Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Panembahan Ratu Cirebon I Naik Tahta

Problematika Penunjukan Putra Mahkota di Cirebon memang unik, lain dari yang lain. Mulanya Sunan Gunung Jati mengangkat Pangeran Sebakingkin (Maulana Hasanudin) menjadi Putra Mahkota Cirebon, akan tetapi hal ini batal seiring meluasnya kekuasaan Cirebon di Banten sehingga Putra Mahkota malah ditunjuk menjadi Adipati Banten dan kemudian menjadi Sultan Banten. 

Selanjutnya Sunan Gunung Jati menunjuk Putranya yang lain sebagai Putra Mahkota secara bergantian yaitu Pangeran Jaya Kelana, Pangeran Brata Kelana dan Pangeran Pasarean, namun ketiganya wafat sebelum dinobatkan menjadi Sultan. 

Selanjutnya Sunan Gunung Jati menunjuk Cucunya menjadi Putra Mahkota (Pangeran Swarga), namun lagi-lagi Sang Pangeran wafat mendahului Sunan Gunung Jati.

Akhirnya, selepas Wafatnya Sunan Gunung Jati Praktis Tahta di Kesultanan Cirebon kosong, dari itu Dewan Kerajaan Cirebon mengangkat Fatahillah menantu Sunan Gunung Jati menjadi Wakil Raja, sambil menunggu Cicit Sunan Gunung Jati cukup umur. Akan tetapi baru saja 2 Tahun memerintah Fatahillah wafat.

Pada akhirnya, selepas kewafatan Fatahillah Pangeran Emas yang waktu itu masih belia, terpaksa diangkat menjadi Sultan Cirebon. Adapun Gelar yang disandangnya adalah Panembahan Ratu Cirebon  I. Nantinya, Ketika Cirebon diperintah oleh Raja Belia inilah Cirebon diguncang berbagai macam Pemberontakan, diantaranya Pemberontakan Panjunan dan Pemberontakan Kuningan.

Silsilah Panembahan Ratu I


Posting Komentar untuk "Panembahan Ratu Cirebon I Naik Tahta"