Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Kesultanan Pajang, Masa Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhannya

Kesultanan Pajang ditinjau dari masa berdirinya termasuk pada salah satu Kesultanan yang berumur pendek, sebab Kesultanan ini hanya berumur 41 tahun saja, Raja yang merintahpun hanya tiga saja, yaitu Jaka Tingkir, Arya Panggiri dan Pangeran Benowo.

Meskipun berumur pendek eksistensi Kesultanan ini turut diperhitungkan, karena merupakan Kesultanan yang menjadi jembatan peralihan kekuasaan dari Demak ke Mataram. Oleh karena itu dalam artikel ini akan dibahas mengenai Sejarah Kesultanan Pajang, Masa Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhannya.

Masa Pendirian

Kesultanan Pajang didirikan oleh Jaka Tingkir atau Hadiwijaya, pada mulanya Jaka Tingkir adalah Adipati dari Keadipatian Pajang yang merupakan daerah  bawahan Demak, pada saat ia menjadi Adipati  ia dinikahkan oleh Sultan Trenggono [Sultan ke III Demak]  dengan putrinya yang bernama Ratu Mas Cempaka.

Setelah kewafatan Sultan Trenggono, tahta Kesultanan Demak dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Sunan Perwata, namun belakangan Sunan Perwata itu kemudian dibunuh oleh Arya Penangsang. Setelah terbunuhnya Sunan Perwata, Arya Penangsang kemudian mengangkat diri menjadi Sultan Demak ke V.

Geger pembunuhan Sunan Perwata oleh Arya Penangsang itu kemdian memantik amarah para Adipati yang mempunyai tali kekerabatan dengan Sultan Trenggono, salah satunya adalah Jaka Tingkir.

Jaka Tingkir tidak terima kakak dari Istrinya dibunuh dengan semena-mena, sebab itulah selepas peristiwa pembunuhan Sunan Perwata jaka Tingkir memilih memberontak pada Demak yang kala itu dipimpin oleh Arya Penangsang. Pemberontakan jaka Tingkir ini didukung oleh Adik dari Sunan Perwata lainnya, yaitu Ratu Kalinyamat dan Suaminya yang kala itu menjadi penguasa/Adipati  di Jepara.

Persekutuan Jaka Tingkir dengan Ratu Kalinyamat  dalam melawan Arya Penangsang ini kemudian membuahkan kesepakatan diantara keturunan Sultan Trenggono dan para Adipati bawahan Demak lain untuk sama-sama menggulingkan Arya Penangsang.

Timbulnya dukungan dari para Adipati bawahan Demak pada Jaka Tingkir dilatar belakangi oleh gerakan pembunuhan dan pembungkaman paksa para Adipati yang masih setia pada Keluarga Sultan Trenggono oleh Arya Penangsang.

Pada mulanya Jaka Tingkir direncanakan pula akan dibunuh oleh Arya Penangsang, namun pembunuhan itu gagal dilaksanakan. Begitupun dengan Adipati Jepara, ia juga wafat dibunuh Arya Penangsang, hanya saja Ratu Kalinyamat dapat menyelamatkan diri, sementara Suaminya Pangeran Hadiri terbunuh ditangan Arya Penangsang.

Persekutuan antara Ratu Kalinyamat dan jaka Tingkir ini kemudian berhasil membunuh Arya Penangsang melalui tangan Panembahan Senopati, seorang bayaran yang diupah Jaka Tingkir untuk membunuh Arya Penangsang.

Selepas terbunuhnya Arya penangsang seluruh keluarga dan pewaris Kesultanan Demak sepakat mengangkat Jaka Tingkir menjadi Raja. Namun entah karena alasan apa, Kesultanan Demak kemudian dihapuskan dan dilanjutkan dengan Kesultanan Pajang, Jaka Tingkir dinobatkan menjadi Sultan pertamanya. Penobatan Jaka Tingkir menjadi Sultan Pajang terjadi pada 1546 setelah melalui perundingan antara para Adipati bawahan Demak dan pewaris Kesultanan Demak yang diadakan di Giri Kedaton. Tahun itulah kemudian yang dianggap sebagai tahun berdirinya Kesultanan Pajang.

Masa Kejayaan 

Kejayaan Kesultanan Pajang hanya ketika kerajaan ini diperintah oleh Sultan pertamanya, nilai kejayaannya tentunya berbeda dengan Kejayaan Demak yang cakupannya nusantara, Pajang cakupan kejayaannya hanya Jawa Tengah, Timur dan Pulau Madura saja.

Pajang dibawah Jaka Tingkir mampu mempertahankan wilayah inti Kesultanan Demak di Jawa tengah dan Timur meskipun diawal mula penobatannya banyak para Adipati yang melepaskan diri, seperti Adipati Surabaya dan para Adipati di Pulau Madura, namun karena kecakapannya Jaka Tingkir mampu kembali menaklukan daerah-daerah tersebut.

Eksistensi Kejayaan Pajang dibawah Jaka Tingkir kemudian mengendor, ketika Adipati Mataram berontak, pemberontakan itu kemudian yang memantik keruntuhan Pajang. Perlu dipahami bahwa Adipati Mataram yang berontak ini adalah ketrunan dari orang bayaran Jaka Tingkir yang dahulu ditugaskan untuk membunuh Arya Penangsang.

Pemberontakan Mataram pada Pajang ini mula-mula ditangani serius oleh jaka Tingkir, pajang waktu itu mengirimkan 10.000 tentara untuk membungkam Mataram, bahkan penyerbuan ini dipimpin langsung oleh Jaka Tingkir, namun serbuan ini ternyata gagal, mengingat pada saat penyerbuan dilancarkan Gunung Merapi meletus, letusanya membuat banyak tentara Pajang yang tewas, sehingga Jaka Tingkir kemudian terpaksa kembali Ke Pajang. Dalam Peristiwa ini Jaka Tingkir dikisahkan Jatuh dari Gajah tungganya, dan terlempar ke tanah. Jaka tingkir selepas peristiwa itu sekarat dan kemudian wafat.

Masa Keruntuhan

Selepas wafatnya Jaka Tingkir dan kegagalan Pajang membungkam Mataram, Pajang dirundung perebutan tahta antara Arya Panggiri dan pangeran Benawa, Arya Panggiri sendiri adalah menantu Jaka Tingkir sementara Pangeran Benawa adalah anak dari Jaka Tingkir.

Ketika Pajang dalam ksiruh perebutan tahta, Mataram justru membangun kekuatanya sendiri, Mataram kala itu sudah mejelma menjadi Keadipatian yang lepas dari Pajang, bahkan wilayah Pajang pada masa ini satu demi satu dicaplok Mataram.

Perebutan tahta Kesultanan Pajang seketika berakhir ketika Arya Panggiri berhasil menobatkan dirinya menjadi Sultan Pajang kedua, sementara Pangeran Benowo pada waktu ini diasingkan ke Jipang. Ia disana diberi Jabatan sebagai Adipati Jipang.

Dalam masa pemerintahan Arya Panggiri, Pajang dikisahkan makin kacau, sebab Sultan ini memrintah dengan penuh kecurigaan, banyak orang-orang Pajang sendiri merasa di asingkan dalam pemerintahannya, sehingga kemudian yang terjadi adalah gontok-gontokan antara sesama sendiri.

Para Pejabat Kerajaan yang merasa tidak nyaman dalam masa pemerintahan Arya Panggiri ini kemudian berbondong-bondong mengungsi ke Jipang, mereka berlindung dibawah pangeran Benowo.

Dalam masa Arya Panggiri memerintah, Kesultanan Pajang bebrapa kali melakukan serangan ke Mataram melalui tentara-tentara bayaran yang didatangkan dari Bali, pada waktu itu orang-orang Pajang sendiri sudah tidak mau lagi menyerang Mataram, mengingat sebelum kematian Jaka Tingkir, Raja Pertama Pajang itu berwasiat agar jangan lagi bertempur dan menyerang Mataram.

Wasiat itu jelas-jelas dilanggar oleh Arya panggiri, namun kebanyakan orang Pajang tidak sanggup menolak perintah rajanya karena hukumannya berat. Pada masa inilah orang-orang pajang dikisahkan menderita dan lebih memilih mengungsi ke Jipang.

Mendapati rakyat Pajang menderita, Pangeran Benowo Putra Mahkota Pajang yang diasingkan ke Jipang itu tersentuh hatinya, ia pun kemudian melakukan pertemuan dengan Sutawijaya Adipati Mataram untuk melakukan kerajasama menggulingkan Arya Panggiri.

Keduanya kemudian sepakat, Gabungan Mataram dan Jipang itu kemudian berhasil menaklukan Pajang, bahkan Arya Panggiri kemudian terbunuh. Selepas terbunuhnya Arya Panggiri kemudian tahta Pajang dilanjutkan oleh Pangeran Benowo.

Pajang dan Mataram waktu itu saling menghormati, dan berdiri dengan wilayah masing-masing. Namun pada waktu-waktu selanjutnya, Pangeran Benowo rupanya lebih memilih menjadi ulama dan meninggalkan tahta, iapun kemudian menggabungkan Pajang kedalam Mataram, mulai saat Itu  pajang menjadi Keadipatian bawahan Kesultanan Mataram. Tidak lama setelah itu yaitu pada tahun 1587 Pangeran Benowo wafat, tahun inilah yang kemudian menjadi tahun penetapan keruntuhan Kesultanan Pajang. 

Posting Komentar untuk "Sejarah Kesultanan Pajang, Masa Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhannya"