Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pertarungan Ki Gede Tegalgubug Vs Ki Gede Susukan-Runtuhnya Kerajaan Sindangkasih

Mulanya baik Ki Gede Susukan maupun Ki Gede Tegalgubug adalah sahabat seperguruan dan keduanya merupakan murid Sunan Gunung Jati yang kemudian ditugaskan memerintah di Desa Susukan dan Tegalgubug. 

Meskipun kedua-duanya murid Sunan Gunung Jati, akan tetapi aroma persaingan diantara keduanya dalam segala hal begitu tinggi.

Ketika Cirebon dalam masa kejayaanya, negeri-negeri disekeliling Cirebon menghaturkan sembah bakti sebagai tanda takluk kepada Cirebon, namun disamping ada negeri-negeri yang secara sukarela bersedia dibawah pemerintahan Cirebon, ada juga negeri-negeri yang tidak mau tunduk kepada Cirebon dan memilih berperang ketimbang menjadi bawahan Cirebon, salah satu Negeri itu adalah Sindangkasih. Waktu itu yang yang menjadi Raja di Sindangkasih bernama Dalem Digja.

Melihat pembangkangan Sindangkasih terhadap Cirebon, Ki Gede Tegalgubug mengajukan diri untuk menaklukan Sindangkasih kepada Sunan Gung Jati.

Melihat gebrakan-gebrakan ambisius  Ki Gede Tegalgubug, Ki Gede Susukan tidak mau tinggal diam, ia juga mengajukan diri kepada Sunan Gunung Jati agar juga di ijinkan untuk menaklukan Sindangkasih. Ki Gede Susukanpun kemudian mendapatkan ijin.

Tentara Cirebon yang dipimpin oleh Ki Gede Tegalgubug dan Ki Gede Susukan berangkat menuju Sindangkasih. 

Sindangkasih pun tidak tinggal diam, mendengar berita bahwa Cirebon akan menyerang, Dalem Digja selaku Raja Sindangkasih mengumpulkan tentara kerajaannya untuk bersiap menghadapi serangan Cirebon.

Perang kemudian pecah, mayat dari kedua belah pihak bergelimpangan, bau anyir amis darah membumbung dilangit Sindangkasih. Sindangkasih waktu itu seperti gelap tak bermentari. Itulah tanda bahwa Sindangkasih dapat ditaklukan Cirebon.

Mendapat kabar tentaranya tak sanggup membendung tentara Cirebon, sang Raja Sindangkasihpun melarikan diri, ia lari dari Istananya, moksa tanpa bekas. Mulailah setelah itu Sindangkasih resmi dibawah naungan pemerintahan Cirebon.

Setelah mendapatkan kemenangan di medan perang, tentara Cirebon yang dipimpin Ki Gede Tegalgubug dan Ki Gede Susukan merangsek masuk ke dalam Istana, dan benar saja keduanya tidak mendapati Sang Raja. Namun di Istana keduanya menemukan 2 Putri Raja yang tertinggal tidak ikut melarikan diri (moksa). Kedua Puteri Raja itu bernama Raras dan Riris.
Setelah memperoleh kemenangan gemilang, pasukan Cirebon kemudian kembali lagi ke Cirebon dengan membawa banyak rampasan perang, dan juga sekaligus memboyong Puteri Raras dan Riris.

Jauhnya jarak tempuh dari Sidangkasih menuju Cirebon serta kadaan yang tidak memungkinkan karena malam segera tiba, Ki Gede Tegalgubug memutuskan membuat perkemahan dan menyuruh seluruh tentara yang telah memenangkan peperangan beristirahat, sehingga dipagi harinya dapat melanjutkan perjalanan kembali ke Cirebon.

Sementara di sisi lain, dalam perkemahaan tersebut, timbul niat dalam diri Ki Gede Susukan untuk sesegera mungkin bertolak ke Cirebon untuk mengabarkan kemenangannya kepada Sultan Cirebon, kemudian Ki Gede Susukan beserta orang-orang Susukan yang menjadi prajuritnya meninggalkan Ki Gede Tegalgubug yang masih dalam perkemahan.

Sementara itu, ketika Ki Gede Susukan pergi berangkat ke Cirebon, Ki Gede Tegalgubug dalam perkemahannya tak kuat iman melihat kecantikan Putri Raras dan Riris, hinggalah kemudian kedua Puteri Raja Sindangkasih itupun kemudian disetubuhinya.

Diceritakan kemudian, setelah Ki Gede Susukan menghadap Sunan Gunung Jati, beliau dengan bangga mengabarkan akan kemenangannya menundukan Sindangkasih, dan bahkan cenderung membaggga-banggakan dirinya dan pasukannya, serta merasa diri dan pasukannya paling berkiprah atas kemenangan tersebut.

Selang beberapa lama Ki Gede Tegalgubug bersama pasukanya tiba di Cirebon, dan menceritakan segala apa yang terjadi dalam medan pertempuran, Ki Gede Tegalgubungun kemudian menyerahkan seluruh harta rampasan perang kepada Sultan tak terkecuali Puteri Raras dan Riris. Namun demikian karena pada hakekatnya Sunan Gunung Jati sudah mengetahui kabar bahwa Ki Gede Tegalgubug telah berbuat nista kepada sang puteri, maka Sunan Gunung Jati memerintahkan kedua putri itu untuk dibawa serta Ki Tegalgubug.

Pulanglah kemudian Ki Gede Tegalgubug sambil membawa serta kedua Puteri kerajaan Sindangkasih tersebut. Sementara itu, merasa dirinya tak membawa apa-apa setelah penaklukan Sindangkasih, Ki Gede Susukan memohon ijin kepada Sunan Gunung Jati agar supaya salah satu dari kedua puteri itu diperuntukan baginya. Sunan Gunung Jati kemudian tidak memberi jawaban apapun dan hanya menyuruh Ki Gede Susukan untuk meminta sendiri kepada Ki Gede Tegalgubug.

Setelah  mendapatkan jawaban dari Sunan Gunung Jati, Ki Gede Susukan berangkat menuju kediaman Ki Gede Tegalgubug untuk meminta salah satu Puteri Raja itu, namun demikian Ki Gede Tegalgubug menolak, karena menurutnya kedua putri itu adalah haknya, dan lagipun Ki Gede Tegalgubug berniat mengawini keduanya.

Mendengar jawaban Ki Gede Tegalgubug yang kurag bersahabat dan berwatak tamak itu, Ki Gede Susukan marah berbesar hingga kemudian menantang Ki Gede Tegalgubug untuk melakukan perang tanding, dengan syarat jika Ki Gede Susukan kalah dalam pertarungan, ia rela tidak memiliki salah satu putri, tapi jika Ki Gede Tegalgubug kalah maka harus menyerahkan salah satu puteri tersebut.

Mendengar tantangan tersebut gengsi Ki Gede Tegalgubug sontak melejit, karena baginya seorang kesatria sejati pantang mudur bila ditangtang bertarung.

Pertarungan keduanya kemudian digelar, keduanya saling pukul, tendang, banting dan mengeluarkan jurus-jurus silat andalannya, namun dalam pertarungan tersebut Ki Gede Tegalgubug berhasil mengalahkan Ki Gede Susukan.
Runtuhnya Kerajaan Sindang Kasih
Setelah peristiwa kekalahan Ki Gede Susukan dalam pertarungan merebutkan Putri Raras dan Riris, Ki Gede Susukan bersumpah, dan memberi himabaun kepada rakyatnya di Susukan, himbauannya adalah "Agar jangan ada orang Susukan yang mau mengawini orang Tegalgubug dan bagi rakyat Susukan yang melanggar titah ini, maka Ki Gede Susukan mengutuk perkawinan keduanya". Itulah asal-muasal mengapa orang susukan dahulu tidak mau mengawini orang-orang Tegalgubung.

Kisah di atas merupakan kisah legenda masyhur di Cirebon, kisah ini tertulis dalam Naskah Mertasinga pada pupuh XLX-L.17 Adapun letak Kerajaan Sindang Kasih diperikirakan sekarang berada di Desa Sindang Kasih Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon. Nama Kerajaan ini disebut-sebut dalam naskah-naskah Cirebon lainnya merupakan Kerajaan bawahan Galuh (Kerajaan Sunda Timur).

Kisah di atas juga dapat anda simak lebih detail pada Vidio berikut ini;


1 komentar untuk "Pertarungan Ki Gede Tegalgubug Vs Ki Gede Susukan-Runtuhnya Kerajaan Sindangkasih"

  1. Inih baru cerita bener dan bagus ngga keliru kalo cerita lain ngga bener

    BalasHapus

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.