Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pangeran Mertawijaya, Sultan Kasepuhan Cirebon Pertama

Selepas wafatnya Panembahan Girilaya dan atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan, maka Kesultanan Cirebon dibelah menjadi tiga bagian, yaitu Kasepuhan, Kanoman dan Panembahan Kacirebonan. Sementara yang menjadi penguasa dari ketiga kekuasaan itu diprintah oleh anak-anaknya Panembahan Girilaya.

Pangeran Mertawijaya adalah anak tertua Panembahan Girilaya dari Permaisurinya, beliau didalulat menjadi Sultan Kasepuhan (Sultan Sepuh I) dengan mewarisi Keraton lama yang disebut Keraton Pakungwati, sementara adik pertamanya Pangeran Kertawijaya dan Pangeran Wangsakerta didaulat menjadi Penguasa di Kesultanan Kanoman dan Panembahan Kacirebonan.

Pangeran Mertawijaya memerintah Cirebon dari mulai tahun 1678 hingga tahun 1697. Selama 19 memerintah Kasepuhan pernah ada upaya yang dilakukan Sultan Sepuh ini melakukan penyatuan kesultanan, namun upaya tersebut gagal karena mendapati penolakan dari adiknya Pangeran Kertawijaya.

Ilustrasi

Penobatan Pangeran Mertawijaya Oleh Sultan Ageng Tirtayasa

Proses penobatan Pangeran Mertawijaya menjadi penguasa di Kasepuhan didahului oleh kisah kewafatan Sultan Cirebon ketiga, Panembahan Girilaya. Pada tahun 1658, Panembahan Girilaya di jebak oleh Amangkurat I untuk datang ke Cirebon, Sultan Datang bersama kedua anaknya Mertawijaya dan Kertawijaya.

Amangkurat I yang sebetulnya mertua dari Panembahan Girilaya menginginkan Cirebon bubar sebab itu Panembahan Girilaya yang kala itu dijebak ke Mataram di tahan dan tidak diperbolehkan pulang, tidak lama setelah ditahan, panembahan Girilaya wafat. Meskipun wafat putra mahkota tidak diperkenankan pulang ke Cirebon untuk melanjutkan tahta.

Wafatnya Panembahan Girilaya serta ditahannya putra Mahkota di Mataram membuat Cirebon mendaulat Pangeran Wangsakerta, anak panembahan Girilaya yang lain menjadi penguasa pengganti dibantu oleh beberapa orang Jaksa. Meskipun demikian Cirebon menyimpan dendam yang besar terhadap Mataram.

Guna melawan Mataram, Cirebon bersektu dengan Banten dan dari persekutuan keduanya diputuskan baik Cirebon maupun Banten membiayai segala pemberontakan yang ada di Mataram, termasuk membiayai pemberontakan Pangeran Trunojoyo. 

Enam belas tahun selepas kemangkatan Panembahan Girilaya, Amangkurat I wafat setelah sebelumnya digulingkan dari tahta oleh para Pemberontak. Pangeran Trunojoyo yang mempunyai perjanjian dengan Banten dan Cirebon kemudian membebaskan dua pangeran Cirebon yang ditahan kembali ke Cirebon. 

Sekembalinya dua Pangeran Cirebon yang ditahan, terjadi perselisihan antara para pejabat Kerajaan, mengingat Pangeran Wangsakerta jasanya sangat besar sekali dalam memerintah Cirebon, meskipun kedudukannya bukan sebagai seorang Sultan. Akhirnya diputuskanlah 3 dari anak-anak Panembahan Girilaya yang ada di daulat menjadi penguasa dengan wilayahnya masing-masing.

Baca Juga: Pangeran Wangsakerta Cirebon

Pangeran Mertawijaya sebagai Sultan Kasepuhan, Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan di Kanoman serta Pangeran Wangsakerta sebagai panembahan Kacirebonan. Penobatan disaksikan langsung oleh Sultan Ageng Tirtayasa yang kala itu menjadi Sultan Banten.

Baca Juga : Riwayat Panembahan Girilaya, Sultan Cirebon ke III

Selepas Wafatnya Pangeran Mertawijaya

Hingga kewafatannya pada tahun 1697, Cirebon tetap terpecah, selanjutnya yang menjadi Sultan Kasepuhan pengganti Pangeran Mertawijaya adalah anaknya yang bernama "Jamaludin" ketika menjadi Raja Jamaludian digelari Sultan Raja Tajul A'rifin Jamaludian. 

Posting Komentar untuk "Pangeran Mertawijaya, Sultan Kasepuhan Cirebon Pertama"