Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ritual Jumat Kliwon Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu

Sebagai kelompok yang mengkalim terlepas dari agama manapun, maka komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu ini didalamnya juga memiliki ritual-ritualnya sendiri.

Ritual-ritual ini diciptakan langsung oleh pemimpin kumunitas ini, adapun pelaksanaan ritual dalam kelompok ini diadakan pada hari jumat keliwon dalam tiap bulannya. Ritual yang dijalankan pada setiap malam jumat kliwon, bertempat di Pendopo Nyi Ratu Kembar.

Beberapa puluh orang laki-laki bertelanjang dada dan bercelana pendek putih-hitam, duduk mengelilingi kolam kecil di dalam Pendopo. Sementara itu kaum perempuan duduk berselonjor di luar Pendopo. Ritual diawali dengan melatunkan Kidung Alas Turi Dan Pujian Alam secara bersama-sama.

Salah satu bait dari Pujian Alam tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Ana kita ana sira, wijile kita cukule sira jumlae ana pira, ana lima, Ana ne ning awale sira, Robahna ya rohbana, Robahna ya rohbana, Robahna batin kita Ning dunya sabarana Benerana, jujurana nerimana, uripana, warasana, cukulana, openana, bagusana”

Artinya: "Ada saya ada kamu, bijinya saya tumbuhnya kamu, jumlahnya ada berapa, Jumlahnya ada lima. Adanya di awal kamu, ubahlah ya ubahlah, ubahlah batin kami. Di dunia sabarkan, benarkan, jujurkan, pasrahkan, hidupkan, sembuhkan, tumbuhkan, rawatkan, dan baikkan".

Bacaan-bacaan diatas merupakan ritual yang selalu Komunitas ini panjatkan setiap malam jumat kliwon, bacaan tersebut menggunakan bahasa Indramayu ,yang mana merupakan karangan dari filosofi pengalaman hidup seorang kepala sukunya yaitu Takmad Diningrat.

Melantunkan kidung dan pujian alam adalah kegiatan ritual mereka yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok ini sehari-hari. Kegiatan secara masal hanya dilakukan pada setiap malam jumat kliwon.

Selesai melantunkan kidung dan pujian alam, pemimpin kelompok, Takmad Diningrat, Medar (menceritakan) pewayangan, tentang kisah Pendawa lima dan guru spritual meraka, Semar. Usai paparan wayang, Takmad memberikan petuah-petuah kepada para pengikutnya. Paparan wayang dan petuah ini berlangsung hingga tengah malam.

Usai itu, para lelaki menuju ke sungai yang terletak di belakang benteng Padepokan. Di sungai dangkal itu mereka berendam dalam posisi terlentang, yang muncul hanya mukanya saja. Mereka berendam hingga matahari terbit. Ritual berendam tersebut disebut kungkum.
Ritual Kungkum
Siang harinya, di saat matahari sedang terik, mereka berjemur diri yang berlangsung mulai dari sekitar jam 9 pagi sampai tengah hari, ritual berjemur ini disebut pepe.
Ritual Pepe
Setiap kebudayaan atau komunitas pasti memiliki ciri khas dan adat istiadat masing - masing,baik dari cara mereka berpakaian, rumah adat dan ritual-ritual yang dijalakan, seperti halnya komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu pun memiliki ritual yang dijelaskan diatas yaitu Ritual Kungkum (Rendam) dan Pepe (Berjemur), mereka melakukan ritual seperti itu dengan ada tujuan dan fungsinya.

Laku Kungkum atau ritual rendam berfungsi sebagai menahan rasa sabar dari rasa dingin yang menusuk dimalam hari, dan Laku Pepe atau ritual berjemur berfungsi untuk belajar rasa sabar dari rasa panasnya terik matahari disiang hari.

Ritual-ritual pada dasarnya adalah sebagai upaya mereka menyatukan diri dengan alam, serta cara mereka melatih kesabaran. Semua ini dilakukan tanpa ada paksaan. Bagi yang mampu silakan melakukannya, tapi bagi yang tidak mampu, tidak perlu melakukan, atau lakukan semaunya saja.

Baca Juga: Sejarah Terbentuknya Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu

Posting Komentar untuk "Ritual Jumat Kliwon Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu"