Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sunan Gunung Jati Dan 10 Orang Yahudi

Setelah melakukan pengembaraan yang pertama, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya yaitu artikel yang berjudul Kisah Perjumpaan Sunan Gunungjati Dengan Nabi Muhamad, kisah dilanjutkan dengan kepulangan Sunan Gunungjati ke Istana, namun setelah beliau berada di Istana Banisrail, beliau merasa gundah gulana, batinya terus berkecamuk karena pesan Nabi Muhamad dalam alam nyawa itu jelas-jelas menyuruh beliau untuk melakukan ibadah Haji dan mencari guru yang utama[1].

Untuk yang kedua kalinya, akhirnya Sunan Gungjati atau Syarif Hidayatullah muda, meminta ijin kepada Ibundanya Syarifah Mudaim[2], beliaupun kemudian mendapatkan izin. Sang ibu kemudian memberikan 1000 uang dinar beserta tasbih peninggalan suaminya kepada Syarif Hidayatullah, kemudian beliau memberikan nasihat kepada sang anak demikian nasihatnya:

"Anaku terkasih, dalam hidup ini janganlah kamu berlebihan. Anakku, utamakanlah berdamai. Janganlah tidur kalau tidak mengantuk dan janganlah makan kalau tidak lalpar, dan janganlah minum kalau tidak haus, itulah tiga perkara yang harus kau ingat, Janganlah angkuh, karena hal itu tidak baik, dan berbuatlah selalu kebaikan kepada sesama manusia. Tak ada untungnya engkau takabur, karena itu mengakibatkan kelemahan. Serahkanlah kepada Allah sehingga kesudahannya engkau akan menjadi kuat. Engkau kekasih yang ku puja, carilah gunung kebahagiaan dan danau kenikmatan" Selesai mendengarkan Nasihat dari Ibundanya, Syarif Hidayatullah Muda Kemudian bersimpuk dikaki Ibunda tercintanya itu. 

Setelah mendapatkan Izin dan Nasihat dari Ibudanya itu, tidak lama kemudian Syarif Hidayatullah meninggalkan Istana untuk melakukan Ibdah Haji dan Mencari Guru yang utama, sebagaimana pesan Nabi Muhamad dalam alam Nyawa pada perjalanan sebelumnya. Dalam pengembaraan ini, Syarif Hidayatullah muda menyamar sebagai musafir miskin, sehingga tidak ada satu orangpun yang peduli dan memperhatikannya.

Setelah tujuh hari berjalan, disebuah hutan yang bernama Hutan Banunnyawa, Syarif Hidayatullah berjumpa dengan 10 Orang Yahudi yang akan merampoknya. Mereka berdiri menghadang ditengah jalan dengan sikap bermusuhan. Salah seorang dari merke berkata:

"Lakadalah........, Kamu Akan Kujadikan Twanan....!, Sudah tujuh hari kami tidak melihat orang lewat, Sekarang baru ku dapat, pasti kau akan kami lucuti", Begitu ucap perampok itu sampil mendekati Syarif Hidayutllah.

Kemudian Syarif Hidayatullah berkata dengan tenang "Hai kalian orang 10, kalian akan merampokku?, Orang Islam itu tidak bisa angkuh ketika memiliki sesuatu, Ini bekalku uang 1000 Dinar, Jika kalian tidak kasihan kepadaku ambilah sekehendak hatimu. Sebab mungkin sudah kehendak Allah bahwa aku menjadi Musafir tanpa bekal, nanti juga akan datang kepadaku Rizki dari Allah. Walaupun di Hutan seperti ini. Jika Allah berkehendak maka sekarang juga semua yang ada disekelilingku akan berubah menjadi Dinar"  

Kemudian kesepuluh orang Yahudi itu menjadi terkejut, ketika melihat dikanan dan kirinya ternyata dipenuhi Dinar. Orang-orang Yahudi itupun kemudian menjadi lemah hatinya, melihat melihat dan kemudia berkata kepada syarif Hidayatullah "Anak muda macam apa enkau ini, dia unggul di jagat ini, seharusnya kita semua mengikutinya"..Begitu serunya pada teman-temanya "Sebab dengan kita mengikutinya dia bisa mencukupi sandang pangan kita" Begitu Tambahanya.

Kesepuluh orang Yahudi itupun kemudian diceritakan bertaubat, dan semuanya sepakat akan berbakti kepda Syarif Hidayatullah. Lalu mereka mendapatkan pelajaran mengenai dua Kalimat Syahadat. Setelah itu Syarif Hidayatullah memberikan uang Limaratus Dinar, dibagi rata seorang 50, kemudian setelah itu Syarif Hidayatullah berkata " Kelak kalau kalian kurang sandang dan pangan, masuklah ke Hutan ini,..Tentu kalian akan menemukan Dinar"

Kesepuluh Orang Yahudi itu sudah masuk Islam, sedangkan permintaan mereka untuk mengikuti Syarif Hidayatullah yang sedang mengembara itu ternyata tak dikabulkan, "Aku Sedang melakukan perjalanan penting, aku sedang menyamar dan tak bisa diikuti, kalian semua pulanglah. Jangan mengikutiku karena akan menyusahkan perjalananku" begitu perkataan Syarif Hidayatullah kepada 10 Orang Yahudi yang baru masuk Islam itu.  Mereka pun kemudian menurut. Kemudia setelah peristiwa itu Syarif Hidayatullah Kemudian melanjutkan perjalananya kembali, yaitu perjalanan menuju Tanah Suci dan mencari Guru yang utama.

Catatan Kaki
[2] Naskah Mertasinga Pupuh VI.09-V.13
[2] Nama lain Ibu Sunan Gungjati, selengkapnya baca  Kisah Perkawinan Dewi Rarasantang Dengan Sultan Hud