Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Jakarta Dari Jaman Pajajaran Hingga Jaman Kemerdekaan

Siapa yang tak kenal Jakarta, Kota Megapolitan Terbesar di Asia Tenggara, Kota Ini juga menjadi Ibukota Negara Indonesia dari tahun 1945 hingga kini, pada masa penjajahan Belanda kota inipun menjadi Ibu Kota Negara Hindia Belanda, sementara pada masa sebelum itu yaitu pada masa Kerajaan Pajajaran Jakarta merupakan Kota Pelabuhan terbesar di wilayah barat pulau Jawa. 

Jakarta secara bahasa berasal dari dua kata yaitu “ Jaya” dan “Karta” yang mempunyai masksud Kota Kemenangan. Dinamakan kota kemenangan kerena kota ini berhasil diambil alih oleh Kerajaan Demak Dan Cirebon setelah memalui pertempuran sengit dengan Kerajaan Pajajaran yang bersekutu dengan Portugis. 
Jika dimulai dari pendirian Kerajaan Pajajaran hingga kini maka Jakarta pernah mengalami enam babak sejarah, yaitu sejarah ketika Jakarta dibawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, Demak, Banten, Belanda, Jepang dan Republik Indonesia. 

Jakarta Di Bahawah Kekuasaan Kerajaan Pajajaran
Pada masa Kerajaan Pajajaran, Jakarta bernama Sunda Kalapa, sebuah kota Pelabuhan kaya yang diperintah oleh seorang Raja Bawahan dibawah naungan Pajajaran. Sunda Kelapa pada Abad ke 15 akhir dan 16 Awal digambarkan oleh Baros dan Pires sebagai Kota Pelabuhan maju yang dipimpin oleh seorang Syah Bandar yang masih menyembah berhala. Pada masa itu Sunda Kalapa juga dikisahkan kota yang sudah dipenuhi oleh pedagang-pedagang muslim dari Jazirah Arab dan non Arab. 

Pada 21 Agustus 1522 Prabu Surawisea dari Kerajaan Pajajaran mengadakan perjanjian dan kesepakatan dengan Portugis, Portugis di Ijinkan membuat benteng atau kubu pertahanan di Sunda Kelapa, tujuan dari kerja sama antara Pajajaran dan Portugis itu untuk menghalau Kerajaan Demak Dan Cirebon yang kala itu sudah menguasai pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara pulau Jawa. 

Sementara di sisi lain, Demak dan Cirebon merasa Khawatir terhadap keberadaan Portugis di Sunda Kalapa, sebab sebagaimana pengalaman dahulu Portugis memang sangat membenci Kerajaan-Kerajaan Islam, terbukti dari Invasi Portugis pada Kerajaan Islam Pasai di Sumatra, Malaka di Semenajung Melayu Dan Ternate di Maluku. 

Oleh karena itu, tepatnya pada tahun 1526 masehi gabungan Kerajaan Demak dan Cirebon melakukan penyerangan ke Sunda Kalapa, hingga kemudian pada 22 Juni 1527 Demak dan Cirebon berhasil merebut Sunda Kalapa dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Sementara itu Portugis yang semula berencana mendirikan Benteng di Sunda Kelapa dapat diusir oleh Demak dan Cirebon. Setelah peristiwa kemenangan Demak dan Cirebon dalam merebut Sunda Kelapa, kota itu kemudian diubah namanya menjadi “Jaya Karta” atau “Jakarta”. 

Jakarta Di Bahawah Kekuasaan Kerajaan Demak
Setelah di rebutnya Jakarta dari tangan Pajajaran pada 22 Juni 1527 secara otomatis Jakarta menjadi bawahan Kerajaan Demak. Menurut Naskah Cirebon[1] pada masa itu di Jakara Demak mengangkat Raja Luhut atau Pangeran Jaketra sebagai penguasa Jakarta, ia merupakan kerabat Sunan Gunung Jati yang berasal dari Turki.

Masih menurut Naskah Cirebon, bahwa sepeninggal Raja Luhut kekuasaan atas Jakarta kemudian diwariskan kepada anaknya yang bernama Pangeran Tlutur. Sementara itu pada saat Cirebon dan Demak mendirikan Kerajaan Banten yaitu pada tahun 1552 kekuasaan atas Jakarta kemudian diserahkan ke Banten. 

Sementara itu pada masa Raja Banten Ke I yaitu pada masa Sultan Hasanudian, beliau menikahkan anaknya perempuannya dengan Penguasa Jakarta yang kala itu dijabat oleh Anak Pangeran Tlutur yaitu Pangeran Bagus Angke. 

Jakarta Di Bahawah Kekuasaan Kerajaan Banten
Jakarta di bawah kekuasaan Banten dimulai semenjak tahun 1552 masehi, pada masa itu Demak dan Cirebon mulai mempercayakan wilayah barat pulau Jawa untuk diurus oleh Banten, pada jaman ini yaitu dari mulai 1552 hingga sebelum direbutnya Jakarta oleh VOC Belanda pada tahun 1619 masehi secara otomatis Jakarta menjadi bawahan Banten. 

Pada masa Jakarta dibawah kekuasaan Banten, keramaian pelabuhan Jakarta menjadi berkurang, sebab Kesultanan Banten lebih mengutamakan pembangunan dan kemajuan Pelabuhan Banten ketimbang pelabuhan Jakarta, sehingga pada masa itu Pelabuhan Jakarta sudah kalah ramai dengan Pelabuhan Banten. 

Pada masa Kerajaan banten berkuasa tercatat ada beberapa penguasa Jakarta yang menurut Naskah Cirebon menjadi Raja/Penguasa di Jakarta yaitu (1) Pangeran Tlutur (2) Pangeran Bagus Angke (3) Singarasa Jayawikarta (4) Pangeran Wijayakarta dan (5) Pangeran Aria Tengah. 

Pada tahun 1619 masehi, Jakarta di rebut oleh VOC Belanda, perebutan Jakarta oleh VOC ini dilakukan dengan cara licik, karena memang sebelumnya VOC hanya diijinkan membuat markas dagang di Jakarta oleh Banten, namun kemudian malah berhianat dan merebut seluruh Jakarta dari Tangan Banten. Dalam peristiwa perebutan Jakarta oleh VOC ini dikisahkan Istana Jakarta terbakar hangus, sementara penguasa Jakarta yang kemungkinan dijabat oleh Pageran Arya Tengah terbunuh. 

Menurut Naskah Cirebon, awal mula di ijinkannya VOC Belanda untuk membangun markas dagang di Jakarta yang dilengkapi dengan benteng pertahanan itu disebabkan oleh Jasa VOC Belanda yang berhasil mendamaikan peperangan antara Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram.

Jakarta Di Bahawah Kekuasaan Bangsa Belanda
Dari mulai tahun 1619 sampai dengan 1942 Jakarta di kuasai Belanda, pada masa itu Jakarta diubah namanya menjadi Batavia. Pada masa penjajahan Bangsa a Belanda inilah Batavia dijadikan sebagai ibu kota seluruh jajahan Belanda di Nusantra, kala itu seluruh jajahan Belanda di Nusantara dari mulai Sumatra sampai Papua dinamakan Hindia Belanda. 

Pada masa Penjajahan Belanda, tampilan Batavia mengikuti tata kota Eropa, didalamnya dibangun Istana dan Pusat Pemerintahan, jalan raya, Pasar, Taman Alun-alun dan Greja-Greja didalamnya. Tercatat selama 323 tahun Belanda menguasai Jakarta, di Kota ini pernah berkuasa sebanyak 67 Gubernur Jendral Hindia Belanda, yaitu wakil Kerajaan Penjajah Belanda di Indonesia yang bertahta di Batavia[2].  

Selanjutnya tepat pada tahun 1942 Jakarta diduduki Jepang, setelah sebelumnya Belanda dapat ditaklukan oleh Jepang dalam perang yang sengit diseluruh wilayah Hindia Belanda. Mulai tahun 1942 Batavia kemudian diubah kembali namanya menjadi Jakarta oleh Jepang untuk menarik hati pribumi. 

Jakarta Di Bahawah Kekuasaan Jepang Dan Indonesia
Kekuasaan Jepang di Indonesia termasuk Jakarta tidak lama hanya 3 tahun saja, sebab pada tahun 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu sehingga Jepang wajib meninggalkan Indonesia termasuk Jakarta. 

Paska kekalahan Jepang, Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Negara Pada tahun 1945 di Jakarta, dari tahun 1945 sampai dengan 1949 Indonesia terus terlibat peperangan dengan Belanda, karena  memang selepas mengalahkan Jepang Rupanya sekutu menyerahkan Indonesia termasuk Jakarta kepada Belanda. 

Nama Jakarta dibawah Kekuasaan Republik Indonesia dipertahankan, dan dijadikan sebagai Ibu Kota Negara hingga kini. Jakarta dijadikan sebagai Daerah Khusus Ibukota yang dikepalai oleh Gubernur, tercatat selama berada dibawah kekuasaan Indonesia Jakarta pernah dipimpin oleh 19 Gubernur, yaitu dari Mulai Gubernur Soewiyo sampai dengan Anis Baswedan. 

Daftar Bacaan
[1] Wahyu, N. Aman. 2005. Sejarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jatiu. Hlm 512.
[2] Perpusnas: Potret diri A.H.J. Lovink. Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Yayasan Idayu: Jakarta