Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hayam Wuruk, Raja Pembawa Kejayaan Majapahit

Hayam Wuruk merupakan Raja Majapahit ternama, ditangan Raja inilah Majapahit mencapai puncak kejayaannya, sebab dizaman ini rakyat Majapahit makmur, wilayah kekuasannyapun menjadi luas hampir menyamai wilayah Indonesia skarang ditambah sebagian wilayah yang kini menjadi Negara Malaysia, Singapura, Brunai dan Filipina.

Hayam wuruk adalah anak dari Cakradara dan Tribwana Tunggadewi, Ibunya merupakan Ratu Majapahit. Waktu itu di Majapahit diperintah oleh seorang wanita. Selepas ibunya wafat Hayam Wuruk mengganti kedudukan Ibunya sebagai penguasa Majapahit.

Hayam Wuruk  naik tahta ketika berusia 16 tahun. Setelah naik tahta Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanegara. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami zaman keemasan. Di masa pemerintahannya Hayam Wuruk didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada.

Hayam Wuruk merupakan Raja ke IV  Majapahit  dan sekaligus sebagai raja yang paling terkenal. Pada masa pemerintahannya melalui patihnya Gajah Mada s atu persatu kerajaan di nusantara dapat ditaklukkan dibawah Majapahit. Wilayah kerajaannya meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia sekarang, ditambah Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu.

Hayam Wuruk  memerintah dari tahun 1350 M  hingga 1389 M.  Hayam Wuruk diangkat  sebagai raja Majapahit setelah kemangkatan Sri Rajapatni pada tahun saka 1272 (1350 M), hal ini juga dibuktikan dalam piagam Singasari yang menjelaskan bahwa dengan penobatan Hayam Wuruk sebagai raja Majapahit, Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani berhenti memagung tampuk pimpinan negara.
Ilustrasi
Pada masa Hayam Wuruk seluruh wilayah nusantara dapat dipersatukan dengan Panjipanji kerajaan Majapahit. Pengaruh kekuasaan dan kerjasama Majapahit meluas sampai ke luar nusantara. Pada era Hayam Wuruk agama Hindu menjadi agama para rakyat Majapahit secara keseluruhan, agama Hindu mempunyai dua sifat khusus pertama Adanya Trimurti sebagai kesatuan 3 dewa tertinggi yaitu Brahma adalah Dewa pencipta, Wisnu adalah Dewa pemelihara, dan Siwa adalah Dewa pembinasaan. Kedua Kitab suci Purana isinya berbagai macam cerita kuno yang dikumpulkan dari cerita-cerita yang hidup dikalangan rakyat mengenai kehidupan para dewa, tentang penciptaan dunia.

Berbeda dengan Hayam Wuruk yang beragama Hindu agama mahapatih Gadjah Mada adalah Budha. Seperti yang kita ketahui asal muasal agama Hindu dan Budha berasal dari India, India sendiri terletak di kawasan Benua Asia dengan wilayah terluas ketujuh di dunia. Komposisi pemeluk Agama yang beragam di Majapahit ini menandakan bahwa Hayam Wuruk seorang yang menghargai perbedaan.

Hayam Wuruk juga memperhatikan kegiatan kebudayaan. Hal ini terbukti dengan banyaknya candi yang didirikan dan kemajuan dalam bidang sastra. Candi-candi peninggalan Majapahit, antara lain Candi Sawentar, Candi Sumberjati, Candi Surawana, Candi Tikus, dan Candi Jabung. Karya sastra yang terkenal pada masa kerajaan Majapahit ialah Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular.

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, terjadi Perang Bubat. Perang terjadi antara kerajaan Majapahit dan kerajaan Sunda Galuh di sebuah lapangan luas bernama bubat. Hayam Wuruk bermaksud mempersunting putri raja Sunda Galuh yaitu Putri Dyah Pitaloka, raja Sunda Galuh pada saat itu Prabu Linggabuana dengan pengikutnya mengantrakan Putri Dyah Pitaloka ke Majapahit, sesampainya di daerah bubat, rombangan berhenti menunggu jemputan dari istana Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada.

Baca Juga: Asal-Ausul Prajurit Sunda Yang Gugur Dalam Peristiwa Pembantaian Bubat.

Di Bubat terjadi perselisihan pendapat, Gajah Mada menghendaki agar perkawinan itu dilaksanakan dengan cara menyerahkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan kepada Hayam Wuruk, Dilain pihak Prabu Linggabuana merasa terhina dengan perkataan Gajah Mada sehingga terjadilah peperangan yang tidak bisa dihindari.

Selepas peristiwa bubat, Hayam Wuruk menikah dengan Paduka sori anak Bhre Wengker Wijayarajasa (suami Bhre Daharaja Dewi Maharajasa, bibi Hayam Wuruk). Dari pernikahan tersebut Hayam Wuruk mempunyai putri yang diberi nama Kusumawardhani. Dari selir yang lain Hayam Wuruk mempunyai putra yang diberi nama Bhre Wirabhumi. Gajah Mada wafat pada tahun 1364 M. Sedangkan Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Setelah dua tokoh ini wafat, Majapahit perlahan-lahan mengalami kemunduran.

Baca Juga: Asal-Usul Gajah Mada

Posting Komentar untuk "Hayam Wuruk, Raja Pembawa Kejayaan Majapahit"