saat Mapram (Masa Pra Mahasiswa) di minta menggunting rambut gondrongnya.

Rhoma lebih menolak bentuk pemaksaan seperti itu. Di sisi lain, ketertarikannya pada dunia musik yang begitu besar membuatnya tak betah kuliah Dari tahun ke tahun, Rhoma terus-menerus mengasah keterampilan musiknya dan menunjukkan bakat musiknya. 

Berbagai aliran musik di bawakannya, mulai dari pop, rock, sampai musik gaya Benyamin S. Musik pop dan rock merupakan langkah pertama Rhoma sebagai pemusik dan penyanyi.

Sejarah Rhoma Irama Menjadi Raja Dangdut

Setelah dimasa remajanya malang melintang sebagai penyanyi Orkes Melayu melalui Grup Orkes Chandraleka, Pada Tahun 1967 Rhoma diberikan kesempatan oleh Produser untuk rekaman lagu Melayu, atas dorongan abang kandungnya Beny, Rhoma memanfaatkan kesempatan itu. Padahal waktu itu Rhoma sebenarnya sedang fokus dan lebih menyukai lagu Pop.

Setelah rekaman, rupanya suara Rhoma Irama digandrungi banyak pendengar, akhirnya Populerlah yang namanya musik dangdut.

Musik ini mengalami perkembangan super-dahsyat. sebelum dekade 70-an, musik yang dahulu akrab di sebut musik melayu ini hanya dimainkan dengan alat musik akustik yang hanya didukung “sound” dengan listrik ratusan watt. Tetapi setelah dekade itu, dengan tongak yang dipancangkan oleh Rhoma, pamor dangdut melompat jauh. Musik ratusan watt yang hidupnya tersuruk-suruk di gang sempit kini hadir di panggung raksaasa dengan penampilan gemerlapdan didukung tata-suara ratusan ribu watt.

Populernya musik Dangdut yang dibawakan Rhoma semata-mata karena suara Rhoma Irama yang baik dan juga kemampuan Rhoma pada berbagai jenis musik, sehingga Pop, Rock bahkan jenis musik lainnya ia gabungkan dalam lagu-lagu Dangdut dan Melayunya itu, sehingga musik Dangdut yang dibawakan Rhoma kala itu dianggap sangat berkelas dan mengngangkat harkat dan martabat musik Dangdut/Melayu yang sebelumnya dipandang sebelah mata. 

Setelah jatuh bangun akhirnya Rhoma membentuk OM Soneta pada 11 Desember 1970, di Gang Seno, Tebet Barat, Jakarta selatan, tepat di hari ulang tahunnya yang ke 23. Semua anggota Soneta yang terdiri dari Oma Irama (gitar dan vokal), Herman (Bass), Kadir (Gendang), Ayub (Tamborin), Riswan (Organ), Hadi (Suling), Nasir (Mandolin), dan Wempy (Gitar).

Melalui Grup Soneta Itulah, nama Rhoma Irama kian berkibar, dikontrak oleh beberapa lebel musik dan rekaman bahkan oleh perusahan filem, sehingga akhirnya Rhoma Irama kemudian dijuluki sebagai Raja Dangdut. 

Penulis : Bung Fei

Posting Komentar untuk "Sejarah Rhoma Irama, Sang Raja Dangdut"