Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Riwayat Patih Keling Sang Penjaga Astana Gunung Jati

Patih Keling, riyawatnya dikisahkan dalam sejarah Cirebon, tokoh ini dalam beberapa Sumber disebut sebagai tokoh yang ikut serta menyertai Ki Gede Bungko sebagai orang yang bertanggung jawab menjaga keamanan laut Cirebon dimasa Sunan Gunung Jati memerintah. Bahkan beliau juga merupakan salah satu tentara laut Cirebon yang diterjunkan ketika menaklukan Sunda kelapa bersama tentara dari Kesultanan Demak.

Patih Keling dalam Naskah Mertasinga dikisahkan sebagai tokoh yang diislamkan Sunan Gunung Jati ketika berada di tengah-tengah laut. Sang Patih saat itu bersama 100 pengawalnya sedang melarung jenazah Raja Keling ke laut. 

Sudah menjadi kebiasaan dan adat istiadatnya, apabila melarung abu jenazah Raja-Raja keling, maka selepas dilarungkan rombongan pelarung jenazah untuk beberapa hari tinggal di atas laut, menunggui abu jenazah dengan tujuan menemani abu jenazah yang dilarungkan. Pada saat berada di tengah laut itulah, Sunan Gunung Jati yang kebetulan sepulang dari Ampel kapalnya berapapasan dengan kapal yang ditumpangi Patih Keling.

Sunan Gunung Jati kemudian mendekati kapal Patih Keling dan terjadilah perdiskusian di atas kapal. Sunan Gunung Jati mengajarkan pada mereka bahwa menunggui jenazah yang sudah dilarung ke lautan tidak ada manfaatnya, karena yang telah mati tidak mungkin bersedih hati karena ditinggal oleh penunggunya. Nasehat Sunan Gunung Jati pada mulanya membuat marah Patih Keling, sehingga terlibat pertarungan antara Sunan Gunung Jati dan Patih Keling.

Pada akhir cerita, Patih Keling dan seratus pengawalnya dapat dikalahkan oleh Sunan Gunung Jati, mereka kemudian bertaubat dan masuk Islam. Selepas masuk Islam, Patih Keling bersama 100 pengikutnya dibawa ke Cirebon dan diberikan kedudukan terhormat oleh Sunan Gunung Jati.

Baca Juga: Sunan Gunung Jati Mengislamkan Patih Keling

Patih Keling Menjadi Penjaga Astana Gunung Jati

Menurut Naskah Kuningan, nama lain Patih Keling adalah Ki Gedeng Rimang, beliau juga nantinya berjodoh dengan Putri Pangeran Walangsungsang. Informasi ini mengindikasikan bahwa selepas mengabdikan dirinya di Cirebon, Patih Keling diberi kedudukan disuatu daerah yang bernama Rimang, sehingga kemudian beliau dijuluki Ki Gedeng Rimang. Beliau juga nantinya dinikahkan dengan putri Pangeran Walangsungsang (Cakrabuana) yang menurut Naskah Kuningan bernama Rara Jemaras.

Baca Juga : 10 Keturunan Pangeran Cakrabuana

Selain itu, karena dianggap sebagai orang yang telah biasa memuliakan jenazah ketika masih menjabat Patih di Keling, oleh Sunan Gunung Jati, Patih Keling dan Keturunannya diberikan hak istimewa yaitu menjadi Penjaga (Kuncen) di Astana atau di Makam Gunung Jati.

Penjaga Astana Gunung Jati-Keturunan Patih Keling

Makam Gunung Jati bukan sembarang makam, dizamannya, komplek makam itu adalah komplek pemakaman para pembesar dan penguasa di Kesultanan Cirebon, sehingga tidak sembarang orang dapat mengunjunginya. Hanya keluarga pejabat tinggi dan keluarga keraton saja yang dapat mengunjungi area pemakaman tersebut.

Sebagai pemegang kunci pemakaman, maka dizamannya, setiap kali ada para pejabat tinggi Kesultanan yang hendak ziarah maka harus melalui kordinasi dengan Patih Keling. Selepas wafatnya Patih Keling, keturunannyalah yang berhak menjadi penjaga di Astana Gunung Jati. 

Identifikasi Kerajaan Keling

Keling sebagai sebuah nama kerajan memang menurut pendapat yang paling masyhur merujuk pada suatu kerajaan (Kalingga) yang terletak di India. Orang-orang India juga di Indonesia lazim disebut sebagai orang Keling. Hal inilah yang membuat sebagaian orang menduga jika Patih Keling yang tercatat dalam beberapa naskah Cirebon berasal dari India.

Jika merujuk pada pendapat tersebut, tentu bertentangan dengan kisah-kisah Patih Keling yang dikisahkan dalam beberapa naskah kuno Cirebon, sebab bagaimana mungkin patih Keling melarung jenazah Rajanya dilaut Jawa, bukankah negerinya di India?.

Berdasarkan hal tersebut, dapatlah dimengerti jika Keling yang dimaksudkan jelas suatu negeri yang berada di Jawa. Dalam sejarah Jawa sebetulnya sejak zaman Majapahit dikenal suatu Kerajaan bawahan Majapahit yang bernama Keling, penguasanya atau Rajanya biasa dipanggil atau dikenali dengan sebutan Bre Keling.

Mekipun begitu, jika merujuk pada info perjalanan Sunan Gunung Jati dari ampel menuju Cirebon, sepertinya perjalanan laut yang ditemupuh Sunan Gunung Jati dari Ampel adalah laut utara Jawa, bukan laut selatan, oleh karena itu, Keling yang dimaksudkan kemungkinan besar Kerajaan Kalingga yang letaknya berada di pesisir utara pulau Jawa, bukan Kerajaan Keling yang letaknya berbatasan dengan Kediri. 

Demikian ini gambaran petaka perbedaan antara Kerajaan Kalingga dan Keling yang keduanya sama-sama sebagai Negara bawahan Majapahit.

Begitulan riwayat singkat mengenai Patih Keling, tokoh sejarah Cirebon yang banyak disebut-sebut dalam sejarah Cirebon yang pada akhirnya menjadi Penjaga Astana Gunung Jati.

Penulis : Bung Fei

Posting Komentar untuk "Riwayat Patih Keling Sang Penjaga Astana Gunung Jati"