Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lebe Dalam Catatan Sejarah

 Lebe Dalam Catatan Sejarah-Istilah Lebe hingga kini masih digunakan sebagai salah satu Jabatan dalam pemerintah Desa yang ada di Cirebon, Indramayu dan sekitarnya. Negara mengelompokkan jabatan ini kedalam Kaur Kesra Pemdes (Kepala Unit Urusan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Desa) . 

Sebagian orang menyangka, bahwa Lebe itu berasal dari bahasa Melayu "Lebai" yang mempunyai maksud Cendikiawan Agama Islam. Begitu yang banyak ditulis dalam beberapa artikel. Betulkan demikian..!? 

Betul atau tidaknya memang perlu pendalaman. Namun yang jelas, apabila anda melakukan penerjemahan Kata "Lebai" dari bahasa Melayu kedalam Bahasa Indonesia maka hasil terjemahannya "Longgar". Jika sudah demikian, masih yakin istilah Lebe berasal dari kata bahasa Melayu Lebai..!?

Simpan saja dulu keragu-raguanmu, mari kita masuk pada sisi lain. Yaitu Lebe dalam catatan Sejarah. 

Tome Pires Ketika mengunjungi Jawa pada awal abad 16 (1512-1513) mencatat bahwa, di pulau Jawa ada satu Negeri yang bersebelahan dengan Negeri Sunda, namanya Cirebon, adapun pemimpinnya disebut "Lebe Upa". (Pires, 2015)

Lebe Upa

Siapakah Lebe Upa...? Kebanyakan orang Planga-Plongo, sementara sebagian kecilnya menduga bahwa yang dimaksud Lebe Upa penguasa Cirebon itu adalah "Pangeran Walangsungsang" sementara sisanya meyakini bahwa yang dimaksud Lebe Upa adalah "Syarif Hidayatullah". Lalu yang benar yang mana!? Jawabnya, tidak ada yang tau pasti. Kecuali dugaan-dugaan saja. 

Beberapa sumber Historiografi Tradisional Cirebon sendiri sebetulnya ada yang menyinggung soal Lebe. 

Diceritakan bahwa " Suatu hari, ada seorang yang menghadap Sunan Gunung Jati, yang bersangkutan meminta izin untuk mendirikan masjid, orang yang dimaksud adalah "Lebe Juriman dari Mbat Tembat, jika Sunan Gunung Jati tidak mengizinkan Masjid Panjunan menggelar Shalat Jumat karena posisinya berdekatan dengan Masjid Agung, maka pada masjid yang didirikan oleh Lebe Juriman diperbolehkan mendirikan Shalat Jumat". (Wahyu, 2005)

Tahun 1512-1513 Masehi Cirebon dalam sumber sejarah lokal sedang diperintah oleh Sunan Gunung Jati, pada masa ini pula Pangeran Walangsungsang masih hidup, sementara Raja yang memerintah Pajajaran adalah Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Wafat 1521).  

Pires orang Portugis menyebut penguasa Cirebon seorang Lebe, dalam sisi yang lainnya catatan lokal juga menyebut Sunan Gunung Jati memberikan kuasa pada seorang Lebe mendirikan Masjid di Mbat Tembat. Ini artinya istilah Lebe, betul-betul telah ada pada masa itu. Dan memang istilah ini dianugerahkan kepada seorang Cendikiawan Muslim. 

Posting Komentar untuk "Lebe Dalam Catatan Sejarah"