Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal-Usul Prajurit Sunda Yang Gugur Dalam Peristiwa Pembantaian Bubat

Ada yang beranggapan bahwa perang bubat itu adalah salah satu cerita yang dibuat-buat oleh Belanda dalam rangka adu domba antar suku Sunda dan Jawa. Anda Peracaya?. Kalau saya lebih percaya anggapan saya sendiri, yakni kejadian itu benar-benar terjadi, dan saya juga percaya jika kisah tersebut ternyata dimanfaatkan Belanda untuk merusak persatuan Jawa-Sunda.
lustrasi Tentara Majapahit
Belakangan dalam jaman Indonesia ini, diketahui ternyata bukan hanya Belanda yang memanfaatkanya Isu itu, melainkan juga orang-orang yang ide pemikirannya sudah terkontaminasi oleh gerakan sparitis yang gagal merdeka dari NKRI, sekedar cari dukungan agar sama-sama  benci NKRI yang Jawa itu, begitu rasisnya. Jadi ide Belanda itu ternyata ditiru oleh gerakan sparatis pro kemerdekaan.

Seperti kisah PKI yang dimanfaatkan oknum Rezim Orde Baru dalam menumpas lawan politiknya, kadang yang di tumpas itu bukan benar-benar PKI. Tapi memang pada kenyataanya sejarah mengenai Makar PKI terhadp NKRI itu pernah ada. 

Baca Juga 
Setidak-tidaknya ada dua alasan mendasar bagi penulis pribadi, untuk menyatakan bahwa kejadian perang bubat tersebut benar-benar terjadi.

Alasan Ke I
Munculnya Gelar Silihwangi pada Raja-raja Sunda. Prabu Maharaja Linggabuana yang dibantai dalam peristiwa bubat, dijuluki Prabu Wangi atas jasanya yang mempertahankan Kerajaan Sunda dari Paksaan tunduk terhadap majapahit, wangi sendiri bermaksud harum, sebab beliau mengharumkan martabat bangsa Sunda.

Setelah mangkatnya Prabu Lingga Buana, Pengganti Raja wangi tersebut kemudian dijuluki Silihwangi, Kata silih berarti pengganti sedang wangi sendiri bermaksud raja wangi (Prabu Lingga Buana). 

Mirip seperti penguasa dalam Islam, setelah Rusulullah Muhamd SAW Wafat, penggantinya disebut Khalifah a-Rasul (خليفة الرسول) yang berarti Pengganti Rasullulah Muhamad SAW. 
Alsan Ke II
Naskah yang menceritakan kisah pembantaian bubat ditulis sebelum Belanda benar-benar menguasai Indonesia. Coba perhatikan, berikut adalah sumber-sumber sejarah yang memuat kisah tentang Perang Bubat;
Sumber
Penulisan
Penemuan
Pararaton
1481 M dan 1600 M
Bali 1896
Kidung Sundayana
1400-1500 M
Bali, 1920
Wangsakerta
1677-1698 M
Cirebon,1975
VOC Menduduki Jakarta 1619
Jelas bukan VOC baru menjajah jakarta pada tahun 1619, sementara naskah-naskah di atas ditulis sebelum itu, bagaimana mungkin bikinan Beanda..? masih berfikir kalau kisah pembantaian bubat buatan Belanda ? 

Maka jika merujuk pada penulisan dari ketiga naskah tersebut, jelas. Naskah-naskah yang ditulis lebih muda merujuk pada naskah-naskah yang lebih tua, yang lebih tuapun dipastikan merujuk pada naskah yang lebih tua juga, mengingat penulisannya jauh sebelum peristiwa Bubat 1357 M. 

Kembali ke fokus masalah, Kalau kita ingin mengetahui tokoh, jumlah tentara, dan latar belakang atau bahkan tahun kejadian terjadinya peristiwa Bubat, maka dipastikan mudah untuk menelusurinya, tinggal baca naskah-naskah di atas, atau buku-buku karya sejarahwan yang membahas tentang itu, maka didapatlah jawabanya. 

Yang langka itu mengenai dari manakah asal-usul daerah para prajurit Sunda yang gagah berani, nekad habis-habisan melawan ribuan tentara Majapahit padahal mereka sendiri jumlahnya sedikit? Jadi inget perang Badar 1:1000.

Demikian jawaban alternatifnya. Dalam Bahasa Sunda Indramayu (Parean) terdapat 1 kosakata yang unik lain daripada bahasa Sunda lain, kosakata tersebut berbunyi “BOBAD” kata tersebut hari ini digunakan hampir di seluruh wilayah Kab Indramayu, termasuk orang-orang Indramayu yang berbasa Cirebon dialek Indramayu, padahal di Cirebon sendiri kosakata ini tidak digunakan/tidak ada. 



Bobad sendiri jika ditejemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti “BOHONG” ada kemungkinan kata bobad ini adalah kata ejekan pada Majapahit mengenai peristiwa Bubat, sebab tujuan pelafalan kosakata tersebut dimungkinkan bermaksud “Perang bohong-bohongan masa kroyokan, orang gak siap perang malah diserang dasar bobad...bubat..bohong..nipu". 

Demikian kiranya ungkapan kekesalan yang kemudian menjadi populer sehingga kemudian menjelma menjadi kosa kata baru. 

Dengan demikian maka berdasarkan hipotesis tersebut, dimungkinkan para Prajurit yang gugur di medan bubat tersebut berasal dari pantai utara Sunda (sekarang Indramayu) sebab itulah keturunan-keturunannya mengabadikan kisah dibantainya nenekmoyangnya itu dalam sebuah ejekan yang kemudian menjelma menjadi kosakata bahasa baru.