Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Usaha Terakhir Dalam Membangkitkan Kerajaan Pajajaran yang Runtuh

Dipilihnya Sumedang sebagai pelanjut pajajaran tidak lepas dari upaya terkahir Pajajaran dalam membangkitkan lagi kerajaan Pajajaran. 

Sebagaimana dipahami bahwa Sumedang semenjak Pangeran Santri (Kerabat Kraton Cirebon) didaulat menjadi Raja Sumedang mendampingi Istrinya Ratu Pucukumun Sumedang (Nyi Setyasih), Kerajaan ini sudah berubah menjadi Kerajaan Islam dalam naungan Cirebon dengan jalan sukarela. 

Mangkatnya Pangeran Santri membuat bekas Senopati Pajajaran dapat mengaplikasikan maksudnya, Geusan Ulan yang didaulat menjadi Nalendra didorong untuk berkonflik dengan Cirebon, caranya menyetujuai pemboyongan Ratu Harisbaya, Selir Sultan Cirebon (Panembahan Ratu I) ke Sumedang. 

Dalam hitung-hitungan Jaya Perkasa (Bekas Senopati Pajajaran yang manjadi Patih di Sumedang) kalaupun Cirebon marah karena Selir rajanya dibawa lari ke Sumedang, Cirebon tidak dapat berbuat apa-apa, sebab kala itu Pajang sekutu Cirebon sedang digoyang Pemberontakan Keadipatian Mataram. Prediksi Jaya Perkasa ini ternyata tepat, sebab selepas diboyongya Ratu Harisbaya, Pajang Runtuh. 

Meskipun demikian, Jaya Perkasa juga rupanya tidak memperhitungkan kondisi internal para Pejabat Sumedang. Masa itu sebagian Pejabat Sumedang (Generasi tua) justru malah berpihak pada Cirebon, mereka umumnya para Pejabat yang diberi  kedudukan terhormat sejak Sumedang diprintah oleh Trah Cirebon (Pangeran Santri). 

Penghianatan Para Pembesar Sumedang itulah yang membuat Jaya Perkasa murka, segala taktik perang Sumedang dapat dibaca dan dipatahkan Cirebon karena memang Cirebon mendapatkan bocoran strategi dan kekuatan tentara Sumedang melalui teliksandi yang dikirim Pejabat Sumedang. 

Singkat cerita, perang selama 3 tahun dengan Cirebon yang sengaja dipantik oleh Jaya Perkasa membuat Sumedang kewalahan, bahkan untuk menghindari serangan mematikan Cirebon, Sumedang terpaksa memindahkan Ibu Kota Kerajaanya ke pedalaman. 

Akhirnya, tidak ada cara lain bagi Sumedang dalam menghadapi Cirebon, sebab dengan  Banten jelas besebrangan, mengibarkan bendera putih ke Cirebonpun tentu akan menjatuhkan martabat Sumedang. Cara satu-satunya Sumedang adalah dengan  meminta bantuan Kesultanan Mataram yang kala itu baru berdiri dan sedang tangguh-tangguhnya. 

Melalui bantuan Mataram, Cirebon akhirnya mau menghentikan serangannya ke Sumedang, meskipun demikian  dalam perjanjian damai yang ditengahi Mataram itu Sumedang tetap memperoleh kerugian yang besar, selain dipaksa untuk menyerahkan Majalengka kedalam kekuasaan Cirebon sebagai  ganti dari penjatuhan Talaq Sultan Cirebon pada Harisbaya, Sumedang juga nantinya menjadi bawahan Kesultanan Mataram. 

Lagi-lagi usaha trah Pajajaran, untuk membangkitkan Pajajaran dengan mendompleng Sumedang melalui tangan bekas Senopatinya Jaya Perkasa kandas ditengah Jalan. 

Itulah usaha terakhir orang-orang Pajajaran untuk membangkitkan lagi pajajaran. Harapannya, kalau Sumedang  menang perang melawan Cirebon, maka tentu selanjutnya juga akan menyingkirkan Banten dan nantinya tanah Sunda dapat diprintah oleh Pajajaran lagi. Namun usaha terakhir itu gagal. Pajajaran benar-benar Sirna Ilang Kertaning Bhumi. 

Oleh: Bung Fei

Posting Komentar untuk "Usaha Terakhir Dalam Membangkitkan Kerajaan Pajajaran yang Runtuh"