Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Pemberontakan Kuningan Ke Cirebon

Keadipatian Kuningan yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Cirebon pernah melakukan pemberontakan ke Cirebon, waktu itu yang menjadi Adipati di Kuningan ialah Arya Kuningan, beliau merupakan anak dari Sunan Gunung Jati[1], Versi lain mengatakan hanya anak angkat, meskipun ada juga selain kedua pendapat di atas yang menyatakan bahwa beliau anak jelmaan bokor. 


Sebagai murid sekaligus anak dari Sunan Gunungjati Arya kuningan tentu mewarisi ilmu-ilmu dari Sunan Gunungjati, baik ilmu pemerintahan, agama, kedigjayaan dan lain sebagainya. Dalam beberapa naskah Cirebon kisah mengenai Arya Kuningan ini banyak sekali dibahas, beliau dikatakan sebagai seorang yang mencintai Cirebon, dan Islam meskipun demikian tokoh ini digambarkan sebagai seorang yang kadang-kadang gegabah dalam mengambil tindakan.

Pada masa Cirebon menguasai Pasundan, Arya Kuningan diangkat menjadi Adipati di Kuningan oleh Sunan Gunungjati. Pada masa Sunan Gunungjati masih hidup beliau dikatakan sangat berperan sekali terhadap kemajuan kerajaan Cirebon. Tercatat beliau pernah menjadi Panglima Kerajaan Cirebon bersama Nyimas Gandasari, dan Syekh Magelung  Sakti dalam menundukan kerajaan Galuh, beliau juga turut berperan aktif dalam merebut Pelabuhan Sunda Kelapa bersama Fatahilah[2].

Setelah Sunan Ginungjati wafat rupanya sikap  Arya Kuningan ke Cirebon ini perlahan-lahan berubah, dari mulai tidak lagi menghadap (Seba) ke Cirebon dalam tiap tahunnya sampai pada tidak lagi mengirimkan upeti ke Cirebon.

Pembangkangan Kuningan terhadap Cirebon ini dilatar belakangi oleh sikap Arya Kuningan yang menganggap Cirebon sudah hilang wibawah sepeninggal Sunan Gungjati. Waktu itu Cirebon diperintah oleh Cicit Sunan Gunungjati yaitu Pangeran Agung yang bergelar Panembahan Ratu, pada saat dinobatkan menjadi Sultan umur beliau baru 14 Tahun.

Sultan kecil itu bisa apa, begitu mungkin fikir Arya Kuningan yang merasa sudah banyak makan asam garam pemerintahan. Arya Kuningan memproklamirkan merdeka dari Cirebon tidak lama setelah Panembahan Ratu naik tahta.

Menghadapi keadaan itu, Panembahan Ratu mengutus Patih Rudamada untuk memberi pelajaran Kuningan, namun Arya Kuningan bukan orang biasa, Patih Rudamada beserta tentara Cirebon lainnya diceritakan dapat mudah dibrangus Arya Kuningan. 


Setelah kegagalan yang pertama kemudian Panembahan Ratu mengutus lagi tentara Cirebon ke Kuningan untuk menaklukanya, upaya penaklukan ini dipercayakan kepada Kiyai Pekik Abdullah[3], namun begitu lagi-lagi pasukan Cirebon dapat diberangus Arya Kuningan.

Mendengar kenyataan pahit kedua Patihnya dapat dikalahkan oleh Arya Kuningan, Panembahan Ratu Raja Muda Cirebon itu bertindak diluar dugaan, beliau berangkat sendiri menjadi pimpinan untuk menaklukan Kuningan, Jalannya peperangan terbilang sengit, bahkan diceritakan terjadi duel antara Panembahan Ratu dan Arya Kuningan. Setelah terjadi bergulatan yang panjang akhirnya Kuningan dapat ditaklukan Cirebon, bahkan dalam duel kedigjayaan antara Panembahan Ratu dan Arya Kuningan itu, Panembahan Ratu berhasil membuat  Arya Kuningan tak berdaya.

Setelah peristiwa itu, barulah Arya Kuningan menyadari bahwa meskipun muda Panembahan Ratu memang mewarisi  kedigjayaan dari Sunan Gunungjati. Beliaupun kemudian mohon ampun atas tindakanya dan bersedia kembali dibawah naungan Kerajaan Cirebon.

Referensi
[1] Asal-Usul Lahirnya Kab Kuningan. diakses 6-2017
[2] Wikipedia. Penaklukan Sundakalapa. Diakses 6-2017
[3] Wahyu, N Aman. 2005. Sejarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah. Hlm 69-70