Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Catatan Belanda Mengenai Sikap Sultan Hasanudin Tehadap Arung Palaka

Sultan Hasanudian dan Arung Palaka adalah sosok pimpinan kedua bangsa yang beratrung, keduanya saling serang dalam pertempuran. Hasanudin pimpinan bangsa Makassar mewakili kesultanan Gowa sementara Arung Palaka juga merupakan putra Bugis yang mewakili rakyat Kerajaan Bone yang terjajah.

Permusuhan antara Sultan Hasanudian dan Arung Palaka menurut  Anadya (2004: 64) dilatar belakangi terjajahnya Kerajaan Bone oleh Gowa. Pada umur sebelas tahun, Arung Palaka mengikuti orang tuanya sebagai tawanan ke Gowa. Arung Palaka diperlakukan sebagai anak dalam keluarga Karaeng Patingaloang. Dibesarkan menurut tata cara seorang putra keraton. Arung Palaka menghabiskan sebagian waktunya di istana Gowa.

Anandya (2004:64) menmbahkan bahwa seiring pergantian waktu, pada masa mudanya, Arung Palaka menyaksikan tindakan yang tidak berkemanusiaan terhadap keluarga dan bangsanya, terutama ketika mangkubumi [Perdana Mentri] Kerajaan Gowa dijabat oleh Karaeng Karunrung yakni putra dari Karaeng Patingaloang.

Pada tahun 1660, Karaeng Karunrung mengeluarkan perintah kepada negeri-negeri takulkannya seperti Bone dan Tobala, untuk membawa 10.000 orang dari Bone untuk menggali parit di sepanjang garis pertahanan di pantai pelabuhan Makassar, dari benteng paling selatan Barombong hingga ke benteng paling utara Ujung Tanah.

Para pekerja diseret dari daerahnya di Bone, berjalan melintasi gunung-gunung menuju Makassar. Pekerjaan itu tidak hanya dilakukan oleh rakyat biasa, tetapi juga bangsawan Bone dan Soppeng. Bagi orang Bugis, tindakan itu telah melecahkan harga diri bangsa bugis.

Di antara pekerja terdapat Arung Palaka. Dengan bantuan para pemimpin Bugis lainnya, Arung Palaka melakukan perlawanan dan membebaskan rakyatnya dari kekuasaan Kerajaan Gowa. Tindakan itu menimbulkan kemarahan besar dari pihak kesultanan Gowa, sehingga dilakukanlah pengejaran. Dalam pengejaran itu, Arung Palaka berhasil meloloskan diri dan berlayar ke Buton. Di sana, dia mendapat perlindungan dari Sultan Buton, sembari memperkuat posisinya dan selanjutnya ke Batavia meminta bantuan Belanda yang saat itu sedang berupaya menguasai perdagangan maritim di kawasan timur Nusantara. Salah satu kekuatan politik yang dihadapinya adalah Kerajaan Gowa. Dengan demikian, kedatangan Arung Palaka merupakan kekuatan baru yang dapat mendukung usahanya. (Hamid, 2013:11-12).

Baca Juga: Pelarian Arung Palaka dan Derita Kesultanan Buton

Setelah persekutuan Belanda (VOC) dan Arung Palaka untuk sama-sama bersektu membumi hanguskan Gowa disepakati , barulah kemudian sejarah pertarungan Arung Palaka Vs Sultan Hasanudin dimulai. Pertempuran sengit diantara pengikut keduanya meletus terjadi dimana-mana, diwilayah kerajaan Gowa.

Tapi biarpun keduanya musuh secara nyata, rupanya ada catatan lain yang menyentakan jiawa, Sultan Hasanudin rupanya tidak menaruh kemarahan sedikitpun terhadap Arung Palaka. Terbukti dari adanya laporan Catatan Belanda yang menjelaskan mengenai pertemuan Sultan Hasanudin dengan Arung Palaka pada saat digelanrya perjanjian Bongaya.

Spelman melaporkan dalam suratnya mengenai kondisi perjanjian Bongaya, katanya “orang-orang Belanda sangat terkesan oleh sikap Pahlawan Hasanudin terhadap Arung Palaka dan Arung Kaju Sultan Hasanudin bersikap ramah. Akan tetapi terhadap para petinggi yang berbalik seperti Karaeng Laiya dan Karaeng Bangkala Sultan Hasanudin bersikap Lain”. (Sagimun, 1985: 221)

Dalam laporan tersebut jelas bagaimana mental dan sikap sorang Sultan Hasanudin, ia menghormati Arung Palaka dan Arung Keju, menghormati sebagai musuh yang melawannya, karena permusuhan yang dilancarkan Arung Palaka dan orang-orang sebangsanya mempunyai alasan yang jelas, yaitu menuntut kebebasan/kemerdekaan dari Gowa, dari itulah Hasnudin menghormati dan bahkan bersikap ramah dengan Arung Palaka dalam perjanjian Bongaya. Akan tetapi sebaliknya Sultan Hasanudin justru membuang muka bahkan menghinakan Karaeng Laiya dan Karaeng bangkala yang merupakan orang-orang Makasar yang berhianat terhadap Sultan dan negaranya. 

1 komentar untuk "Catatan Belanda Mengenai Sikap Sultan Hasanudin Tehadap Arung Palaka"

  1. Sayangnya Artikel ini Hanyalah kumpulan copy Paste yang punya banyak kekeliruan.
    Terutama kutipan Isi laporan spelman,dimana KenyataanNya Isi yg Sebenarnya Tidak seperti yg diajarkan diatas.

    Kenyataan yang terjadi saat detik-detik perjanjian bongaya adalah spelman menyampaikan bahwa "andaikata Arung palakka Tidak membantu kami, Maka kami VOC Tidak akan pernah mampu menginjakkan kaki ditanah Mangkasara'"

    Dengan sambutan itu membuat para Gallarang Dan tubarani semakin benci kepada Arung palakka Dan mencarinya.

    Arung palakka baru berani menginjakkan kaki nya diwilayah kekuasaan Gowa setelah Sultan hasanuddin wafat karena sakit.


    BalasHapus

Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.