Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Minta Merdeka, Sriwijaya Menyerang Kesultanan Peureulak

Kesultanan Peureulak dianggap sebagai Kesultanan tertua di Nusantara, didirikan pada kira-kira Tahun 840 Masehi, Kesultanan Peureulak terletak di ujung pulau Sumatra, sekarang menjadi Kecamatan Peureulak Kabuapten Aceh Timur Provinsi Aceh Indonesia.

Sebelum menjadi Kesultanan, Peureulak dahulu merupakan Kerajaan yang bercorak Hindu-Budha dengan Ibukota negara Bandar Peureulak. Sultan pertama Peureulak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, yang beraliran Syiah dan merupakan keturunan Arab dari Dinasti Fatimiyah yang menikah dengan perempuan setempat. Sementara sumber lain menyebutnya keturunan Ali ibn Muhammad Ja’far Shiddiq seorang muslim Syiah yang melakukan pemberontakan kepada khalifah al-Makmun dinasti Abasyiah.

Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah mendirikan Kesultanan Peureulak pada 1 Muharram 225 H (840 M). Ia mengubah nama ibu kota kerajaan dari Bandar Peureulak menjadi Bandar Khalifah. Sultan ini bersama istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, makamnya dapat ditemui di Paya Meuligo, Peureulak, Aceh Timur.

Pada masa-masa Peureulak berdiri sebagai sebuah Kesultanan, Kerajaan Sriwijaya sedang berada pada puncak kejayaannya, hampir seluruh daerah Nusantara bagian barat takluk pada Sriwijaya, termasuk didalamnya Peureulak, pendek kata masa itu Peureulak merupakan jajahan Sriwijaya. Sehingga diwajibkan membayar upeti atau Pajak pada Sriwijaya dalam tiap tahunnya.

Pada tahun 986 Masehi, Kesultanan Peureulak terpecah menjadi dua sebabnya karena perang saudara antara Syiah dan Suni, maka berdirilah kemudian Kesultanan Peureulak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988) dan Kesultanan Peureulak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023).

Pada tahun 986-988 Masehi, Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah membangkang terhadap Sriwijaya, Sultan tidak mau lagi tunduk dibawah Sriwijaya dan menyatakan diri merdeka dari Sriwijaya. Pembangkangan Peureulak membuat murka Sriwijaya. Kerjaaan Sriwijayapun kemudian menyerangnya.

Sepaham dengan pemaparan di atas, menurut Kitab Pustaka Rajya Rajyi I Bhumi Nusantara Serangan Sriwijaya ke Kesultanan Peureulak terjadi pada tahun 1197 Saka. Sementara latar belakang penyerangan Sriwijaya Ke Kesultanan Peureulak adalah pembangkangan Peureulak terhadap Sriwijaya yang berencana memerdekakan diri dari Sriwijaya ditandai dengan keputusan Peurlak untuk tidak lagi mengirimkan upeti terhadap Sriwijaya. Pembangkangan Peureulak yang diwujudkan dengan upaya merdeka dari Sriwijaya ini didukung oleh Kesultanan-kesultanan yang berada di Mesir dan Persia (Iran-Irak Sekarang), dan Ghujarat (India).

Dalam rangka menghukum Peureulak, Sriwijaya mengirimkan ribuan tentaranya ke Peureulak untuk menyerang Peureulak. Peperangan besarpun kemudian pecah, hingga akhirnya peperangan dimenangkan oleh Sriwijaya dan bahkan dalam penyerangan tersebut membuat Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah wafat terbunuh.

Selepas terbunuhnya Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah, Peureulak kembali menjadi satu kerajaan lagi, yaitu hanya dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang berhaluan Suni. Namun, kelak Kesultanan Peureulak yang berhaluan Islam Sunni ini kembali memberontak, sehingga kemudian terjadi peperangan antara Sriwijaya dan Peureulak hingga tahun 1006 Masehi.