Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lomba Tarik Tambang Jaman Majapahit

Lomba tarik tambang adalah salah satu lomba asal nusantara yang keberadaannya tercatat dalam naskah kuno. Lomba ini pada masa Kejayaan Majapahit yaitu pada abad 14 sangat popular, bahkan Raja Majapahit sendiri gemar menyaksikan perlombaan tarik tambang.

Bagi pemenang lomba maka Raja akan menganugerahkannya hadiah yang banyak, bentuk hadiahnya macam-macam, dari mulai dihadiahi bahan-bahan untuk pakaian sampai pada dipanggil ke Istana Raja untuk berjumpa dan dijamu oleh Raja dengan hidangan makanan yang lezat-lazat. Lomba ini di Majapahit biasa digelar pada bulan caitra, dan berakhir pada bulan caitra bagian terang[Maret-April].

Khabar mengenai lomba tarik tambang yang biasa diadakan di Majapahit didapat dari Naskah Kakawin Negarakertagama, dalam naskah ini dijelaskan bahwa perlombaan tarik tambang diadakan bersamaan dengan lomba lain, kalau lomba lain seperti gulat  tangan kosong, pertarungan adu keris sampai mati digolongkan pada jenis perlombaan keras, maka adu tambang merupakan perlombaan kelas ringan.

Pagelaran perlombaan dalam masa Raja Hayam Wuruk ini bertujuan untuk menghibur rakyat, dan juga sebagai bentuk refresing  Raja setelah bulan-bulan sebelumnya sibuk mengurus Negara, selain juga tentunya sebagai momen untuk mendekatkan diri dengan rakyatnya.

Berbagai macam perlombaan itu, termasuk didalamnya lomba tarik tambang diadakan ditempat khusus yang bernama bubat,  kisah lengkap mengenai pagelaran berbagai macam perlombaan jaman Majapahit ini dapat dijumpai dalam Naskah Kakawain Negara Kertagama pada pupuh 86-87. Demikian uraiannya;

Pupuh 86
  1. Dua hari kemudian berlangsung perayaan besar. Di utra kota terbentang lapangan bernama Bubat. Sering dikunjungi Baginda, naik tandu bersudut tiga. Diarak abdi berjalan, membuat kagum tiap orang.
  2. Bubat adalah lapangan luas lebar dan rata. Membentang ke timur setengah krosa sampai jalan raya. Dan setengah krosa ke utara bertemu tebing sungai. Dikelilingi bangunan menteri di dalam kelompok.
  3. Menjulang sangat tinggi bangunan besar di tengah padang. Tiangnya penuh berukir dengan isi dongeng parwa. Dekat disebelah baratnya bangunan serupa istana. Tempat menampung Baginda di panggung pada bulan Caitra.
Pupuh 87
  1. Panggung berjajar membujur ke utara menghadap barat. Bagian utara dan selatan untuk para raja dan arya. Para menteri dan dyaksa duduk teratur menghadap timur. Dengan pemandangan bebas luas sepanjang jalan raya.
  2. Disitulah Baginda memberi rakyat santapan mata: pertunjukan perang tanding, perang pukul, desuk mendesuk, perang keris, adu tinju, tarik tambang, menggembirakan sampai tiga empat hari lamanya baru selesai.
  3. Seberangkat Baginda, sepi lagi, panggungnya dibongkar. Segala perlombaan bubar; rakyat pulang bergembira. Pada Caitra bulan petang Baginda menjamu para pemenang. Yang pulang memabawa pelbagai hadiah bahan pakaian.
Berdasarkan pemaparan di atas dapatlah kemudian dipahami bahwa lomba tarik tambang rupanya memang sudah lama dikenal di Nusantara, terbukti dari adanya catatan dari lomba tarik tambang ini dalam Naskah Negara Kertagama.

Menurut para ahli Naskah Kakawin Negara Kertagama selesai ditulis pada Tahun 1365 Masehi. Penulisnya mengggunakan nama samaran Prapanca, ia mengaku sebagai seorang biksu Kerajaan Majapahit.

Ia mencatat kegiatan Raja Majapahit waktu ia masih hidup, maka dengan demikian dapatlah dipahami bahwa jaman ia hidup adalah jaman ketika Majapahit diperintah oleh Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajahmada.  Atau ketika Majapahit dalam masa kejayaan. 

Posting Komentar untuk "Lomba Tarik Tambang Jaman Majapahit"