Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Pramuka Di Indonesia

Pramuka atau Praja Muda Karana merupakan model pendidikan kepanduan, hal tersebut tergambar dari sifat-sifat dan fungsi dari gerakan pramuka itu sendriri. Sifat-sifat gerakan Pramuka terdiri dari empat sifat gerakan yaitu[1]:
  1. Gerakan Pramuka adalah gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia
  2. Gerakan Pramuka membantu pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan dibidang pendidikan, khususnya pendidikan luar sekolah
  3. Gerakan Pramuka bukan organisasi kekuatan sosial politik, bukan bagian salah satu organisasi sosial politik serta tidak menjalankan kegiatan politik
  4. Gerakan Pramuka menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggota, pemeluk agama dan kepercayaan
Adapun fungsi Pramuka adalah sebagai lembaga pendidikan luar sekolah dan wadah pembinaan pengembangan generasi muda, prinsip dasar metode pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan pengembangan bangsa serta masyarakat Indonesia. Sehingga gerakan pramuka merupakan wadah yang pas bagi generasi muda guna mengembangkan potensi yang mungkin dimiliki[2].
Img From kontroversinews.com
Sejarah Pramuka Indonesia
Istilah Pramuka di Indonesia baru dikenal pada tahun 1961 sementara sebelum tahun tersebut Pramuka dahulu dinamakan dengan gerakan Kepanduan. Isitilah Kepanduan muncul bersamaan dengan pelarangan Pemerintah Hindia Belanda terhadap seluruh organisasi-organisasi Bumiputera untuk menggunakan istilah 'Padvinder' dan 'Padvinderij' dalam menamai gerakan kepemudaannya.

Waktu itu Sarekat Islam mempunyai Gerakan kepemudaan yang bernama Sarekat Islam Afdeeling Padvinderij (SIAP) dimana kegiatannya mencontoh gerakan 'Padvinder' dan 'Padvinderij' yang didirikan oleh orang Belanda di Hindia Belanda. 

Istilah 'Padvinder' dan 'Padvinderij' sendiri sebenarnya terinspirasi dari gerakan kepemudaan yang bernama Scout.  Gerakan yang juga disebut Scouting atau Scout Movement ini bertujuan untuk pengembangan para pemuda secara fisik, mental, dan spiritual. 

Gerakan Scouting sendiri pada awalnya muncul pada 25 Juli 1907 ketika Lord Robert Baden Powell saat itu sebagai Letnan Jendral tentara Inggris untuk pertama kalinya mengadakan perkemahan di pulau Brown Sea, Inggris selama 8 hari serta melatih anggotanya secara fisik, mental, dan spiritual, kemudian selanjutnya pada tahun 1908 Baden Powel menulis buku tentang prinsip dasarnya yakni “Scouting for Boys” yang berarti Scouting untuk pria.

Melihat latar belakang Robert Baden Powell yang merupakan seorang Bangsawan (Lord) Inggris sekaligus juga seorang tentara kerajaan Inggris maka dapat dipastikan bahwa gerakan kepemudaan yang digagasnya didalamnya mengarahkan dan mendidik anggotanya untuk cakap dalam hal keterampilan-keterampilan ala militer yang berbarengan dengan itu dimasukan juga unsur-unsur spiritual (keagamaan) didalamnya. 

Gerakan tersebut ternyata diminati para pemuda di Eropa, sehingga kemudian menjalar ke Belanda, di Belanda inilah gerakan kepemudaan Scouting kemudian diubah suai namanya kedalam Bahasa Belanda sehingga menjadi 'Padvinder' atau 'Padvinderij'. Dan untuk kemudian 'Padvinder' dan 'Padvinderij' inilah yang diaplikasikan orang-orang Belanda kedalam daerah jajahannya termasuk di Hindia Belanda atau Indonesia.

Dengan kecerdasan yang dimiliki tokoh-tokoh perjuangan Indonesia inilah kemudian mereka akhirnya mengadopsi model gerakan 'Padvinder' atau 'Padvinderij' yang bentukan penjajah kedalam gerakan kepemudaan yang dimiliki oleh pribumi, salah satunya sarekat Islam, sarekat Islam membentuk gerakan kemudaannya dengan nama SIAP (Sarekat Islam Afdeeling Padvinderij), Gebrakan sarekat Islam ini kemudian menjalar dan ditiru oleh organiasi-organisasi bentukan pribumi lainnya semsial JPO (Javaanse Padvinders Organizatie) JJP (Jong Java Padvindery), NATIPIJ (Nationale Islamitsche Padvindery), dan HW (Hisbul Wathon)

Karena pembentukan itu kemudian menurut pemerintah Hindia Belanda membahayakan maka mulailah pemerintah Hindia Belanda memberikan larangan penggunaan istilah Padvindery. Kepada seluruh organiasi pergerakan bentukan pribumi. 

Setelah turunnya larangan tersebut rupanya Syarekat Islam tak kehilangan akal, mereka merubah istilah Padvindery, Padvinder' atau 'Padvinderij menjadi “Kepanduan” munculnya istilah Kepanduan sebagai ganti dari istilah sebelumnya Padvindery  yang dilarang pemerintah Hindia Belanda itu digagas langsung oleh KH Agus Salim. 

Istilah kepanduan kemudian ditiru oleh organiasi-organisi pergerakan pribumi untuk menamai salah satu gerakan kepemudaanya menggantikan Padvindery. Istilah kepanduan di Indonesia hari ini dikenal dengan istilah Pramuka (Praja Muda Karana) yang berarti kaum muda yang suka berkarya. Di Indonesia sendiri penggunaan istilah “Pramuka” baru resmi digunakan pada tahun 1961.

Daftar Bacaan:
[1] Kwartir  Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Gerakan Pramuka, Jakarta Hal..6
[2] Ibid. 6-7

Posting Komentar untuk "Sejarah Pramuka Di Indonesia"