Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Silsilah Dan Asal-Usul Para Wali Di Tanah Jawa

Suatu ketika dikisahkan Sunan Gunung Jati berkunjung ke Campa, di sana beliau diceritakan bertemu dengan Syekh Mustaqim yang mempunyai nama lain Syamsu Tambras. Beliau merupakan ayahanda Sunan Ampel Gading. Syekh Mustaqim dikisahkan juga mempunyai istri yang bernama Nyi Sujinah. Untuk beberapa waktu Sunan Gunung Jati berguru kepada Syekh Mustaqim di Campa. 
Suatu hari Syekh Mustaqim menjelaskan prihal silsialah dan asal-usul para Wali penyebar Islam di tanah Jawa kepada Sunan Gunung Jati. Kepada Sunan Gunung Jati Syekh Mustaqim berkata:

Sunan Bonang, Sunan Drajat Dan Sunan Ampel 

“Sunan Bonang itu adalah cucuku. Awalnya dia pergi ke tanah Jawa itu karena si Rachmat (Sunan Ampel), hendak menengok uwaknya yang menjadi permaisuri di Majapahit, dari sinilah asalnya keturunan Raja Campa itu. Setiba disana ia mengajak uwaknya, permaisuri Raja Majapahit untuk masuk agama Islam sehingga sang Brawijaya menjadi sangat murka kepada si Rachmat. Oleh karena itu dia lalu diusir dan kemudian tiba di Surapringga, di padukuhan Ampel Gading, dimana dia distu kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel Denta. Si Rachmat kemudian beristri dengan anaknya Arya Tuban, yang kemudian mempunyai dua orang anak laki-laki, yaitu Sunan Bonang dan Sunan Drajat, keduanya adalah cucuku.”

Sunan Kudus 
“Anak Sunan Ampel yang ketiga ialah seorang anak perempuan yang bernama nyi Pancuran, dan satu lagi Nyi Gedeng Malaka yang kawin dengan Khalipah Patah. Mereka mempunyai anak perempuan yang bernama  Nyi Mahida, yaitu yang bersuamikan dengan rangga Bintara yang satu lagi Nyi Buri namanya yang menikah dengan orang Mesir, adiknya Nyi Babu Dampul, Pangeran Undung namanya dan mereka mempunyai anak Sunan Kudus itu, dengan demikian sunan Kudus itu adalah canggahku. Ku pesan kelak ikatlah persaudaraan dengan mereka”

Syekh Mustaqim 
“Barangkali engkau belum tahu aslku ini. Aku ini anaknya Jumadil Kubro, Jumadil Kubro itu adalah juga kakek buyutmu. Anaknya tiga, satu Raja Mesir itu yang menurunkan engkau, keduanya sultan Baghdad, itu yang menurunkan Pangeran Panjunan, tentu kau akan menjumpainya kelak, dan aku adalah anaknya yang ketiga. Jadi aku ini masih termasuk kakekmu.”

Sunan Giri
“Adapun Sunan Giri, yang berada di Gersik dia adalah anak gurumu yang di Pasai yang namanya Syekh Datuk Sidiq. Datuk Sidiq itu anaknyaSyekh Jumad bin Syekh Khatim bin Sykeh Ahmad bin Abu Syukur bin Syekh Syamsulilla Bin Sayidina Ali, jadi iapun masih satu keturunan dengan cucuku.” 

Sunan Kalijaga
“Adapun Sunan Kalijaga itu anaknya Tumenggung Wilwatikta bin Arya Tuban bin Jami’ul Akhi yang diambil mantu oleh Gedeng Sela…. Jami’ul Akhi itu anaknya Syekh Gharib bin Syekh Khuramsyi bin Syekh Mudzakir bin Syekh Waisarnen bin Syekh Murroh, dia leluhur Nabi Muhamad SAW."

Syekh Mejagung 
“Adapun Syekh Mejagung itu di Majagungan tinggalnya, juga satu keturunan dengan kamu. Syekh Mejagung itu anaknya Sykeh Jumud, saudaranya Datuk Sidiq, gurumu yang ketiga yang tinggal di Negara Pasai, Syekh Mejagung dan Sunan Giri itu saudara dengan kamu."

Maulana Magribi 
“Ada lagi Syekh Maulana Magribi, yang juga masih satu keluarga denganmu anaku. Dia adalah anaknya Syekh Jatiswara bin Haji Duta Samud bin Maulana Yusul bin Abu Yamin bin Zainal abiding bin Sayid Husain yang satu turunan denganmu dari Rasulullah.”

Syekh Benthong Dan Syekh Quro  
“Adapun Syekh Benthong itu tinggalnya di Karawang, juga masih saudara denganmu. Syekh Bentong sebetulnya anaknya Syekh quro bin Syekh Idhopi. Dia adalah guru Ibumu dan Uwakmu Aria Lumajang itu."

Syekh Lemah Abang  [Syekh Siti Jenar]
“Sedangkan Syekh Lemah Abang [Syekh Siti Jenar] itu juga satu leluhurnya denganmu. Dia adalah anaknya Datuk Sholih bin Syekh Datuk Isa yang menetap di Malaka, bin Khaidir Khelan Bin Muhamad Kabir Bin Zainal Abiding Bin Sayid Husen, itu anaknya Fatimah Binti Rasulullah. Jadi dia itu masih satu turunan dengan cucuku."

Demikianlah pemaparan mengenai asal-usul dan silislah para wali penyebar Islam di tanah Jawa yang dikisahkan dalam bentuk penjelasan syekh Mustaqim kepada Sunan Gunung Jati. Kisah tersebut di atas dapat anda temui pada Naskah Mertasinga Pupuh XX.12 – XX1.04.