Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jepang Masuk ke Cirebon

Pada awal kedatangan tentara Jepang, sebagian besar penduduk Cirebon menganggapnya sebagai pasukan pembebas dari penjajah dan mereka menyambutnya dengan suka cita. 

Setelah tentara Jepang dari Divisi Ke-38 sebanyak 5.000 personal mendarat di Eretan Wetan Indramayu pada 1 Maret 1942 dini hari, satu Batalyon dari Detasemen itu bergerak ke arah barat melalui Pamanukan.

Satu batalyon lagi bergerak ke arah selatan melalui Anjatan, dan sebagian pasukan bergerak melalui Sungai Cipuragara.10 Pada hari itu juga pasukan Jepang masuk ke wilayah Cirebon dan menduduki beberapa tempat, selain Kota Cirebon. 

Tempat dimaksud antara lain Indramayu, Kedungbunder-Palimanan, dan Cangkol. Di tempat-tempat itu pasukan Jepang segera membentuk pos militer. 

Salah seorang penduduk Kedungbunder bernama H. Miqyad yang mengalami zaman pendudukan Jepang menuturkan sebagai berikut.

Saya tinggal, lahir dan besar di Desa Kedungbunder. Semasa zaman Jepang, tidak jauh dari tempat tinggal saya, sekitar tiga ratus meter berdiri pos tentara Jepang (saat ini pada tempat tersebut berdiri Pabrik semen). 

Pos tentara tersebut berupa bangunan semi permanan terbuat dari bahan kayu yang terdiri dari sekitar lima puluh bangunan sederhana berbentuk seperti ruang-ruang kelas pada sekolah, Saya tidak tahu sejak kapan tepatnya mereka datang dan bagaimana reaksi penduduk paca awal kedatangan tentara Jepang. Yang saya tahu mereka datang kemudian membangun pos militer dengan pegawai yang berasal dari Kuningan, Indramayu dan Cirebon. 

Bila pos tentara yang disebutkan oleh H. Miqyad berupa bangunan yang memiliki ruang-ruang seperti ruang kelas pada sekolah, boleh jadi bangunan itu adalah barak militer Jepang. Bila dugaan itu benar, berarti Desa Kedungbunder diduduki oleh tentara Jepang karena tempat itu cukup strategis bagi kepentingan tentara Jepang.

Bahwa Kota Cirebon dimasuki dan diduduki oleh tentara Jepang, antara lain dikisahkan oleh seorang penduduk Cirebon bernama Kartani (79 tahun) sebagai berikut.

Berdasarkan cerita orang tua saya, berita tentang kekalahan Belanda oleh Jepang spontan membuat masyarakat gembira, karena yang terpikir dalam kepala orang-orang adalah, penjajahan Belanda yang telah berlangsung begitu lama telah berakhir. 

Kegembiraan meraka diwujudkan dengan mengibarkan bendera merah-putih dan bendera Jepang. Suasana kota (Cirebon) juga merjadi ramai, karena banyak penduduk sekitar yang berdatangan dan berkeliling kota serta larut dalam kegembiraan.

Pernyataan nara sumber tersebut sekaligus menunjukkan gambaran mengenai sambutan masyarakat Cirebon atas kedatangan tentara Jepang. 

Kedatangan tentara Jepang ke Jawa Barat memang disambut oleh warga masyarakat pada umumnya dengan gembira. Secara garis besar, warga masyarakat bersikap demikian boleh jadi karena dua hal. 

Pertama, terbuai oleh propaganda Jepang yang menjanjikan "kemakmuran bersama di Asia Timur Raya".

Tentara Jepang datang ke indonesia untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penjajahan bangsa Barat yang telah berlangsung lebih-kurang tiga abad. 

Kedua, keperkasaan tentara Jepang yang mampu mengalahkan Belanda dalam waktu sangat singkat, sehingga mereka dianggap sebagai "pahlawan".

Berdasarkan Hal itu, warga masyarakat menyambut kedatangan tentara Jepang dengan rasa gembira dan sikap simpati. Sambutan masyarakat yang terekam adalah saat di Jakarta (Batavia), ketika tentara Jepang memasuki kota itu tanggal 5 Maret 1942, di sepanjang jalan yang dilalui tentara Jepang, rakyat berjejal menyambut kedatangan mereka. Demikian pula di Bandung. Ketika pasukan Jepang dari Lembang menuju kota Bandung, rakyat menyambut hangat dengan teriakan. "banzai" berulang kali. Sementara itu, lagu Indonesia Raya dikumandangkan melalui siaran radion.

Kiranya di Cirebon pun sambutan rakyat terhadap kedatangan tentara Jepang tidak jauh berbeda dengan di daerah-daerah lain seperti Jakarta dan Bandung. 

Pada awal kedatangan tentara Jepang, sebagian besar penduduk Circbon menganggapnya sebagai pasukan pembebas dari penjajah dan mereka menyambutnya dengan suka cita.

Rakyat berduyun-duyun pergi ke kota dan mengibarkan bendera Jepang sebagai rasa simpati dan penghormatan terhadap pahlawannya. 

Hal lain yang menyebabkan rakyat Cirebon menyambut gembira kedatangan tentara Jepang adalah selebaran berisi pembebasan Sukarno dari tempat pengasingannya. Hal itu diceritakan oleh Mak Min (= 90 tahun), penduduk Majalengka.

Pada waktu itu saya tinggal di daerah Panonjaya-Majalengka di mana tidak jauh dari situ terdapat pabrik gula. Waktu itu di daerah sekitar tempat saye tinggal lebih banyak penduduk Belanda daripada orang Indonesia.

Waktu itu saya belum menikah dan berusia sekitar 15 tahun. Saya lupa tanggal persisnya, tapi waktu itu saya dan beberapa teman sedang mandi di kali menjelang sore hari. 

Tiba-tiba ada pesawat terbang seperti burung walet yang menyebarkan selebaran berisi kabar dibebaskannya Soekarno dari pengasingan.

Kabar lainnya dari kakak saya yang datang dari di Bancurg dan menjelaskan tersiarnya kabar dari radio tetang menyerahnya Belanda di tangan Jepang. 

Selanjutnya, saya juga mendengar kabar bahwa pada jam sembilan malam konon katanya ada kapal Jepang yang mendarat di eretan Kabarnya, orang-orang Indonesia dan Jepang akan perang bersama melawan Belanda, untuk kemerdekaan Indonesia. Beberapa hari kemudian saya juga melihat beberapa orang Belanda yang bekerja di pabrik gula pergi meninggalkan daerah tersebut.

Menurut satu sumber, sebagian rakyat Cirebon bersikap apatis atau pasif atas kedatangan tentara Jepang. 

Mereka justru merasa takut bahkan curiga terhadap tentara Jepang." Bila benar ada orang-orang yang bersikap demikian, mungkin hal itu disebabkan mereka tidak tahu situasi politik melalui pemberitaan, sehingga mereka curiga, bahwa Jepang pun akan menjajah bangsa Indonesia.

Baca Juga: Kehidupan Ekonomi Cirebon Zaman Jepang

Pengirim Artikel : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon

Posting Komentar untuk "Jepang Masuk ke Cirebon"