Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dalil Mempelajari Sejarah


Kisah-kisah dalam sejarah kemudian bagunan-bagunan atau bukti-bukti peninggalan masa lalu tentunya bukan hanya sekedar menjadi sebuah hiburan dan tontonan semata. Bukan hanya untuk dibanggakan dihadapan orang lain. Namun hendaknya menjadi sarana dalam mempelajari masa lalu lebih dalam. Sudah menjadi sebuah keharusan bagi seseorang untuk mempelajari sejarah  sejak dini. Memahami bagaimana leluhur kita datang, dan kemudian berkembang ke tengah-tengah kita sejak beberapa abad yang lalu.

Menurut Abdul Majid (2004:130) bahwasanya tujuan mempelajari sejarah itu untuk:
  1. Mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai asal-usul khazanah budaya dan kekayaan di bidang lainnya yang pernah diraih oleh umat di masa lampau dan mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kejadian tersebut.
  2. Membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah dan Kebudayaannya  generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
  3. Agar Pembelajar dapat memilah dan memilih mana aspek sejarah yang perlu dikembangkan dan mana yang tidak perlu. Mengambil pelajaran yang baik dari suatu umat dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik.
  4. Agar Pembelajar mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya di masa yang akan datang.
Kembali Kepembahasan, adakah dalil yang menganjurkan untuk belajar Sejarah ? 

Pada dasarnya pertanyaan tersebut sebenarnya tidak perlu ditanggai karena memang secara umum yang namanya belajar itu dianjurkan dalam Agama manapun termasuk didalam Agama Islam. Akan tetapi kalau ada saja yang masih ngotot mempertanyakan tentang dalil, mungkin dalil dibawah ini akan dapat merontokan kengototannya itu, semoga saja. Demikian dalilnya:

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ.

Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman [Yusuf/12:111]

Dalam pemahaman penulis, bahwa meskipun ayat di atas ditujukan guna memahami dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah (sejarah) nabi terdahulu beserta umatnya bukan berarti kita sebagai umat muslim tidak perlu mengambil pelajaran atau nilai-nilai pendidikan dalam kisah kehidupan Nabi Muhamad dan umatnya, malah justru dengan adanya ayat kitab suci al-Quran tersebut kita dipacu untuk dapat memamahmi Nabi Muhamad dan umatnya secara mendalam sehingga dengan demikian nantinya dapat membawa kita tuk menyerap nilai-nilai pendidikan didalamnnya.