Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Serangan Jepang Ke Jawa Barat

Jepang datang ke Indonesia (Hindia Belanda) khususnya dan Asia Tenggara pada umunnya dilandasi oleh politik ekspansi dengan kensep "Kemakuran Bersama di Asia Timur Raya".

Mulai pertengahan abad ke-19, bangsa Jepang yang semula bersikap menutup diri, berubah menjadi terbuka. 

Pemerintah Jepang membuat kebijakan pembaharuan yang disebut "Restorasi Meiji (1867)". Sejak waktu itu Jepang melaksanakan program industrialisasi dan terbuka bagi perdagangan asing. Dalam waktu setengah abad Jepang menjadi negara industri terkemuka.

Dalam rangka pelaksanaan Restorasi Meiji, pemerintah Jepang akan melaksanakan poiitik ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaan. 

Dalam hal ini, pemerintah Jepang berniat menguasai wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia untuk mendapatkan sumber daya alam (bahan mentah car bahan bakar) bagi kepentingan industri. 

Politik ekspansi Jepang dialndasi oleh konsep "kemakmuran bersama Asia Timur Raya". Konsep itu disyahkan dalam konferensi tanggal 2 juli 1941.

Politik ekspansi Jepang ke Indonesia (Hindia-belanda) diawali oleh serangkaian kegiatan diplomatik dengan pemerintah Hindia-Belanda. Bulan September 1940 menteri perdagangan dan industri Jepang.

Kobayashi Ichiro, datang ke Batavia untuk mengadakan perundingan ekonomi. Januari 1941 ke Batavia datang lagi delegasi ekonomi jepang dipimpin oleh Yonsizawa Kenkichi. Namun kedua delegasi itu gagal mencapai kesepakatan dengan pemerintah pusat Hindia Belanda. Sementara itu, pihak jepang gencar melancarkan propaganda melalui radio berisi janji muluk “Kemakmuran bersama Asia Timur Raya”

Rupanya kegagalan itu mendorong pemerintah Jepang untuk segera melaksanakan politik ekspansinya. Jeparg melibatkan diri dalam Perang Dunia II yang meletus di Eropa. Perang ini diawali oleh serangan mendadak pasukan Jerman ke Polandia targgal 1 September 1939.

Tanggal 8 Desember 1941 (tanggal 7 Desember 1941 di Hawaii), Angkatan Udara Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat, Pearl Harbor.' 

Peristiwa ini menyebabkan pemerintah Kerajaan Belanda yang terlibat dalam Perang Dunia II, mengikuti sekutu-sekutunya (Inggris, Amerika dan Australia) menyatakan perang terhadap Jepang. 

Pemerintah Belanda pun mengikuti negara induknya. Gubernur Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang.

Sebagai balasanannya, pemerintah Jepang setelah menyatakan perang terhadap pemerintah Hindia Belanda (1 lanuari 1942), menyerang beberapa daerah Hindia Belanda, dengan sasaran utama Jawa Barat sebagai pusat pemerintahan dan pusat kekuatan militer Hindia Belanda.

Pasukan Jepang yang menyerang Hindia Belanda adalah Tentara Ke-16 di bawah komando Letnan Jenderal Hitosji Imamura. 

Serangan tentara Jepang di luar Jawa Barat jeritama ditujukan pada daerah-daerah penghasil minyak, antara lain Tarakan, Kalimantan Timur, Sungai Gerong, dan Plaju (10-11 Januari 1942).

Tanggal 15 Febuari 1942 Angkatan Laut Jepang mengalahkan armada Sekutu dalam pertempurar di Laut Jawa. 

Situasi itu meryebabkan gubernur jenderal Hindia Belanda dan sejumlah pejabat tinggi lainnya dari Batavia mengungsi ke Bandung pada akhir Februari 1942.

Setelah mengalahkan armada Sekutu di Laut Jawa, awal Maret 1942 pasukan Jepang menyerang di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat. 

Pasukan Jepang yang menyerbu Jawa Barat terdiri atas dua kesatuan yang sama-sama mendarat tanggal 1 Maret 1942.

Kedua kesatuan itu adalah, pertama, Divisi Ke-2 beserta panglima dan staf tentara ke-16 yang mendarat di teluk Banten; kedua, Detasemen Sekutu adalah gabungan kekuatan Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia

Dari Divisi Ke-38 di bawah komando Kolonel Tosyinari Shoji yang mendarat di Eretan Wetan, Indramayu. 

Pasukan detasemen ini berhasil merebut lapang terbang Kalijati (Subang) yang dipertahankan oleh pasukan Angkatan Udara Inggris. Selanjutnya, pasukan Jepang menyerbu Kota Bandung. 

Pasukan Divisi Ke-2 dari Banten bergerak menuju Tanggerang dan Bogor. Oleh karena itu, pasukan Belanda pimpinan Mayor Jenderal Schiling mengundurkan diri ke Bandung.

Tanggal 5 Maret 1942 hampir seluruh pasukan Jepang berada di Kalijati, dipersiapkan untuk menggempur Bandung. 

Setelah pertahanan Belanda di Ciater dan Lembang direbut oleh pasukan Jepang, Kota Bandung yang menjadi tempat pengungsian sejumlah pejabat tinggi Belanda beserta keluarga mereka, makin terancam oleh serbuan pasukan Jepang.

Oleh karena itu, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten menghentikan perlawanan terhadap pasukan Jepang. Ia mengajukan usul kepada pimpinan tertinggi tentara Jepang untuk berunding.

Usul itu disetujui oleh gubernur jenderal Hindia Belanda." Akan tetapi, Jenderal Hitoshi Imamura selaku Panglima Tentara Ke-16 meminta pemerintah Hindia Belanda menyerah secara total dan perundingannya berlangsung di Kalijati, Permintaan itu disertai ultimatum, apabila tanggal 8 Maret 1942 pukul 10.00 pagi belum datang ke Kalijati, Kota Bandung akan dibombardir.

Sejumlah pesawat pembom milik Jepang mengudara di atas kota Bandung, siap untuk melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, tanggal 8 Maret 1942 Gubernur Jenderal Tjarda dan Letnan Jenderal Ter Poorten terpaksa menyerahkan kekuasaan atas Hindia Belanda kepada pihak Jepang.

Dengan penyerahan itu, berakhirlah pemerintahan Hindia Belanda. Sejak waktu itu Bangsa Indonesia memasuki babak baru, yaitu zaman pendudukan Jepang. 

Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, pesawat-pesawat Jepang menyebarkan selebaran bertulisan "satu warna satu ras", dihiasi gambar bendera Jepang dan bendera Indonesia. Setelah menduduki Kalijati dan Bandung, beberapa tempat di Jawa Barat termasuk Cirebon menjadi daerah pendudukan Jepang.

Baca Juga: Jepang Masuk Ke Cirebon

Pengirim Artikel : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon

Posting Komentar untuk "Serangan Jepang Ke Jawa Barat"